"Kak Gre sore nanti mau pergi, ya?" Gadis yang senang bermain Gitar itu mendudukkan dirinya di atas sofa yang sudah lusuh, beberapa bagian sofa itu sudah bolong. Wajar saja, katanya sofa ini tak pernah di ganti selama pernikahan kedua orang tua mereka.
Gracia menganggukkan kepalanya ringan, hari ini tanggal merah, semuanya ada di rumah tanpa pergi kemana-mana. Kecuali Gracia yang akan pergi bersama Sean sore nanti, sebetulnya Gracia bingung memilih baju yang cocok untuk pergi bersama Sean. Di dalam lemari miliknya kebanyakan hanyalah baju-baju santai, baju yang biasa ia pakai untuk menjadi kurir paket, atau hanya sebagai baju rumahan. Apa Gracia harus membeli baju terlebih dahulu? Tapi itu akan membuat uang miliknya habis dalam seketika.
Gracia menggelengkan kepalanya, dia tak perlu membeli baju, bodo amat dengan penampilannya, lagi pula Gracia tak terlalu mementingkan perkataan orang lain tentang pakaian yang dia pakai. Tetapi, ia takut Sean akan malu jika membawanya yang hanya menggunakan pakaian biasa.
"Kenapa?" Zee yang sedari tadi melihat Gracia yang tampak kebingungan pun mulai bertanya.
Gracia menoleh ke arah Zee. "Hah? Oh. Ngga kenapa-kenapa kok," Gracia tersenyum tipis.
"Kok kaya orang kebingungan gitu," Zee menaruh ukulele yang baru saja dia dapatkan setelah mengikuti acara musik tadi, kebetulan acara tersebut mengadakan lomba, seperti biasa Zee mengikuti lomba tersebut, namun kali ini Zee mendapatkan juara dua. Walaupun begitu Zee tetap senang karena mendapatkan ukulele yang dia incar.
"Nanti sore, perginya jam berapa?" Zee menaruh kepalanya di paha Gracia, sudah lama rasanya dia tak merasakan elusan lembut Shani di kepalanya, dia merindukan elusan lembut itu.
Gracia tersenyum pada Zee, tangannya perlahan mengelus kepala Zee lembut, dia tau adiknya ini merindukan belaian kakak pertamanya. "Nanti pergi jam lima," Gracia menatap mata Zee yang menatapnya juga.
"Pergi sama cowok kemarin, ya?"
"Iyaa. Kak Sean namanya,"
"Kak Sean? Pacar Kak Gre ya?" Gracia mengerutkan keningnya heran.
"Bukan kok,"
"Tapi kemarin telponan,"
"Kan telponan biasa,"
"Kok ngajak jalan?"
Gracia bungkam.
"Tuh diem. Pacaran pasti kalian ini," Gracia sedikit tersenyum menahan rasa salah tingkahnya. "Tuh senyum ih! Kak Gre jangan malu-malu gitu deh sama Zee, Zee ngga bocor kok orangnya,"
"Masa?"
"Ya paling sampe Christy aja kok. Abis itu Christy bilang ke Muthe, nah Muthe bilang sama kak Eli, nanti Kak Eli bilang deh sama Kak Gita," Zee menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Gracia hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Ada-ada aja kamu,"
"Tapi tau kak! Kak Sean itu kayak MC waktu aku lomba tau! Yang aku lomba terus Kak Gre sama yang lain dateng," kata Zee.
"Memang kok," Tangan Gracia masih setia mengelus kepala Zee dengan lembut.
"Oh ya?! Aku kira mirip doang tau. Dia tau aku dong ya?"
"Iyalah. Dia tau kamu, Gistara Azizi Reswara yang keren banget itu," Zee menutup wajahnya yang memerah.
"Jadi malu deh," Zee terkekeh geli, dia menutup wajahnya menggunakan tangan.
Gita berjalan menuju luar rumah, Zee yang melihatnya pun segera berteriak, "Kak Gita!" Gita menoleh lalu menaikkan satu alisnya. "Mau kemana?"
"Di luar," Zee segera bangkit, dia duduk di teras rumah bersama Gita yang tengah menyalakan rokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Harapan dan Kisahnya || END
Fanfiction[ SELESAI ] Ini tentang mereka Tujuh remaja perempuan yang ingin hidup bahagia, si sulung yang berusaha memenuhi segala kebutuhan keluarga, dan si bungsu yang ingin bertemu dengan cinta pertamanya. Apakah kisah mereka akan berakhir bahagia? Atau mal...