Suara ricuh begitu terdengar sekarang, banyaknya berbagai pesanan di lontarkan oleh para pelanggan. Cafe tempat Eli bekerja ramai sekali saat ini, dia begitu sibuk mengantarkan beberapa pesanan ke berbagai meja, lelah sudah pasti tetapi ia harus tetap terlihat ramah di hadapan pelanggannya. Eli berusaha tetap tersenyum di hadapan semua pelanggan pelangannya.
"Ini kak. Selamat Menikmati," katanya sambil tersenyum manis.
Eli memang bekerja di Cafe sejak lama, mungkin sejak dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya. Cafe ini menjadi tempat pertama Eli bekerja, dia menikmati pekerjaannya ini, tetapi Cafe ini juga banyak menaruh luka bagi dirinya sendiri. Berbagai tuduhan mulai muncul kala 'Senior' Eli mulai merasa posisi nya sudah terganti, Eli sering di tuduh memecahkan piring atau pun gelas, terakhir dia di tuduh mencuri uang di Cafe, padahal jelas-jelas posisinya hanya pelayan saja, tak ada hubungannya dengan penghasilam bahkan uang di Cafe ini, Eli hanya bisa menyabarkan dirinya saja, dia tetap mempertahankan pekerjaannya.
Setelah Cafe lumayan sepi, Eli duduk sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Lelah sekali rasanya, sebentar lagi dia akan pulang ke rumah. Jadwalnya bekerja akan segera selesai, dan di gantikan dengan salah satu temannya dari sore ini sampai nanti malam.
"Nih," Seseorang memberikan Eli botol air mineral, lalu dia duduk di samping Eli.
"Thanks," Eli menerima botol yang di berikan orang itu.
"Capek banget gue gila. Rame banget hari ini," Oniel, dia berkata demikian sambil membuka tutup botol air mineral miliknya.
Eli baru selesai meneguk beberapa air mineral pemberian Oniel. "Sumpah. Gigi gue sampe kering gara-gara senyum mulu ke pelanggan," Mereka berdua tertawa kecil.
"Mama lo gimana? Udah sembuh?" tanya Eli kala mengingat Ibu dari Oniel sedang mengidap penyakit, katanya harus segera di rawat di sebuah rumah sakit.
"Harus segera di rawat di rumah sakit kak. Gue sama mas Onel lagi berusaha banget buat cari biaya," Dia menghembuskan nafasnya pelan.
Pembicaraan mereka terhenti kala mereka berdua di panggil. Eli tak akan lupa jika hari ini hari Sabtu, jadwal gajiannya. Siapa juga yang akan melupakan hari berharga ini kan?
Setelah acara pembagian gajian tadi, Eli bersiap untuk segera pulang. Sebelum ia pulang, Eli menghampiri Oniel terlebih dahulu. "Niel," Panggilnya sambil menepuk pundak Oniel pelan.
"Kenapa kak?" Oniel menatap Eli sekarang.
Dia meraih satu tangan Oniel. "Ini gak banyak, tapi semoga cukup buat Mama lo dirawat," Dia menaruh amplop gajiannya pada tangan Oniel sambil tersenyum manis.
"Kak?" Oniel menatap Eli tak percaya, dirinya beruntung memiliki teman kerja sebaik Eli.
"Gapapa," Eli masih tersenyum.
Oniel memeluk Eli erat. "Aduh, engap," kata Eli pelan.
Oniel melepaskan pelukan itu perlahan sambil terkekeh kecil. "Gue ga tau harus berapa banyak kata makasih yang gue keluarin buat lo kak. Intinya makasih banyak, gue usahain uang nya di ganti,"
Eli menepuk pelan bahu Oniel. "Santai aja."
° ° °
Malamnya semua ada di dalam rumah, seperti biasa, orang-orang di rumah ini akan selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Eli sibuk menonton televisi, seperti biasanya dia akan menonton serial drama favoritnya. Gita sibuk dengan radio kecil dan juga berbagai alat-alat servicenya. Zee sibuk memainkan gitarnya dengan telinganya yang di tutupi earphone. Gracia sedang menikmati mie instant yang ia buat sendiri, Gracia tak bisa di ganggu jika ia sedang makan, kalau tak dia akan marah. Muthe sedang menjahit dengan fokus, ia di minta Gita untuk menjahit jaket miliknya yang robek di bagian tangan. Shani juga sibuk membenahi lemari baju dengan Christy, dia merapihkan beberapa baju yang tidak terpakai untuk di taruh di bawah lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Harapan dan Kisahnya || END
Fanfiction[ SELESAI ] Ini tentang mereka Tujuh remaja perempuan yang ingin hidup bahagia, si sulung yang berusaha memenuhi segala kebutuhan keluarga, dan si bungsu yang ingin bertemu dengan cinta pertamanya. Apakah kisah mereka akan berakhir bahagia? Atau mal...