2.7 || Menikah

979 92 4
                                    

Di tengah malam seperti ini di rumah sekarang hanya ada Gracia yang tengah melamun sambil menatap televisi yang menyala. Dia sama sekali tak fokus pada siaran yang di tayangkan di televisi, pikirannya kemana-mana. Gracia memikirkan apa yang Sean katakan tadi. Sungguh, Gracia tak menyangka kalimat itu akan keluar dari seorang Seano Indra Pratama, anak orang kaya yang dengan enteng mengajak Gracia menikah.

"Nikah, yuk?" kata Sean.

"Hah?"  Gracia hanya mampu melotot, tanpa menatap Sean sama sekali dia berkata lagi. "Kamu gila Sean?"

"Enggak. Ini kemauanku Ge," jawab Sean dengan entengnya.

Gracia hanya terdiam di tempat, seorang Sean? Mengajak dirinya menikah secara tiba-tiba? Siapa pula yang tidak terkejut jika berada di posisi Gracia?

Mobil Sean berhenti di pinggir jalanan, Sean menarik kedua tangan Gracia untuk di genggam olehnya. "Ge. Aku tau ini memang tiba-tiba banget, tapi aku gak becanda sama sekali Ge," Mata Sean menatap mata Gracia yang terlihat sangat indah. "Aku Seano Indra Pratama, yang harus pura-pura jadi anak mami di hari pertama jadi kurir. Aku jadi kurir bukan di suruh Mami, ini kemauanku sendiri yang pengen deket sama manusia cantik dengan nama lengkap Gracia Abirupa,"

"Aku lihat kamu waktu kamu peluk Azizi di hari lomba waktu itu, aku tertarik sama kamu terus semakin cari tau tentang kamu. Dan yang bikin aku enggak nyangka ternyata kamu kerja di bawah suruhan Abin, sepupu aku sendiri," Sean menghembuskan nafasnya pelan. "Aku juga minta tolong Abin biar aku di ajarin jadi kurir paket sama kamu, aku pura-pura gak hafal jalan padahal aku tau seluk-beluk jalanan ini." kata Sean lebih jujur lagi.

"Lama kelamaan yang tumbuh di hati aku bukan rasa tertarik, tapi rasa cinta yang bener-bener memikat hati aku banget, aku harap kamu bales rasa yang aku rasain Ge,"

Sean menundukkan kepalanya."Maaf kalo aku banyak bohongnya, tapi untuk yang kali ini aku gak bohong Ge, setelah dengerin penjelasan kamu tadi bikin aku semakin yakin kalo aku harus ungkapin ini sekarang, awalnya aku cuman pengen ajak kamu pacaran dulu, tapi kamu bilang kalo kamu lebih pengen langsung nikah aja,"

"Aku gak bercanda Ge. Aku gak bohong, aku pengen nikahin kamu, boleh?"

Gracia mematung di tempat mendengar penjelasan Sean, tangannya kecilnya masih berada di genggaman Sean. Sungguh, rasanya tenggorokan Gracia tak bisa mengeluarkan suara, dia bahkan hanya bisa diam mematung, menatap kepala Sean yang tengah menunduk.

Gracia sudah siap menjawab, kepala Sean kini kembali menatap wajah cantik Gracia. "Sean, maaf. Kalo soal rasa aku gak bisa bohong, aku juga mulai ada rasa tertarik sama kamu waktu itu. Mulai dari kamu yang tiba-tiba ngasih perhatian berlebih, anter aku pulang ke rumah terus mulai chat dan telpon aku waktu itu. Kamu juga ngajak aku jalan yang bikin aku makin ngerasain ada yang beda di hati aku kalo deket sama kamu,"

"Aku gak mempermasalahkan kamu yang bohong, tapi untuk soal nikah. Aku belum terlalu matang untuk jadi seorang istri Sean, aku belum semandiri itu,"

"Kemandirian dan kematangan bisa berjalan Gracia, kita bisa laluin bareng-bareng,"  kata Sean, memotong pembicaraan Gracia.

"Aku tau itu Sean, aku cuman takut kamu kecewa dan malah capek sendiri kalo sama aku, aku belum mahir dalam hal memasak, kamu mau makan apa Sean kalo nikah sama aku?" Gracia berkata demikian.

Sean menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Soal makanan kita bisa beli, kamu juga perlahan bisa belajar masak Ge,"

Gracia diam beberapa saat, lalu menghembuskan nafasnya berat. "Aku izinin kamu kalo niat kamu memang bener-bener mau nikahin aku. Kamu udah dapet izin dari aku, tapi belum tentu kamu dapet izin dari adik-adik aku."

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang