Ponsel itu berdering.
Shin Hyona terpaksa menghentikan aktivitasnya mengoleskan body lotion dan melihat si penelepon. Setelah mendengus pelan, Hyona menggeser warna hijau dan menempelkan smartphone hitam itu ke telinga kanannya.
"Sudah kukatakan, Kang Sohee, aku tidak bisa ikut," kata Hyona tanpa repot-repot mengucapkan kalimat sapaan.
"Kenapa?"
Hyona bisa menebak wajah cemberut Sohee di seberang sana. "Aku harus menyelesaikan pekerjaanku."
"Maksudku, kenapa kau harus bekerja di Sabtu malam seperti ini? Ayolah, Shin Hyona, kau tidak merindukan teman-teman kampusmu?"
Hyona memutar bola matanya. Mereka bahkan baru bertemu beberapa hari yang lalu. "Aku punya klien cukup banyak akhir-akhir ini. Karena besok aku ingin tidur seharian, jadi aku harus mengerjakannya malam ini."
“Tumben. Bukankah kau selalu menutup butikmu?”
“Maka dari itu. Aku heran bagaimana orang-orang bisa tetap datang padahal aku selalu memasang tanda tutup di depannya.”
“Bukankah itu artinya kau memang harus bekerja kembali seperti biasa?”
Hyona diam sejenak. Tapi memutuskan untuk kembali pada topik utama. “Maafkan aku. Lain kali aku akan bergabung. Sampaikan salamku pada yang lain.”"Baiklah. Semoga pekerjaanmu cepat selesai. Selamat malam, Shin Hyona."
"Malam, Sohee."
Hyona mematikan sambungan teleponnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya memakai body lotion pada kaki sebelah kanan. Sebenarnya Hyona juga ingin bergabung. Menghabiskan Sabtu malam bersama teman-temannya sama sekali bukan opsi yang buruk. Tapi tidak di saat ia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan. Lagi pula malam ini Hyona merasa sedang bersemangat untuk menggambar.
Satu jam kemudian Hyona telah berada di sebuah kafe. Berteman segelas cappuccino dan sepiring french fries, Hyona sibuk menarikan ujung pensilnya di atas kertas membentuk sketsa dress selutut yang sangat cantik. Gadis itu meletakkan pensilnya sejenak sebelum memulai gambar kedua. Ia menyesap cappuccino-nya pelan sambil memerhatikan sekeliling kafe. Hyona mendesah melihat hampir seluruh pengunjung kafe ini berpasangan, dan hanya ia yang sendiri. Duduk mengenaskan bersama kekasih-kekasihnya yang tak berwujud manusia; kertas sketsa. Seandainya Hyona mengikuti ajakan Sohee, atau seandainya Hyona punya kekasih yang bisa menemani.
Gadis itu mendengus dan menggelengkan kepala dengan pemikirannya terakhir. Memiliki kekasih? Tidak. Itu adalah hal terakhir yang Hyona inginkan dalam hidup.
Hyona kembali fokus pada pekerjaannya. Menggambar dress tanpa lengan kedua dengan ikat mungil di pinggang, dua buah gambar gaun pesta, dan sebuah sketsa gaun pengantin. Hyona berpikir cukup lama ketika hendak menggambar sketsa gaun pengantin. Merasa tidak memiliki gambaran di kepalanya tentang gaun pengantin yang menarik untuk ia gambar. Sebagai seorang desainer, Hyona selalu memerhatikan hampir seluruh model pakaian, kecuali gaun pengantin. Belum ada satu pun gaun pengantin yang menarik perhatiannya.
Cukup lama Shin Hyona berpikir, lalu ingatannya kembali pada acara pernikahan temannya yang pernah ia datangi. Hyona mengingat-ingat model gaun itu. Gaun tanpa lengan dengan bagian bawah pinggang mengembang hingga ujungnya menyentuh tanah. Hyona menyukai gaun itu. Terlihat sederhana namun cantik. Dengan masih memutar otak, Hyona mulai mencoba menggambar.
Dan untuk pertama kalinya, Shin Hyona merasa frustrasi ketika menggambar sketsa. Beberapa kertas berakhir menjadi gulungan mengenaskan di sampingnya. Beberapa kali Hyona mencoba untuk tidak menggeram terlalu keras, mengingat lokasi di mana ia berada sekarang. Hingga pada kertas ke sembilan, Hyona akhirnya bisa menghela napas lega.
Gaun mermaid style dengan detail layered skirt yang mengembang indah pada bagian bawah. Kedua sudut bibir Hyona tertarik hingga menyentuh matanya melihat gambar yang ia hasilkan. Cantik. Gaun yang sangat cantik. Hyona sudah bisa membayangkan bagaimana bentuk asli gaun ini dengan material organza yang membentuknya. Dan tanpa sadar terlintas bayangan tubuhnya yang terbalut gaun pengantin itu.