Bab Tiga

390 51 21
                                    

“Eomma, kau yakin ini tempatnya?” tanya Kyuhyun pada ibunya melalui panggilan telepon. Pria itu menghentikan mobilnya di depan sebuah ruko kecil yang tampak tidak terpakai dan terbengkalai. Tidak seperti ruko-ruko lain di samping kanan kirinya yang penuh dekorasi, ruko ini seperti mati. Tidak ada tulisan tutup atau buka. Tidak ada papan nama. Yang ada hanya pintu dan jendela kaca yang tertutup rapat.  “Sepertinya aku salah tempat.”

“Tidak. Benar di situ tempatnya.”

“Tapi ini tidak terlihat seperti kantor desainer. Aku bahkan tidak tahu ini tempat apa.”

“Tekan saja belnya dan masuklah. Sekilas memang tampak tidak meyakinkan. Tapi percayalah, karya Desainer Shin tidak akan pernah membuatmu kecewa.”

Kyuhyun menghela napas. “Baiklah. Aku akan coba masuk. Aku hanya perlu mengambil dress pesanan Eomma saja kan?”

“Jangan lupa bawa desain gaun pengantin yang sudah Eomma pesankan. Eomma sudah meminta beberapa desain gaun pengantin pada Desainer Shin. Kau bisa pilih mana yang menurutmu bagus.”

“Oke.”

Setelah mematikan sambungan telepon, Kyuhyun turun dari mobil. Sejujurnya pria itu masih ragu untuk masuk. Karena setelah dilihat dari dekat, tempat itu tampak semakin parah. Bahkan ada sarang laba-laba di jendela. Berapa lama tempat ini tidak dibersihkan? Yakin di dalam sini ada orang?

Kyuhyun menekan bel yang ada di dekat pintu. Tidak ada sahutan. Kyuhyun menekan lagi. Jika sekali lagi tidak ada jawaban, Kyuhyun akan pulang saja. Namun belum sempat menekan bel yang ketiga, pintu lusuh itu akhirnya terbuka. Seorang gadis berpakaian merah cerah muncul dengan senyum merekah.

“Waw!” decap gadis itu tepat ketika melihat Kyuhyun.

Kyuhyun menggaruk tengkuknya dengan kikuk. “Ini benar butik Desainer Shin?” tanya Kyuhyun. Meski sejujurnya tempat ini lebih pantas disebut gudang.

***

Shin Hyona menghela napas ketika mendengar belnya dibunyikan. Ada dua jenis pelanggan yang datang ke butiknya. Pertama adalah pelanggan langganan yang biasanya langsung masuk tanpa membunyikan bel di jam-jam yang sudah ditentukan. Kedua adalah pelanggan yang sama sekali belum pernah datang ke sini, yang biasanya datang tanpa membuat janji dan hanya menekan bel di depan sana.

Hyona tidak terlalu suka dengan jenis pelanggan kedua. Orang yang datang tanpa reservasi. Ah, sebenarnya Hyona juga tidak suka jika tempat ini kedatangan pelanggan. Ia sudah mencoba mengalihkan klien setianya ke desainer lain, tapi mereka tetap saja datang ke sini dan membuat Hyona sibuk. Seperti Kang Sohee ini contohnya. Sahabatnya itu selalu meminta Hyona untuk membuatkannya baju. Tak peduli seberapa mahal, Sohee selalu meminta Hyona merancang pakaian-pakaian pentingnya.

“Hyona, ada tamu,” kata Sohee yang sedang melihat-lihat display pakaian.

Hyona yang sedang sibuk membaca berita fashion mode di depan komputer hanya mengangkat bahu. “Biarkan saja. Dia pasti orang baru. Aku sedang tidak ingin menerima pesanan apa pun. Aku sibuk.”

“Sibuk apa? Kau kelihatan menganggur,” oceh Sohee. “Aku tahu kau kaya raya dan warisanmu banyak. Tapi jangan begitu. Kubukakan pintunya, ya.”

Hyona mengembuskan napas berat ketika Sohee membukakan pintu. Mau tidak mau ia pun berdiri. Dan ketika melihat pria yang tampak tidak asing itu, mata Hyona langsung membelalak.

Pria kafe itu... bagaimana dia tahu Shin Hyona bekerja di sini?

***

Berbeda dengan tampilan luar yang terlihat seperti gudang tak terpakai, butik itu justru tampak cantik di dalam. Dominasi warna putih membuat tempat itu tampak bersih. Terdapat dua manekin yang memakai dress unik, sederet display pakaian, juga gambar-gambar rancangan yang terpajang di dinding. Butik itu memang tidak luas. Tapi rapi dan cukup meyakinkan bagi Kyuhyun yang sejujurnya sempat memandang tempat ini dengan sebelah mata.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang