Kyuhyun baru saja mengantarkan Hyona pulang setelah mereka menaiki cable car. Sepanjang perjalanan, sebenarnya Kyuhyun sangat ingin bertanya pada Hyona.
Apa yang terjadi padanya? Apa yang membuat Hyona seperti ini? Tapi sepanjang perjalanan itu pula tak ada satu kata pun yang terucap. Kyuhyun bingung. Bagaimana caranya bertanya? Bagaimana jika pertanyaannya menyinggung Hyona? Bagaimana jika Hyona marah? Tapi Kyuhyun benar-benar ingin tahu. Kyuhyun ingin tahu apa yang membuat Hyona seperti itu, sehingga dirinya bisa masuk dan membuat gadis itu lebih bahagia.
"Aahh!" Kyuhyun mengacak rambutnya frustrasi ketika mobilnya berhenti di lampu merah.
Bagaimana ini? Apa yang harus Kyuhyun lakukan? Pada siapa ia harus bertanya? Pada siapa ia harus meminta saran? Sepertinya ia tidak bisa terus mendekati Hyona dengan cara murahan seperti yang biasa ia lakukan.
Kyuhyun memutar otak. Sampai akhirnya pria itu punya ide, pada siapa ia bisa bertanya tentang kerumitan yang memenuhi kepalanya.
***
Kyuhyun duduk di kursi itu dengan sedikit tidak tenang sambil matanya berulang kali membaca papan yang berada di atas meja. Psikiater Park Jisung. Kyuhyun belum pernah datang ke klinik psikiatri sebelumnya. Ia tidak pernah memiliki alasan kenapa dirinya harus datang ke tempat ini. Tapi setelah apa yang terjadi hari ini, melihat Hyona yang tampak depresi dan Kyuhyun yang tidak tahu bagaimana cara menghiburnya, Kyuhyun merasa ia harus meminta bantuan seorang profesional.
Tidak mungkin kan ia meminta Hyona pergi ke psikiater jika itu bukan kemauan gadis itu sendiri? Menyuruhnya seperti itu sama saja Kyuhyun cari mati. Jadi lebih baik Kyuhyun yang datang sendiri.
"Ya, menyarankan kepada orang lain untuk pergi ke psikiater memang bukanlah hal mudah," kata Psikiater Park menanggapi cerita Kyuhyun. "Karena berbeda dengan luka fisik, luka di dalam hati tidak bisa dilihat. Padahal luka itu nyata adanya. Bahkan masalah terbesarnya adalah, orang tersebut sering tidak menyadari bahwa hatinya sedang terluka. Karena lukanya tidak berdarah."
"Tapi dia terlihat sangat menderita. Apa yang bisa saya lakukan setidaknya untuk meringankan bebannya?"
"Sederhana. Tetaplah di sisinya dan dukung dia."
"Tapi dia selalu mengusir orang-orang yang ingin bersama dengannya."
"Selama ini apa yang kau lakukan? Apa saja yang kau katakan saat bersamanya?"
Kyuhyun berpikir. Mengingat-ingat. Dan sejauh yang ia ingat, segala yang ia lakukan dapat disimpulkan dengan satu kalimat, "Saya sering berkata bahwa saya menyukainya dan ingin membuatnya bahagia."
"Cho Kyuhyun-ssi, apa kau tahu, ada orang yang tidak memiliki tempat nyaman bahkan di dalam dirinya sendiri. Orang-orang seperti itu, pasti akan ketakutan jika ada orang yang mendekati. Terutama pada orang yang mendekati mereka secara blak-blakan bahkan agresif. Jika sudah begitu, biasanya mereka akan lebih mengurung diri sendiri, atau bahkan menyakiti orang yang mendekatinya."
Kyuhyun mencelos. Jadi yang ia lakukan selama ini bukannya membuat Hyona nyaman, tapi malah membuat gadis itu semakin tertekan? Kau benar-benar bodoh, Cho Kyuhyun!
Psikiater Park menunjukkan dua buah gambar scan otak pada Kyuhyun. Gambar sebelah kanan adalah scan otak berwarna biru yang di dalamnya terdapat banyak warna kuning, sedangkan gambar sebelah kiri adalah otak yang mayoritas hanya berwarna biru.
"Cho Kyuhyun-ssi, silakan lihat ini. Gambar sebelah kanan adalah otak orang normal, yang di dalamnya banyak terdapat warna kuning yang menandakan bahwa kinerja otak itu aktif. Sedangkan gambar sebelah kiri adalah otak orang depresi. Mayoritas hanya berwarna biru. Maka, dari gambar ini kita bisa simpulkan bahwa orang depresi mengalami hypoactive pada otak. Orang depresi mengalami penurunan fungsi otak, bukan hanya sekadar suasana hati atau rasa. Itulah mengapa orang depresi biasanya sulit berpikir logis, sulit merancang masa depan, bahkan sulit berlaku seperti orang normal."