Bab Delapan Belas

256 30 6
                                    

Hyona tidak tahu apa yang baru saja terjadi padanya. Tapi ketika ia membuka mata, gadis itu mendapati dirinya berada di ranjang rumah sakit dengan selang infus terhubung ke tangan. Apa dirinya pingsan? Entahlah. Hyona tidak ingat. Satu-satunya yang ia ingat sebelum ini adalah berita hilangnya pesawat Kyuhyun.

“Hyona-ya, kau sudah sadar?” suara Sohee menyapa telinga Hyona. Sahabatnya itu menatapnya penuh kekhawatiran. Dari wajahnya, Hyona tahu Sohee juga baru saja menangis.

“Sohee-ya...” sahut Hyona lemah. Baru satu kata yang keluar dari bibirnya, tapi mata gadis itu sudah berkaca-kaca. “Cho Kyuhyun... Pesawatnya... Tolong katakan aku sedang bermimpi, Sohee-ya... Kumohon...”

Sayangnya kalimat yang Hyona inginkan untuk didengar tidak terucap. Yang ada, Sohee ikut menitikkan air mata. Detik itu Hyona mengerti, bahwa ini bukan sekadar mimpi.

“Sepertinya pesawatnya jatuh ke laut, Hyo. Katanya karena cuaca ekstrem. Itu catatan terakhir yang diterima menara kontrol sebelum akhirnya mereka hilang kontak.”

“Lalu bagaimana dengan pesawatnya? Apa sudah ditemukan? Bagaimana dengan Cho Kyuhyun?”

Kang Sohee menggeleng. “Belum ada berita sejauh itu. Sekarang masih dalam proses pencarian.”

Meski Hyona merasa tubuhnya begitu lemas, gadis itu memaksakan diri untuk bangun. Infusnya ia cabut paksa dan ia turun dari ranjang begitu saja.

“Hyona, kau mau ke mana?”

“Berdoa,” sahut Hyona cepat dengan wajah berlinang air mata. “Hanya itu satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang.”

***

Di gereja yang sepi itu, Hyona duduk seorang diri. Kedua tangannya saling menggenggam di dada. Dan dalam keheningan itu, berulang kali Hyona meminta, “Tolong selamatkan Cho Kyuhyun. Tolong selamatkan Cho Kyuhyun. Tolong selamatkan Cho Kyuhyun.”

“Haruskah aku kabur saja dari bandara dan menemuimu sekarang?”

“Astaga, aku tidak tahu kau bisa sekekanak-kanakan ini, Cho.”

Bodoh, Shin Hyona! Seharusnya kau mengizinkannya kabur. Seharusnya kau memintanya datang menemuimu saat itu juga!

Seandainya Hyona mengizinkan Kyuhyun kabur dari bandara, seandainya Hyona berkata bahwa ia juga merindukan pria itu, apa semua ini tidak akan terjadi? Hyona benar-benar menyesali ucapannya sendiri. Kenapa ia bicara seperti itu pada Kyuhyun? Kenapa ia tidak bisa bersikap lebih manis di depan pria itu?

“Tuhan, kumohon, tolong selamatkan Cho Kyuhyun... Aku rela menukarnya dengan apa saja, tapi tolong, izinkan dia kembali dalam keadaan hidup...”

***

Bukan hanya Hyona yang pingsan setelah mendengar berita yang menimpa Kyuhyun, ibu Kyuhyun pun sama. Wanita paruh baya itu juga langsung dilarikan ke rumah sakit oleh Ahra. Ketika Hyona datang, Ahra menangis di koridor rumah sakit bersama dengan calon suaminya. Hyona bahkan sempat mendengar Ahra bicara, “Tunda dulu saja semuanya.”

“Tapi pernikahan kita berlangsung besok. Bagaimana menundanya? Semuanya sudah beres.”

“Lalu bagaimana mungkin aku bisa menggelar pesta pernikahan di saat adikku satu-satunya entah berada di mana? Aku bahkan tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang,” ujar Ahra. “Intinya tunda saja dulu. Aku hanya akan menikah jika Kyuhyun yang mengantarku ke altar.”

Ahra yang histeris dan kalut itu ditenangkan calon suaminya. Saat Hyona mendekat, kakak Kyuhyun itu pun memeluknya erat.

“Hyona... bagaimana ini? Bagaimana Kyuhyun?”

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang