{2} - Family

110 41 100
                                    

Saat Raka telah berada di Bandara Soekarno Hatta. Ayah, Ibu, dan Fadh menyambutnya dengan sangat antusias. Kebanggaan menjalar disekujur badan Ayah, ketika melihat putra sulungnya tiba dengan estimasi waktu diluar perkiraan. Kebahagiaan tak kalah antusias, ditunjukkan oleh Mama.

"Rakaa sayaang," panggil Mama antusias sembari melambai ke arah Raka. Sedangkan yang dipanggilnya pun tak merespon, hanya wajah datar dan postur tubuh tegap yang tengah membawa satu koper dan tas ranselnya.

Mama lebih dulu memeluk Raka. "Gimana kabar kamu?"

Raka mengendikkan bahu. "As mom can see, I'm fine."

"Mama tahu bahasa Inggris kamu jago sayang. Tapi, ayolah bahasa Indonesia aja ya. Kamu kan sekarang lagi berada di Indonesia."

Raka mengangguk.

Lalu diikuti oleh Ayah memeluk Raka. "Amazing, Raka!" ujar Ayah, "Postur tubuh kamu atletis juga ya," sambung Ayah kagum sembari menepuk-nepuk pundak Raka.

"Raka perhatikan pola makan dan suka olahraga."

Tak heran, jika dilihat Ayah di usia Raka yang masih 14 tahun, ia seperti anak yang telah berusia 20 tahun. Raka memiliki postur tubuh tegap dan berotot, terlebih ia juga tinggi dari usia pada umumnya. Namun, ia sedikit kurus dan tidak terlalu berisi.

Raka menoleh ke arah Fadh. "Hi! How are you?" tanya Raka pada Adik.

Yang ditanya hanya celingak-celinguk ke arah Mama.

"I'm fine, gitu sayang," ujar Mama.

"Udah-udah, Fadh emang lemot anaknya," ketus Ayah. "Yuk kita cari makan, kamu pasti sudah lapar," sambungnya yang diberi anggukan oleh Raka.

Sepulang dari restoran, kini mereka telah berada di rumah, tepatnya berada di ruang tamu.

"Raka?"

Raka mendongak, ia tengah makan dessert coklat yang barusan dibelinya. Sudah lama ia tidak memakannya.

"Hmm."

"Anak preman itu kenapa kamu buat babak belur?" tanya Ayah penasaran.

"Dia cemburu."

"Why?"

"Ceweknya suka sama Raka, dia marah lalu ajak duel."

Ayah tertarik. "And than?"

"Dia kalah, ngadu ke orang tuanya terus lapor ke pihak sekolah."

"Apa jangan-jangan kamu diluluskan bukan karena ... " ujar Mama terpotong, yang telah disahut lebih dulu oleh Ayah.

"Udah! Sekarang yang terpenting Raka udah lulus dan buat kita bangga."

Mama menghela napas dalam-dalam.

"Oya Nak, kamu mau gak sekolah di SMA Muara Sakti?" tanya Mama pada Raka.

"Raka udah punya plan buat sekolah di Unggul Indonesia Mah."

"Ayolah Raka, bantu nama sekolah Mama maju akan kehadiran kamu. Mau yah! Pleasee!" pinta Mama memelas.

Ayah tak terima jika anaknya yang cerdas disuruh sekolah di swasta yang tanpa prinkat itu.

"Dewi!" tegas Ayah bangkit lalu menghampiri istrinya. Ia membawa Istrinya jauh dari Raka.

"Kamu gak boleh maksa Raka begitu! Biarkan dia sekolah sesuai pilihannya, itu akan membuat dia semakin unggul, ngerti kamu?!" tegas Ayah berbisik pada Istrinya.

"Tapi Yah, kali ini aja."

"Kamu gak denger apa yang aku bilang! Ini demi kemajuan Raka!"

Mama menunduk, lalu ia kembali duduk di sebelah Raka.

"Gimana Mah? Boleh?"

Mama tersenyum terpaksa. "I-iya boleh Nak."

"Sepertinya Mama terpaksa."

Mama mengerjap. "Ng-nggak kok sayang, Mama dukung penuh buat kamu sekolah di sana."

"Really?"

Mama mengangguk dan tersenyum.

Saat ini Raka sedikit sadar bahwa pentingnya izin orang tua dalam tiap langkahnya. Karena saat dia sekolah di SMP Korea Selatan, tanpa izin dari orang tua. Di sana membuat banyak hal diluar rencana terjadi pada dirinya. Entah kejailannya yang berujung tidak sesuai rencana. Bahkan ada yang pernah iri pada Raka, sehingga mengajak duel maut padanya. Beruntungnya si lawan lebih dulu memohon ampun pada Raka untuk tidak dibunuh. Jadi bisa dibilang, saat ini Raka bisa dikatakan bersih dalam kata seorang pembunuh.

Selain perkara itu, ada perkara konyol lainnya yang mengusik ketenangannya sampai sekarang. Ia pernah dituduh sebagai penggoda istri orang. Bahkan konyolnya, suami dari istri tersebut hendak menuntut Raka. Namun, niat itu diurungkan olehnya, yang ada nantinya hanya akan memalukan diri si suami. Masa iya! Anak SMP yang notabennya masih remaja, mau menjadi pebinor, kan gak lucu.

Bhahaha.

"Raka mau ke kamar." Ia pun beranjak dari sofa.

"Nak."

Raka menoleh.

"Apa yang membuat kamu ingin sekolah di sana? Apa ada sesuatu yang ingin kamu kejar?"

Wait! Pasalnya sang Mama tahu betul, saat Raka menentukan pilihan tentu bukan tanpa alasan. Contohnya saat SMP di Korea Selatan, di sana terkenal akan Taekwondo yang memang telah menjadi minat Raka. Sekarang, pasti bukan tanpa alasan, mengapa Raka berkeinginan sekolah di SMA Unggul Indonesia atau ia hanya sekadar penasaran saja. Pasalnya sedari kecil Raka adalah anak yang suka penasaran terhadap sesuatu hal.

"Penasaran."

Mama terbelalak, tak percaya. "Yang benar saja Raka, masa kamu ingin sekolah hanya karena penasaran."

Raka bergegas menuju kamarnya. Saat punggung Raka telah jauh, Ayah membuka suara.

"Dewi," ujar Ayah.

Mama menoleh.

"Raka biar menjadi urusanku, kamu gak perlu ikut campur."

"Maksud kamu apa Yah?"

"Kamu nggak ngerti maksud aku apa, hah!"

"Tapi Yah, aku juga orang tuanya. Jadi aku juga berhak menentukan yang terbaik untuk anakku."

"Aku yang lebih tahu apa yang terbaik untuknya!"

"Aku gamau Raka ikut jejak kamu," ujar Mama spontan.

Ayah beranjak, lalu menghampiri Mama. "Denger ya! Raka ikuti jejakku atau tidak, itu menjadi urusanku. Lagi pula nantinya, dia yang akan melanjutkan bisnis yang aku jalani," ujar Ayah serius. "Asal kamu tahu, dia itu bibit unggul aku," sambungnya.

"Yahh ... aku gak setuju."

"Aku tidak membutuhkan persetujuan mu. Kamu urus saja anakmu yang satu itu. Dia kan bibit kamu makanya lemah," ujar Ayah sembari menunjuk ke arah Fadh dengan dagunya.

Fadh yang tengah asik memainkan gemboy, seketika cemberut, saat Ayah bilang dirinya lemah.

Ayah beranjak pergi.

"Kapan kamu berubah Yah," gumam Mama, ia tengah menahan air matanya untuk mengalir.

.

.

.

Instagram !!!

author:
@mellanii63
@mellanii365
@quotes.mell63

.

.

.

Si Ayah tega banget. Gak cuman sama Istrinya tapi sama anaknya juga. Dia pilih kasih huh.

Kalo kamu suka ceritanya bantu vote dan comment ya 🙌🤩

Raka Cakrawala || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang