{7} - Sympathy

84 42 205
                                    

Saat di sekolah, tak seperti biasanya mendapati Raya yang diam dan murung saja dari tadi. Kini ia berbeda dari sebelumnya, yang biasanya ia begitu ceria dan terus berusaha asik mengajak Raka bicara.

Raka penasaran, apa yang terjadi pada dirinya.

Apakah Deon, yang tergila-gila padanya itu, berusaha mengancamnya?

Raka menghela napas dalam-dalam.

Seorang Raka, mana mungkin peduli dengan perasaan wanita. Dirinya saja tidak mengerti perasaannya. Namun, keadaan yang penuh tanda tanya itu, perlu dicari tahu. Lagi pula, ia bukan maksud untuk mencari tahu perasaan Raya, melainkan lebih pada keadaannya.

Saat waktu pulang sekolah, Raya beranjak begitu saja, tidak menghiraukan keberadaan Raka sama sekali. Padahal biasanya, ia selalu mengajaknya bicara hal random. Dimana ia mau maen ke rumahnya Raka-lah, ia mau diantar pulanglah, ia mau nongkrong dulu sama Raka.

Tetapi tidak untuk kali ini ... tidak ... ada apa dengannya?

Raka mengikuti langkah Raya, yang hendak pergi ke mana. Tentu, ia akan mencari angkutan umum untuk pulang. Seketika Raka menarik pergelangan tangan Raya. "Ikut gue."

Raya terkejut. "Ke mana?"

"Udah ikut aja."

Raka membawanya ke parkiran. "Naik."

"Kita mau kemana?"

"Lo mau jalan sama gue kan?"

The first date?

Raya tampak bingung harus menjawab apa, padahal momen inilah yang ia tunggu-tunggu.

Tapi---?

"Buru."

Raya pun mengikuti perintah Raka untuk menaiki motornya.

Raka membawanya ke suatu tempat, tepatnya di  sekitar Danau.

"Kenapa kita ke sini?"

"Cerita, apa sebenarnya yang terjadi sama lo?"

"Maksud lo apa?"

"Apa Deon berusaha ngancam lo?"

"Gu-gue gapapa Raka."

"Jangan bohong, gue bisa baca karakter orang."

Biasa ... Raka ini anak sosial, jadi gak heran kalo dia bisa baca karakter orang.

Waktu terus berlalu, yang awalnya Raya tidak mau bercerita. Kini ia bercerita, karena pengaruh tekanan dari Raka.

Dari sana Raka memahami apa yang Raya tengah alami. Raka mulai bersimpati padanya, ia merasa tak bisa melakukan banyak hal untuknya. Namun, Raka berjanji, bahwa Raya akan baik-baik saja, jika dirinya berada di dekat Raka.

Tidak ... Raka tidak bisa untuk tidak memeluk wanita yang sedang menangis, ia tidak punya perasaan soal itu. Namun, tidak untuk kali itu ... untuk tangisan Raya.

Raya Samira.

°°°°°°°°°°°°°

"Raya."

Raya menoleh ke arah Deon, yang tengah duduk di sofa, entah sejak kapan ia menunggunya.

Deon menghampiri Raya, Raya takut. Ia sungguh takut, jika Deon kembali marah. Apalagi jika Deon mengetahui pertemuannya barusan pada Raka.

"Sudah lama lo gak jenguk nenek. Yuk kita jenguk sekarang."

Deon tidak marah? Tumben?

Di sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, seperti ada yang aneh pada Deon. Ia tidak biasanya bersikap seperti ini, apa yang terjadi padanya, entahlah...

"Lo udah makan?"

Raya mengeleng.

"Kita makan dulu, abis itu baru ke rumah sakit."

"Kita makan di rumah sakit aja, gimana?"

Deon mengangguk. "Boleh."

"Makasih Deon."

"Sama-sama."

°°°°°°°°°°°°°

Saat di waktu sekolah, dikabarkan Raya tak masuk sekolah, karena ia harus menjaga neneknya yang sedang sakit parah. Raka yang tampak begitu khawatir pada keadaan Raya, ia berniat selepas pulang sekolah untuk mengunjungi rumah sakit.

Saat Raka naik lift, tibanya di koridor ia melihat Deon yang berada di kursi depan ruangan.

Raka menghampirinya.

"Mau apa lo ke sini?" tanya Deon beranjak setelah melihat kedatangan Raka.

"Gue mau ketemu sama Raya."

"Lebih baik lo pergi! Dia gak butuh lo ada di sini!"

Tiba-tiba saja, Raya keluar dari ruangan dan sedikit terkejut melihat kedatangan Raka.

Keadaan Raya saat itu, dibuat bimbang harus bersikap apa. Di satu sisi dia harus patuh pada Deon, untuk tidak dekat-dekat dengan Raka. Di sisi lain, ia ingin dekat pada Raka layaknya teman bercerita.

Raya bersikap netral. "Raka, kenapa ke sini?"

"Gue mau anter ini buat lo," ujar Raka sembari menyodorkan kotak nasi beserta amplop berisikan beberapa lembar uang berwana merah di sana.

Saat Raya hendak menggapainya, tetapi Deon lebih dulu membuangnya sembarang. Sehingga kotak nasi beserta amplop berserakan kemana-mana.

"Masuk!!!" ujar Deon menarik kasar tangan Raya untuk masuk ke dalam.

Saat Deon dan Raya berada di ruangan rawat inap neneknya. "Berapa kali gue bilang Raya! Lo jangan dekat-dekat sama Raka!"

"Aku cuman menyapanya aja Deon, apa itu salah?"

Raka yang masih berada di tempat, tak sengaja di balik pintu yang masih sedikit terbuka, ia sedikit mendengar pembicaraan mereka di dalam. Di sana Deon terkesan tegas dalam mencintai dan kecemburuan hebatnya terlihat di emosinya. Namun, Raya seperti pasrah dan terlihat lelah di dalam jiwa raganya.

Jika mencintai, tidak seharusnya menyakiti. Jika mencintai, tidak seharusnya ada yang ditutupi. Cinta macam apa, jika satu sama lain tidak saling mengerti - Raka Cakrawala.

.

.

.

Instagram !!!

author:
@mellanii63
@mellanii365
@quotes.mell63

.

.

.

Arrggghhh, aku suka kata-kata Raka soal cinta itu. Meskipun dia, udah atau belumnya merasakan cinta :^,^:

Kalo kamu suka ceritanya bantu vote dan comment ya 🙌🤩

Raka Cakrawala || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang