“Dua hati retak, karena dua hal yang berbeda.”
Keluarga Gavien itu melesat ke rumah mereka yang berada dua jam perjalanan di rumah orang tua Sean. Giveon dan ibunya tersebut sibuk bernyanyi dari awal perjalanan hingga akhirnya bayi itu tertidur. Sang ibu yang bosan pun mengajak suaminya yang dari tadi hanya diam mendengarkan nyanyian mereka.
"Gavien, menurutmu, kenapa jodoh aku kamu dan kamu aku?.", tanya Sean dengan wajah bingungnya, berpikir sejenak dengan pertanyaan yang ia beri pada sang suami.
Gavien yang mendengar pertanyaan itu terkekeh, menanggap bahwa itu adalah pertanyaan yang lucu, namun hatinya juga sedikit sakit, "Entahlah, takdir tuhan tak ada yang tau kan."
Sean mengangguk kan kepalanya, ada benarnya juga ucapan sang suami, dahulunya keduanya adalah seorang adik dan kakak tingkat namun bangun dari tidur, mereka sudah tidur di kasur yang sama dengan seorang bayi yang memanggil mereka dengan panggilan untuk ayah dan ibu.
"Apakah tak apa sampai rumah malam?, sepertinya di jalan dekat rumah sakit itu akan macet."
"Benarkah?, Apakah terjadi sesuatu di sana?."
Mereka sampai di depan sebuah rumah sakit, dan benar, macet, sepertinya terjadi kecelakaan membuat jalanan menjadi di penuhi oleh pengendara jalan, dan ini juga adalah jam sore yang juga akan sengat lama, di saat ini semua orang juga akan berbondong-bondong ingin sampai ke rumah mereka dan tidur di atas kasur empuk mereka.
"Gavien, bosan," adu Sean dengan wajah murungnya, melihat mobil mereka tak berjalan sama sekali. Gavien hanya terkekeh, lalu mengelus punggung tangan sang istri.
Ini reflek terjadi, Gavien tak sadar melakukannya, dengan alasan bahwa saat masih menduduki bangku sekolah, ia sering kali memberikan act of service kepada orang lain. Dan yang di beri tampak tak keberatan dengan hal itu, ia cukup menikmati usapan ibu jari sang suami di ibu tangannya.
"Jack, Bagaimana dia bisa menikahi Naowen, aku rasa di sekolah kita tak ada orang seperti nya."
Mendengar itu, Gavien ikut berpikir, benar yang di ucapkan, di sudah cukup akrab dengan semua murid sekolah, mulai dari seangkatan, adik kelas dan kakak kelas bahkan alumni, tak ada yang terlewat kan tapi ia juga tak pernah tau sia itu Naowen sebenarnya.
"Mungkin ia teman kuliah Kak Jack."
Mendengar jawaban sang suami akhirnya Sean hanya mengangguk karena ia memiliki opini yang sama dengan sang suami. Keduanya kembali diam. Gavien sibuk melihat aktifitas di luar mobil, ada sedikit yang membuat hatinya berdebar dua kali lipat, Sean menatapnya dengan tatapan binar.
Sean sendiri ia menatap tangan suaminya yang berada di atasnya, ia cukup sering melakukan hal yang lebih antara teman dengan teman submissive nya, contohnya ia pernah ganti pakaian di depan Haechan, itu yang paling max di antara yang lain.
Ia bisa melihat perbedaan tangan nya dengan suaminya, tangannya terlihat lebih kurus dan lentik, berbeda dengan tangan suaminya yang tampak berurat, dan di jari manisnya juga bertengger sebuah cincin yang persis ada di jari manis tangan kirinya juga. Penampilan dari suaminya mampu membuat nya terdiam, tak ada pakaian Gavien di rumah mertuanya membuatnya harus kembali memakai kemeja hitam yang ia gunakan, karena menyandar pada kursi, tercetak jelas sebuah otot pada perut sang suami.
Setelah berselang tiga jam perjalanan yang memakan satu jam untuk macet dan mampir membeli makanan keluarga itu sampai di rumah saat malam tiba. Komplek yang cukup megah, dan cukup ramai karena banyaknya penghuni aktif di setiap sudut yang rata-rata memiliki anak. Sean sendiri senang akan hal itu karena ia benci sebuah keheningan.
"Aku akan mandi sebentar, makanlah duluan dengan Giveon."
Gavien pamit lalu pergi ke kamar karena pria itu sudah jengah menggunakan kemeja bau keringatnya. Sean tak masalah, ia duduk di depan tv dan Giveon duduk di bawah dengan mainannya.
Selang beberapa menit, Gavien datang dengan rambut basah, tampak segar. Ia mengambil tempat di sebelah istrinya, tangan kanannya memegang handphone miliknya, menatap intens benda tersebut membuat sang istri penasaran, ia mengintip sedikit hingga melihat isi roomchat sang suami dengan bawahannya, bukan itu yang membuatnya tertarik, namun latar belakang yang di gunakan sang suami adalah fotonya saat masih di bangku SMA.
"Kenapa foto ku?.", tak ada embel-embel kakak pada dirinya lagi, sekarang statusnya adalah seorang istri bukan kakak tingkat lagi.
"Entahlah, mungkin aku suka?, sebelumnya begini, aku terlalu malas untuk menggantinya.", ujar Gavien membalas sang istri, ia meletakan Handphonenya di atas meja, mengambil cemilan di atas meja untuk ia makan.
Saat sekarang ini, ada berita terkini, benarkah CEO dari perusahaan ternama pernah berkencan dengan model ternama di bawah naungan brand terkenal?
Keduanya tampak terkejut dengan berita yang di siarkan di berita televisi internasional tersebut, ada foto dari istri Gavien dan mantan dari istri Gavien itu sendiri. Keduanya saling bertatap laku kembali menatap ke arah televisi.
Ini hanyalah rumor karena keduanya memang pernah bersekolah di sekolah menengah atas yang sama, sang CEO hanya mengatakan bahwa mereka pernah menjadi partner dalam hubungan kegiatan sekolah, tak sepenuhnya benar jika mereka pernah menjalani hubungan kekasih.
"Wah, ternyata aku model Vien!."
Gavien mengangguk, ia sudah tau akan hal itu karena ia sendiri melihat banyak majalah di dalam laci kerjanya yang semuanya berisi foto sang istri yang membintangi model dari brand-brand terkenal.
"Tapi, Kenapa Jack hanya mengatakan kami partner kegiatan sekolah, ia melupakan kata-kata nya yang mencintai ku?, padahal aku benar-benar mencintainya, jika ia tak memiliki Naowen mungkin akan ku kejar dia."
Hati Gavien kembali retak, secara tidak langsung istrinya akan memilih orang lain ketimbang dirinya. Gavien diam, tak membalas ucapan sang istri, menatap cincin pernikahan nya.
Sean yang tak mendengar balasan dari sang suami menoleh pada suaminya, melihat Gavien dengan tatapan kosong menatap cincin pernikahan nya. Ia sedikit bingung.
"Gavien, ada apa?" Tanya Sean lalu mengguncang kan tubuh sang suami hingga pria itu akhirnya tersadar dari lamunannya.
"Aku akan kembali ke ruang kerja."
Usai mengatakan itu, Gavien mengambil Handphone nya lalu pergi dari sana, meninggalkan istrinya yang menatapnya dengan tatapan bingung, ia mulai berpikir apa yang tiba-tiba membuat suaminya berubah secepat itu?.
"Apakah ia tersinggung karena aku mengatakan bahwa aku mencintai Jack?.", pikirnya, mulai tersirat rasa bersalah karena ia melupakan statusnya sebagai seorang istri.
Gavien diam di ruang kerjanya, lebih tepatnya duduk diam di meja kerjanya sambil menghisap nikotin di tangan kanannya. Ia menemukan sebungkus di dalam lacinya membuat senyumannya merekah, ia pernah melakukan ini saat ia merasa stress dan orang tuanya tak terlalu peduli dengan hal itu.
Gavien sudah menghabiskan itu sekitar tiga puntung rokok dan itu yang ke empat, terus menghisap nya sambil menatap isi galerinya, terlihat banyak foto sang istri di sana, majalah yang berisi istrinya pun ia keluar kan.
"Apakah aku punya hak untuk cemburu?."
May, 14 - 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future l Guanren
RandomBukan hal yang mudah untuk membiarkan orang yang di cintai bersama orang lain, namun bersama dengan orang yang di cintai dengan hati yang berbeda juga bukan hal yang bagus.