Siang ini benar-benar terasa panas, Sean selama di mobil keringatan tapi nolak buat pake ac, katanya si ga baik kalau panas-panas gini, Gavien nurut, dia buka semua kaca mobil sampai semua angin yang ada mampir di mobil Gavien.
“Aduh, enak banget,” ujar si manis saat angin yang lumayan kuat masuk melalui semua kaca yang terbuka, padahal ini baru jam sembilan pagi tapi ia sudah mengantuk.
“Ngantuk?,” tanya Gavien lalu mengelus tangan kanan istrinya, mengusap lembut tangan si paras cantik itu.
Si manis mengangguk lalu menurunkan kursi penumpang yang ia duduki, dan memindahkan tangan Gavien yang mengelus tangannya ke kepalanya. September yang melihat istrinya seperti itu terkekeh kecil lalu mengelus rambut tebal itu, ia bisa mendengar suara menguap dari mulut sang istri. Si manis mengusap air matanya karena menguap lalu sekejap suara nafas teratur terdengar.
Gavien melirik sebentar si manis lalu tersenyum melihat wajah tenang itu. Ia berhak untuk cemburu dan marah dengan istri nya karena si manis telah memuji lelaki lain di depannya, ia berhak.
Setelah perjalanan yang panjang, tampak sepasang pasutri itu sampai, atau pasusu?. Gavien sudah menawarkan diri untuk menggendong si manis ke dalam rumah namun, si Aries menolak karena pasti ada yang akan melihat, itu memalukan apalagi ayah nya pasti akan meledeknya.
Keduanya berjalanan beriringan dengan saling bergandengan, karena baru bangun dari tidurnya, jalan Sean itu sempoyongan membuat Gavien ekstra hati-hati agar si manis tidak jatuh dari berdirinya.
“Buna!, Ayah!.”
suara pertama yang menyambut mereka adalah milik bayi mereka sendiri, bayi tiga tahun itu berlari ke arah mereka dengan senyuman nya yang sangat mirip dengan ayahnya sendiri.
Bayi laki-laki itu mengangkat tangannya di udara meminta gendong pada sang ayah. Si September terkekeh lalu mengulurkan tangannya untuk menggendong bayi itu.
What about Sean?, si manis sudah terus berjalan hingga akhirnya tertidur kembali di paha sang ibu saat kedua orang dengan satu anak itu duduk di teras rumah di temani oleh cucu dan mainan nya.
“Ayah, buna kenapa?,” tanya si kecil saat berada di atas sang ayah bisa melihat jelas bahwa ibunya tertidur di paha neneknya.
“Bunda ngantuk.”
bukan Gavien membalas namun si kakek lah yang menjawabnya.
Gavien berjalan ke arah sana dengan sang anak yang ia gendong belakang, atas?, Giveon merentangkan kakinya di kedua bahu sang ayah agar tak jatuh dan berpegangan pada kepala sang ayah, ya begitulah penggambaran nya.
“Ayo duduk sini Gavien, mau mama buatin apa?.”
Mendengar tawaran yang di tawarkan oleh ibu mertuanya lantas Gavien menggelengkan kepalanya dan tersenyum, “Gapapa ma, nanti kalau haus Gavien ambil minum saja sendiri, mama dan baba kesusahan ga selama Giveon di sini?.”
“Ga dong, santai aja, lagi pula Giveon itu ga ada bedanya sama ibunya dulu.”
“Baba, berhenti ghibah in anak baba ini!”
Padahal beberapa menit lalu si pria manis itu telah menutup mata kembali, namun tiba-tiba saja si manis bangun dan meneriaki sang ayah dengan wajah kesal.
“Loh, buna ndak bobo?”
Giveon yang sedang bermain dengan mainannya lantas menatap sang ibunda dengan wajah bingungnya. Si manis hanya tersenyum pada anaknya lalu mengalihkan perhatiannya pada sang ayah dengan seketika ekspresi nya berubah menjadi kesal.
Melihat wajah kesal si manis semua yang ada di sana tertawa, tak terkecuali si bayi kecil itu yang hanya ikutan saja namun tak mengerti dengan situasi tersebut.
Malam kembali berganti. Kedua pasangan ini dan anak tunggal mereka memilih untuk makan malam di luar karena cacing di perut mereka sudah keroncongan. Besok juga sudah Minggu jadi mereka bisa santai selama malam ini, jika bangun ke siangan pun tak masalah.
“Mawu escim yah!”
Ketiganya duduk di sebuah meja yang di beri kursi khusus bayi untuk Giveon sesuai kebijakan yang ada di sana kepada semua pelanggan yang membawa anak balita. Bayi kecil itu melihat gambar makanan beku itu di buku menu lantas mengintruksikan pada sang ayah untuk membelikannya makanan tersebut dengan cara menunjuk-nunjuk gambar si manis itu.
Melihat tingkah manis si anak lantas kedua cacat di pipi si ayah terlihat lalu mengiyakan permintaan anaknya.
Sebuah pengetahuan baru untuk keduanya karena anak mereka itu benar-benar enteng di publik, berbeda dengan di rumah, palingan mulutnya saja yang tak mau berhenti mengeluarkan suara dan bahasa nya yang belum lurus tersebut.
“Kak, mau yang mana?”
Melihat sang suami menyerahkan buku menu padanya lantas si manis membaca-baca yang menarik perhatian nya, “Kita pesan hot pot saja bagaimana?,” tanya si manis pada sang suami.
“Kakak mau hotpot?, baiklah, kita pesan itu saja.”
Tentunya hotpot itu hanya untuk keduanya sedangkan bayi kecil itu hanya memakan bubur dengan rasa coklat di sana.
Acara makan keduanya selesai, si kepala keluarga menitipkan sang anak pada istrinya lalu dirinya pergi ke toilet untuk menyelesaikan urusannya.
Saat memasuki toilet hanya ada dirinya di sana, dan saat ia keluar toilet sudah ada pria lain yang lebih pendek darinya sedang mencuci tangannya di wastafel. Lantas ia ikut mencuci tangannya tak jauh dari si pria.
“Maaf?”
Gavien berucap seperti itu karena si pria tiba-tiba saja mendekatinya tanpa berucap apapun.
“Akh!”.
Hal gila baru saja Gavien dapatkan, miliknya d remas oleh pria itu.
Bugh!
Sebuah bogem mentah mendarat di pipi pria itu, reflek Gavien melakukannya karena ia bisa merasakan jelas tangan si pria meremas miliknya, perih.
“Hei!, apa yang kau lakukan padanya!,” usai Gavien melakukannya beberapa orang melihat hal itu dan semaunya berwajah shock. Dan salah satu darinya menegur perbuatan tercela dari Gavien.
“Maaf tapi dia telah melecehkan ku,” bela Gavien pada dirinya sambil menunjuk wajah pria yang telah terkapar di sana.
“Mana mungkin si manis ini melecehkan seseorang dengan tubuh jangkung seperti mu, kau yang melakukan sebaliknya!,” balas nya kembali dengan wajah marah.
Di dalam hati Gavien sudah mengumpat, ia tak ada bukti bahwa ia telah di lecehkan, sedangkan perilaku tidak terpujinya telah di lihat oleh beberapa saksi yang akan masuk toilet juga.
Terlihat panik lantas seseorang keluar dari bilik kamar mandi dengan suara pintu di dorong dengan keras.
“Tenanglah kawan, aku memiliki video di mana kau di lecehkan si lonte kecil ini.”
Pria itu hampir sama tinggi dengan Gavien, dan warna kulit nya sedikit tan, ia melambaikan Handphone nya yang ia genggam di tangan kanannya.
“Ada apa ini?!,” seseorang berjas masuk dengan wajah bingung dan marah di sana, ah sepertinya itu pemilik restoran ini.
“Ayo para saksi, korban dan tersangka, kita selesaikan,” ujar si tan skin pada semua yang ada di sana memberikan instruksi.
Di luar toilet sana sudah banyak yang penasaran termasuk para perempuan yang juga penasaran dengan apa yang terjadi di dalam, sedangkan si manis menatap dari luar sana dengan bingung dan khawatir mengingat suaminya ada di dalam sana. Giveon sudah tertidur nyenyak di dalam pelukan sang ibu usai memakan makanannya hingga habis.
June, 01 - 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future l Guanren
RandomBukan hal yang mudah untuk membiarkan orang yang di cintai bersama orang lain, namun bersama dengan orang yang di cintai dengan hati yang berbeda juga bukan hal yang bagus.