XIV.My Future

87 14 1
                                    




Benar, si pria dengan style tampak seperti seorang uke di denda polisi akibat pelecehan seksual secara fisik dan di mintai keterangan. Begitu juga pihak restoran yang di berikan denda karena bilik yang tak dapat di sana. Si pria dengan kulit tan itu iseng merekam yang ada di luar jika tiba-tiba seseorang telah mengintipnya ia bisa menemukan dengan cepat karena bilik yang ia gunakan tak rapat dan tak sengaja merekam hal yang tadi dengan jelas.

“Uang tebusan kepada anda Tuan Gavien akan segera di tebus, mohon di tunggu,” ujar salah satu polisi pada pria jangkung itu.

Gavien hanya menangguk hingga terdengar sebuah langkah kaki cepat ke arahnya, Sean.

“Ada apa ini?,” tanya Sean pada suaminya, dengan sang anak di dalam gendongannya.

“Tak apa, nanti ku ceritakan, ayo pulang.”

Mendengar itu Sean menggangguk lalu mengoper sang anak pada sang suami agar si kecil itu bisa tidur dengan nyenyak.

Langkah demi langkah telah di lalui tapi Gavien baru menyadari sesuatu, seseorang yang telah melecehkannya itu menatapnya dengan sebuah senyuman miring terukir. Gavien memilih untuk menutup wajah anaknya mengingat bahwa pria itu hanya di interogasi dan mendapatkan sebuah denda, takut si bayi kecilnya akan bertemu dengan si iblis itu.

“Gavien, kamu ngerasa ga si kalau orang yang ada di dalam mobil polisi itu ngeliatin kamu?,” bisik Sean, Gavien hanya mengangguk lalu berusaha menutup wajah sang istri dengan tubuhnya, ah istri nya juga terancam.

“Jangan hiraukan jalanlah ke mobil dengan cepat,” balasnya.

Sean menuruti hal tersebut, takut juga melihat tatapan menyeramkan tersebut.



Saat di mobil Gavien menceritakan semuanya yang terjadi tadi, wajah shock di wajah Sean bisa di lihat jelas oleh si September. Keduanya dalam perjalanan pulang menuju rumah dengan Giveon yang tertidur di pangkuan milik Sean.

“Lalu, siapa pria yang merekam itu?.”

“Namanya Lucas, kita bertukar nomor, lihat saja di hp ku wajahnya, ia memasang wajahnya di foto profil nya.”

Sean menangguk lalu membuka gadget suaminya, tak di kunci hanya ada fotonya dan bayi kecilnya di sana, Sean membuka aplikasi tukar pesan tersebut melihat siapa yang telah membantu suaminya menyelesaikan ini dengan cepat.

“Sepertinya dia lebih tua dari mu Gavien.”

“Iya, dia seumuran dengan pelatih basket kita dulu, Mark.”

Si manis hanya menangguk lalu kembali mendudukkan dirinya dengan tenang.




Lagi dan lagi si manis di ajak oleh Haechan untuk pergi bermain keluar dan untungnya si Giveon tak mau ikut dan meminta di rumah neneknya saja mengingat di komplek sana banyak juga anak seusia bayi itu membuatnya tak kesepian di sana. Gavien pun hanya diam di kantornya, ia terlalu bosan melakukan apapun hingga memilih untuk menyelesaikan tugasnya di kantor di temani oleh beberapa karyawan yang juga melakukan hal yang sama.

“Bentar ya, mau buang air dulu,” ujar Haechan pergi dari sana.

Hanya tersisa Naowen dengan Sean dan rasa canggung yang menyelimuti, jangan lupakan bahwa mereka baru saja saling mengenal di saat pertemuan  beberapa bulan lalu dan juga suami Naowen adalah kekasih Sean di saat remaja.

Tiba-tiba saja banyak pertanyaan berputar di kepala Sean, ia ingin membahas semuanya di sini selagi Haechan sedang pergi ke toilet, ia bisa mendapatkan semua jawabannya dari si manis dengan rambut gulali di depannya.

“Naowen, maaf aku lupa tapi kita teman masa sekolah menengah atas atau kuliah?,” tanya Sean pada si rambut gulali itu.

Naowen yang sedang makan itu hanya terkekeh mendengar pertanyaan si manis di depannya, “Kita bertemu setelah aku pindah di semester dua ke sekolah yang sama dengan mu Sean.”

Sean mendengar nya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, “Lalu, apa maksud dari yang kau katakan pada suami ku beberapa Minggu lalu?.”

“Tak ada, kamu sendiri juga akan tahu Sean, secepatnya, nikmati saja waktu berdua kalian sampai nanti berpisah lagi.”

Mendengar itu Sean kembali bingung, lagi-lagi bukan jawaban yang ia dapatkan namun hanya kalimat aneh yang tak masuk akal di benaknya, ada apa dengan si pemilik bulu mata lentik ini?.

“Bingung ya?,” seakan membaca pikiran si pihak bawah yang lebih pendek darinya, Naowen terkekeh.

“Kau akan tahu sesuatu beberapa jam lagi, tunggu saja, aku akan meminta Haechan untuk kita pulang lebih cepat agar kau bisa menghabiskan waktu bersama keluarga mu sekarang, tolong sampaikan kepada Gavien juga untuk menikmati waktu keluarga kalian.”

Sean hanya mengangguk, walau tak mengerti tapi apapun bisa terjadi kan?, ia mengetikan pesannya pada Gavien. Tak lama Haechan datang dan menceritakan kejadian lucu saat ia perjalanan ke toilet yang terletak di belakang restoran tadi.




Gavien yang selesai dengan pekerjaan nya lantas menata semua berkasnya dengan rapi hingga sebuah notifikasi masuk ke benda si sakunya membuat benda itu bergetar. Gavien menata semua barangnya satu persatu lalu membuka layar ponsel nya.

Wife 🤍
| Jemput aku dan kita akan ke rumah mama, baba untuk menjemput Giveon, ada yang ingin ku membicarakan. 11:20

|📍Sharelock. 11:22

Hiraukan saja nama yang telah di berikan Gavien pada nomor milik sang istri, biarkan hal tersebut menjadi rahasia nya dan Readers saja. Apa yang ingin di bicarakan si manis?, Gavien cukup bingung terlebih istrinya baru saja pergi dua jam lalu, kenapa cepat sekali?.

To wife 🤍 :
kenapa cepat sekali?.

Usai mengirimi pesan itu Gavien duduk di meja kerjanya sambil merapikan barang-barang di dalam lacinya, tampak banyak sekali kertas dan benda lain di sana, benar-benar berantakan.

“Album?,” Benar Gavien menemukan sebuah album, covernya persis dengan milik orang tuanya dulu yang juga Gavien temukan di atas meja kerja ayahnya saat berumur lima tahun, namun ada tulisan yang berbeda di covernya.

Story of love

Itu lah tertulis di latar depannya dan di bawah sana ada nama nya dan sang istri. Halaman pertama berisi tempat dengan dua foto ia dan istri nya, sepertinya foto untuk mendaftar kan pernikahan mereka ke lembaga. Foto kedua ada fotonya dengan idolanya dan sang istri dengan mantan kekasihnya ada tulisan juga di sana. Hingga foto terakhir berisi foto keluarga mereka.

Sepertinya ini bukan di cetak atau menggunakan jasa orang lain, Gavien sendiri pernah membuat video dokumentasi dirinya dari umur enam tahun hingga dua puluh enam tahun dan sekarang ia dua puluh delapan tahun, video itu sudah selesai dan sepertinya album ini juga iyalah yang membuatnya.

Ting!, suara notifikasi masuk dan handphone Gavien.

Wife 🤍
| Cepat saja, aku ingin pulang! 11:26

To wife 🤍 :
baiklah, tunggu dua puluh menit.

Gavien memberesi barang-barang yang berserakan di atas mejanya lalu berjalan ke luar dengan album itu di tangannya, jangan lupa untuk mengunci ruangannya, suasana kantor sudah sepi dan sepertinya karyawan yang datang sudah pulang.

Gavien hanya meletakan album itu di kursi belakang lalu melajukan mobilnya menuju lokasi yang di kirim oleh istrinya.



June, 01 - 2024

My Future l GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang