Happy reading
Mentari mulai menunjukan cahayanya di langit pagi, menunjukan keindahannya pada semua rakyat bumi, Senin mulai kembali, semua orang melakukan aktivitas mereka dengan rasa malas karena waktu liburan mereka telah habis begitu saja. Kepala rumah tangga akan pergi bekerja untuk mencari nafkah keluarga, pelajar akan berangkat sekolah dan ibu rumah tangga akan menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
“Apa aja aktifitas nanti?.”
Begitu juga dengan keluarga Louise, Mereka memulai hari dengan sarapan untuk menambah tenaga mereka selama menyelesaikan hari ini. Hanya ada suara ocehan anak balita membuat kedua orang tua itu terkekeh.
“Ga banyak, mungkin bakalan pergi main bareng Haechan, ga tau juga.”
Sang kepala keluarga menangguk lalu kembali menikmati sarapannya sambil sesekali tertawa dan menjawab dari banyak pertanyaan sang anak, begitu juga dengan sang ibu yang merasakan hal yang sangat hangat di sana.
Usai dari itu, istri mengantarkan suaminya hingga sampai di depan pintu rumah, ada banyak keluarga lain yang juga melakukan hal yang serupa dengan mereka, mula-mula sang ayah mengecup pipi sang anak untuk berpamitan dengan bayinya.
“Kak, aku kerja dulu.”, Setelah mengucapkan itu, sebuah tangan kecil menggenggam jas yang ia gunakan.
“Ayah Ndak iyum bunda?, thenapa?, biyacanya iyum bunda?.”
Walaupun cara bicara balita itu belum tak lurus, sang ayah dapat mengerti dengan yang di ucapkan sang anak, begitu juga dengan sang ibu yang tampak sedikit memanas karena itu. Sang ayah tersenyum menatap anaknya lalu ke arah istrinya.
cup!
“Kak, aku kerja ya, kalau ada apa-apa telfon aku, baik-baik sama Giveon yaa.”
Gavien mengecup dahi sang istri, tak lupa dengan kata-kata manisnya untuk sang istri. Sang istri hanya diam, dengan semburan panas di pipinya, ia bisa merasakan banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya.
“Bundwa!, biyacanya bundwa cup pipwi ayah!.”
Mendengar anaknya berujar itu, Sean meneguk ludah nya, bagaimana dirinya ini?, bisa-bisanya melakukan hal tersebut di depan sang anak yang bahkan masih berusia dua tahun?!.
“Kak, ini normal kok untuk pasangan muda, biasanya juga gini, ngajarin anaknya buat tau arti kasih sayang.”, Lagi-lagi pria itu membaca pikiran Sean.
Dengan telinga yang memerah, Sean mencium pipi sang suami, sang suami hanya terkekeh, mengusap kepala istrinya lalu anaknya, pergi menggunakan mobil yang terparkir untuk pergi bekerja, meninggalkan sang istri yang terdiam dengan anaknya di gendongannya.
“undwa?.”
Dengan cepat ia menggeleng kan kepalanya usai mendengar suara sang anak, mengajak sang anak untuk mandi karena ia akan membuat janji dengan sang teman, ia tak tahu untuk melakukan apa lagi karena masa muda nya juga di isi dengan bersosialisasi dengan sesama manusia.
“Hayi ion!.”
Haechan menjemput nya dengan sebuah mobil, ia cukup terkejut ada dua orang yang tak ia kenal di sana, pertama- ia hanya tau namanya saja alias Naowen dan seorang balita di pangkuan nya yang mirip sekali dengan Haechan- menyapa anaknya.
“Heung!, Hawloo ugha yeye!.”
Kedua balita itu duduk di kursi paling belakang untuk bermain bersama dan saling bercengkrama bersama, keduanya tampak asik dengan dunianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future l Guanren
AcakBukan hal yang mudah untuk membiarkan orang yang di cintai bersama orang lain, namun bersama dengan orang yang di cintai dengan hati yang berbeda juga bukan hal yang bagus.