Happy reading guys....
*****
Di sebuah gazebo yang berada di taman istana Kekaisaran dinasty Huang terdapat seorang wanita dengan aura keanggunan yang terpancar sedang melamun menatap rerumputan yang tumbuh dengan terawat di taman itu.
Dari kejauhan seorang anak kecil berusia 10 tahun mengernyitkan keningnya bingung saat melihat tidak ada respon dari Ibunya setelah memanggil namanya berulang kali.
"Ibu... Apakah Ibu mendengarku? Apa yang sedang Ibu fikirkan?." Permaisuri Huang Zhisu kembali tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara seorang anak laki-laki yang memanggilnya.
"Maaf sayang, Ibu hanya sedang teringat kembali dengan mendiang yang mulia." Putra Mahkota Huang Hongli hanya mengangguk kan kepalanya mengerti setelah mendengar penjelasan dari sosok wanita yang sangat di sayanginya itu.
"Ibu, aku ingin bertanya sesuatu kepada Ibu. Maukah Ibu menjawabnya?." Permaisuri Huang Zhisu hanya menganggukkan kepalanya sambil menatap putranya dengan tersenyum.
"Menurut Ibu apakah aku bisa menjadi pemimpin yang baik dan adil kepada semua orang di masa depan seperti Ayah?." Tanya Putra Mahkota Huang Hongli dengan tatapan polosnya.
"Tentu saja sayang kau pasti bisa menjadi pemimpin yang hebat seperti Ayahmu dulu. Kau adalah putra Ibu yang sangat hebat, kau pasti bisa melakukannya di masa depan nanti." Putra Mahkota Huang Hongli yang mendengar perkataan Ibunya hanya bisa menundukkan kepalanya sedih.
"Tapi... Aku takut jika Ibu akan pergi meninggalkanku disaat aku masih membutuhkan sosok Ibu." Zhisu yang melihat bahu putranya mulai bergetar karena menahan isak tangis membawa tubuh kecil itu kedalam pelukan hangatnya.
"Jangan berkata seperti itu sayang, Ibu berjanji Ibu akan selalu ada untukmu bahkan sampai kau dewasa lalu menikah dan hidup bahagia bersama keluarga kecilmu. Ibu berjanji Ibu akan selalu ada bersamamu." Saat itu juga air mata menetes dari pelupuk matanya saat mendengar isak tangis putranya.
"Hiks... Hiks... Tapi semalam aku-aku hiks... bermimpi kalau Ibu pergi bersama Ayah meninggalkanku sendirian di sini hikss..." Zhisu yang mendengar penuturan dari putra kecilnya itu semakin mengeratkan pelukan mereka dan mengusap punggung putranya untuk memberikannya ketenangan.
Sejujurnya dia juga takut jika apa yang dikatakan oleh putranya itu akan menjadi kenyataan.
Memang setiap mahluk hidup di takdirkan akan mengalami kematian dan kembali menghadap kepada sang Pencipta dengan takdir yang sudah di tentukan.
Tapi dia sangat takut jika suatu hari nanti dewa menghendaki untuk mengambil nyawanya di saat putranya itu masih membutuhkannya.
"Sssttt.... Sudah jangan menangis lagi sayang atau Ibu juga akan ikut menangis nanti." Setelah mendapatkan usapan menenangkan selama beberapa saat akhirnya Putra Mahkota Kekaisaran dinasty Huang menghentikan tangisannya dan mengusap jejak air matanya.
Zhisu yang melihat kedua mata putranya bengkak dan hidung yang memerah menjadi gemas sendiri. Karena tidak tega melihat hidung merah sang putra maka dia berinisiatif untuk menciumnya karena terlampau gemas.
Cup.
Mengingat wajah putranya itu benar-benar sangat mirip dengan mendiang Kaisar Huang Qianfan membuat rasa rindunya kepada sang suami dapat terobati seketika itu juga.
"Lihatlah sayang hidungmu jadi memerah karena terlalu lama menangis, Ayo Ibu akan mengantarmu kembali ke Paviliun untuk beristirahat. Ibu akan menamanimu sampai tertidur." Akhirnya sepasang Ibu dan anak itu pergi meninggalkan area taman istana untuk kembali ke Paviliun.
Tentu saja mereka diikuti oleh rombongan pelayan dan prajurit yang selalu setia mengikuti kemanapun mereka pergi.
Selama di perjalanan Zhisu hanya tersenyum manis sambil sesekali tertawa bersama sang Putra saat mendengarkan celotehan dari putranya itu.
Putra mahkota Huang Hongli sebenarnya memiliki sifat yang hangat, ceria dan baik hati sama seperti sifat anak-anak pada umunya.
Namun karena keadaan yang memaksanya untuk bersikap lebih dewasa dari usianya membuatnya terkadang harus menyembunyikan sifat aslinya itu.
Jika sedang tidak berhadapan dengan sang Ibu maka sifat dinginnya akan muncul dan sifat hangat serta cerianya akan kembali lagi jika sudah berhadapan dengan sang Ibunda tercinta.
Bahkan beberapa prajurit dan pelayan yang melihat sifat hangat calon Kaisar masa depan mereka hanya bisa tersenyum dan berdoa dalam hati semoga keselamatan dan kebahagiaan selalu menyertainya.
Menjadi calon penerus kerajaan di usia yang masih sangat muda tentu saja tidak mudah.
Mau tidak mau Putra Mahkota Huang Hongli harus bisa bersikap profesional diusianya yang terbilang masih sangat muda, saat sedang berhadapan dengan para anggota kerajaan yang lain dan saat sedang tidak berhadapan dengan mereka dia harus bisa membedakan sikapnya.
Memang status kepemimpinan kerajaan saat ini masih di pegang oleh Kaisar terdahulu yaitu Kaisar Huang Fengying, tapi beberapa hal yang berkaitan dengan kerajaan harus mulai di pelajarinya dari sekarang.
Sebenarnya baik saat Kaisar Huang Qianfan masih hidup ataupun tidak dia tetap akan menjadi calon penerus pemimpin Kekaisaran.
Bedanya adalah jika Kaisar Huang Qianfan masih hidup maka dirinya tidak akan dinobatkan untuk menjadi Putra mahkota diusianya yang masih sangat muda seperti saat ini.
Dia masih bisa bermain bersama teman sebayanya tanpa harus memikirkan masalah ini itu yang harus di kerjakannya.
Setidaknya dia masih bisa belajar mengenai kepemimpinan dan hal-hal yang berkaitan dengan kerajaan secara perlahan.
Setiap pelayan dan prajurit yang di temui mereka saat sedang berjalan menuju ke Paviliun akan menundukkan kepala mereka sebagai bentuk rasa hormat dengan sebuah senyuman menghiasi wajah mereka saat melihat interaksi Ibu dan anak itu.
"Kuharap mereka akan selalu bahagia sampai maut memisahkan." Jin Long kembali melihat ke samping kirinya menatap panglima Yang Zhu setelah mendengar penuturan dari teman seperjuangannya itu setelah melihat interaksi menggemaskan yang mana akan membuat siapa saja yang sedang melihatnya akan merasakan ikut bahagia juga.
"Ya, kuharap dewa mengabulkan doamu." Timpal Jin Long sebelum pergi meninggalkan tempatnya menuju ke tempat latihan para prajurit.
Panglima Yang Zhu hanya menatap kepergian temannya itu dengan raut wajah yang bertanya-tanya.
"Hei... Tunggu aku, jangan meninggalkanku." Ujar panglima Yang Zhu sambil berlari mengejar kepergian Jin Long menuju ke tempat latihan para prajurit.
Suara burung yang berkicau saling bersahutan di tambah dengan cuaca cerah hari ini sepertinya sangat mendukung dengan kebahagiaan sepasang Ibu dan Anak itu.
Setiap badai pasti berlalu dan setelah badai pasti akan ada pelangi.
Roda kehidupan selalu berputar, kadang ada di atas dan kadang ada di bawah.
Kita sebagai mahluk hidup hanya bisa mengikuti alur permainan yang sudah digariskan oleh sang Pencipta kepada setiap mahluknya dengan diiringi semangat, keyakinan serta doa yang selalu kita panjatkan kepada sang Pencipta.
Setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita pasti memiliki hikmah.
Dan setiap peristiwa yang telah kita lalui akan kita jadikan sebagai sebuah pelajaran di kemudian hari nanti.
Tetap semangat dan pantang menyerah.
Karena setiap orang sudah ditakdirkan dengan kebahagiaan mereka masing-masing.
End.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress From The Future [End] ✅
FantasyApa yang akan terjadi jika seorang gadis dari masa depan ber transmigrasi ke dinasty China? Seorang gadis yang mati karena pilihannya sendiri, karena dia menolak perjodohan oleh orang tuanya. Saat dia mati jiwanya tidak pergi ke alam baka, tapi be...