S2 - Pentingnya Komunikasi

156 24 23
                                    

Han tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berkali-kali ia berganti posisi, tapi rasa gerah membuatnya tidak bisa menikmati tidur malamnya dengan nyaman.

"Han-ah, apakah ada masalah?"

Bangchan yang menjadi temannya berbagi kasur agaknya risih dengan tingkah Han yang tidak bisa tenang. Apalagi saat ini ketua grupnya itu sedang merebahkan diri di sebelahnya sambil bermain ponsel.

Han memutuskan bangun, menoleh ke arah Bangchan sejenak dengan pipi yang sudah digembungkan.

"Hyung, apakah AC-nya tidak bisa didinginkan lagi?"

Bangchan mengerutkan dahi, tampak bingung. Ia menunjuk selimut yang tengah dipakai lalu berkata, "Ini sudah sangat dingin, Han." Responnya tidak mengerti.

Bersamaan dengan itu, terdengar uara pintu toilet terbuka dan menampilkan Lee Know yang baru keluar dari sana.

"Aduh, dingin sekali malam ini. Aku butuh minuman hangat." Keluh laki-laki yang rambutnya masih basah itu lalu beranjak keluar kamar.

Han kembali mengedarkan pandangan, mata sayupnya itu melihat Hyunjin sudah terlelap di kasur satunya dengan selimut menutupi seluruh tubuh.

"Aku tidur di lantai saja kalau begitu," komentar Han sambil meraih bantalnya sendiri dan meletakkannya di dekat kaki tempat tidur.

"Arrgh!"

Baru saja merebahkan diri, Han sudah berteriak kesakitan karena tubuhnya terasa sakit akibat beralaskan lantai keras. Buru-buru ia kembali bangun dan melemparkan bantalnya asal ke kasur.

BUGH!

Lemparan Han berhasil mendarat di kedua tangan Bangchan yang tengah membawa ponsel. Hal itu membuat Bangchan kaget hingga ponsel hitam itu jatuh menimpa wajahnya.

"Maaf, Hyung. Maaf!" seru Han panik, menggosok-gosok wajah Bangchan yang memerah.

Laki-laki itu hanya bisa mengernyit menahan sakit, lalu perlahan bangun dari posisi tidurnya.

"Kalau kamu tidak setuju dengan lomba yang sudah Hyung pilihkan untukmu, bilang saja. Tidak perlu melakukan penyerangan seperti ini." ujar Bangchan berusaha tetap sabar.

Han tertawa kecil, lalu menggeleng tidak setuju.

"Aigo, bukan karena itu." Jawabnya meluruskan pemikiran sang kakak.

Kedua tangannya mulai mengipasi wajahnya yang terasa gerah, lalu cepat-cepat ia berkata, "Aku mau pindah kamar saja. Di sini udaranya panas."

Ia berjalan sedikit terhuyung keluar dari kamar menuju kamar sebelah. Hati-hati dibukanya pintu kayu berwarna cokelat itu, lalu mengintip keadaan di dalamnya lebih dulu.

Di kasur dekat pintu masuk, ada Changbin yang masih terjaga. Sedangkan Seungmin dan I.N sudah tertidur dengan lelap di kasur satunya.

"Ternyata sama saja." Rengeknya kecewa ketika sudah benar-benar masuk ke kamar itu. Dirasakan suhu di sini tidak ada bedanya dengan suhu di kamarnya tadi.

Laki-laki itu duduk di sisi kasur yang juga ditempati oleh Changbin lalu merebahkan kepalanya di punggung tertua ketiga di grup yang sedang tengkurap.

"Hyung, sepertinya aku benar-benar menjadi seekor tupai yang berbulu tebal." Keluhnya sambil menepuk-nepuk kasur.

"Kamu ini berbicara apa?"

"Di kamar tadi para anggota mengeluh kedinginan, hanya aku yang merasa gerah. Lalu saat ke sini, aku juga masih merasakan hal yang sama. Padahal Hyung saja sampai memakai selimut."

Bujang Masuk Desa [STRAY KIDS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang