Menjadi Warga Biasa

381 47 25
                                    

"Ini yang terakhir, Pak." Lapor Bangchan sambil mengangkat satu tandan pisang dibantu oleh Felix.

Pak Yono yang masih sibuk memotong sebuah tandan pisang menjadi beberapa sisir itu menoleh, langsung membantu keduanya untuk meletakkan tandan pisang itu di dekat gubuk kecil yang ada di tengah kebun.

"Aku baru tahu, Hyung. Bahwa pisang ternyata bergerombol." Bisik Felix seraya mengusap peluh yang ada di dahi dengan punggung tangan. Laki-laki itu tengah mengamati pisang-pisang yang baru ia angkat tadi.

"Benar. Selama ini kita hanya tahu jika mereka terpisah-pisah."

Bangchan mengangguk, setuju dengan ucapan Felix.

"Aigo... mendekatlah, Nak. Kalian harus mencoba buah ini!"

Pak Yono berjalan mendekat sambil membawa pisau besar. Pria itu memisahkan tandan pisang menjadi sepuluh sisir. Dalam satu sisir pisang terdapat sekitar lima belas buah pisang. Pak Yono mengangkat satu sisir pisang yang berwarna kuning gelap, lalu mengambil satu buah pisang dan memberikannya kepada Bangchan.

"Terima kasih, Pak Yo." Ucap Bangchan sambil menerima pisang itu.

Pak Yono mengambil dua buah pisang lagi, satu untuk Felix dan satu untuknya. Mereka memakan buah itu dalam diam.

"Bagaimana?" tanyanya penasaran, melihat ekspresi heran dan bahagia dari wajah Bangchan dan Felix.

"Ini sangat enak!"

Bangchan berkata jujur. Felix mengangguk setuju dengan mulut masih mengunyah buah pisang.

"Buah yang dipetik sendiri rasanya memang berbeda." Kata Pak Yono bijak.

Suara klakson mobil membuat pandangan mereka teralih pada mobil bak terbuka berwarna hitam yang terparkir di jalan setapak. Sepertinya itu pengepul pisang yang dari tadi ditunggu oleh Pak Yono.

"Sepertinya teman saya sudah datang,"

Pak Yono memandang kedua pemuda itu sejenak,

"Bangchan, Felix, kalian bisa membawa pisang-pisang ini ke rumah." Pintanya seraya menunjuk tiga sisir pisang yang warna kuningnya paling gelap. Setelah mengatakan itu, Pak Yono pergi untuk menemui temannya.

Bangchan memberikan satu sisir pisang kepada Felix, lalu membawa dua sisir pisang di kedua tangannya yang masih memakai sarung tangan tebal. Mereka berjalan beriringan melewati rimbunnya pohon pisang di kanan-kiri.

"KRESEK...KRESEK..."

Felix mendadak menghentikan langkahnya. Matanya awas melihat ke segala penjuru. Bangchan juga ikut berhenti, memandang sekeliling.

"H...hyung, dengar itu?" tanya Felix memastikan. Bangchan mengangguk pasti.

Sekelebat bayangan hitam besar melewati mereka. Melesat cepat dari pohon pisang satu ke pohon pisang yang lain. Tangan kiri Felix yang bebas langsung memegang ujung baju Bangchan, sedikit bersembunyi di belakang punggung hyung-nya.

"Kita jalan pelan-pelan, ya?" ajak Bangchan berusaha setenang mungkin. Ia kembali berjalan, diikuti oleh Felix yang masih memegangi bajunya.

"Annyeonghaseyo, kami tidak bermaksud jahat..." terang Bangchan begitu langkahnya semakin dekat dengan pohon pisang tadi.

"Annyeonghaseyo..." sapa Felix takut-takut.

"Kami hanya ingin membawa pisang ini pulang, Pak Yono yang menyuruhnya."

Bangchan kembali berbicara, tepat di depan pohon pisang yang dimaksud. Ia sempat melirik apa yang ada di balik pohon pisang itu dan semakin kaget karena tidak menemukan siapa-siapa di sana.

Padahal... tadi ada sosok hitam yang melesat ke sini.

Bangchan tertegun sesaat. Tiba-tiba merinding. Ia menoleh ke arah Felix, melihat Felix menatapnya penuh tanya.

Ia tak mengatakan apa-apa, memilih untukk langsung mempercepat langkahnya hingga sampai di pintu pagar belakang rumah.

Buru-buru Felix membuka pintu itu dengan sebelah tangannya yang bebas. Begitu keduanya sudah masuk, Bangchan langsung mengunci pintunya.

Benar-benar lupa jika Pak Yono masih berada di sana.

***

Wong ko ngene kok dibanding-bandingke...
Saing-saingke yo mesti kalah...
Tak oyak o aku yo ora mampu...
Mung sak kuatku mencintaimu...

Suara musik yang terdengar asing di telinga para anggota membuat Han berlari ke halaman depan rumah. Seungmin dan I.N ikut menyusul karena penasaran. Ketiganya berada di dekat pagar, menoleh ke kanan dan kiri.

"Hyung, ini suara apa?" tanya I.N sambil mencari asal suara. Kedengarannya dari arah kanan.

"Entahlah. Apakah sedang ada konser?"

Han tidak yakin dengan kesimpulannya sendiri.

"Tapi di sana tidak ada orang."

Seungmin memberikan penilaian. Tidak ada satu orang pun yang sedang berlalu-lalang di jalan yang ada di depannya saat ini.

Dito yang kebetulan baru datang dengan sepeda angin langsung berhenti saat melihat ada tiga orang yang sedang celingak-celinguk di dekat pintu pagar.

"Kalian sedang apa?"

Dito bertanya, sekaligus mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Kamu dengar ini? Apakah ada yang sedang melakukan konser?" cecar Han langsung. Dito yang mendengarknya langsung tertawa terbahak-bahak.

"Mana ada konser siang-siang begini, Han-ssi. Ini hanya suara sound milik tetangga." Terang Dito setelah tawanya reda.

"Sekencang ini?" tampik Seungmin tak percaya. Ia menoleh ke arah I.N yang juga sama kagetnya dan mengangguk mengiyakan.

Hal itu membuat Seungmin merasa senang karena I.N sudah kembali bersikap biasa kepadanya, tidak kesal seperti tadi.

"Apa tidak mengganggu yang lain?"

Kini ganti I.N yang bertanya.

Dito mengendikkan bahu.

"Memang berisik, tapi tetangga yang lain tidak menganggapnya sebagai masalah. Beberapa bahkan ikut bernyanyi dari rumah masing-masing."

Seungmin tanpa sadar bertepuk tangan, kagum dengan toleransi warga yang ada di sini. Setelah mengatakan itu, Dito kembali menaiki sepedanya, membuat ketiganya menepi memberikan jalan.

"Oh, Iyen-ah. Aku juga tidak masalah jika kamu memelukku seperti ini!" seru Han senang saat I.N meraih tubuhnya yang hendak jatuh terjungkal.

"Astaga..." cibir Seungmin, lelah dengan drama yang dilakukan oleh Han.

"Apa? Bilang saja kalau kamu juga ingin memelukku!"

Han kini menoleh ke arah Seungmin dengan senyum jahil.

"Mimpi kamu!" tukas Seungmin sembari melengos pergi meninggalkan Han dan I.N.

Han malah tertawa, kini berlari sambil merentangkan kedua tangannya menyusul Seungmin.

"Seungmin-ah, I'm coming!"

▪︎

▪︎

▪︎

▪︎

~▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎ Bersambung ▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎~

Bujang Masuk Desa [STRAY KIDS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang