BAB 1 Nyasar

443 29 3
                                    

Malam itu badai besar menerjang kota. Petir bergemuruh, angin besar yang menerpa bangunan, hujan yang tak kunjung berhenti, awan awan gelap yang seakan menambah kengerian badai . Melahap seluruh penjuru kota tanpa terkecuali

Ditengah badai yang lebat. Seorang pria berlari menuju gang sempit yang penuh sampah dan tergenang air. Dia terus berlari tanpa tahu kemana ujung gang itu membawanya.

Badai yang besar tak menghentikan langkah  kakinya, walau semua pakainya basah dan sepatu yang dikenakannya penuh air. Dia tetap tidak berhenti. Terus berlari, menyelamatkan nyawanya dari kejaran sang PENYIHIR.

Penyihir berjubah hitam itu terus mengejarnya. Matanya yang merah menyala bagaikan binatang buas yang haus akan mangsa. Jaraknya dengan pria itu hanya beberapa langkah.

Tembok yang menjulang tinggi mulai terlihat di ujung gang. Pria itu menghentikan langkahnya. Seluruh tubuhnya bergetar, Ketika mengetahui tidak ada jalan lagi didepannya. Dia juga melihat sang penyihir mulai mendekat.

"TOLONG jangan bunuh aku, aku akan memberikan apapun sebagai gantinya. " Pria itu memohon dengan berlutut. seluruh tubuhnya terasa lemas. Dia bahkan tidak berani melihat sang penyihir.

" Sayang sekali, waktumu sudah berakhir. " Penyihir itu tersenyum.
Dari telapak tangannya keluar api yang cukup besar, bahkan saat sedang diguyur hujan yang deras.
"Selamat tinggal manusia. "

Beeeeeeeep beeeeeeeep beeeeeeep

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beeeeeeeep beeeeeeeep beeeeeeep

Jam weaker berbunyi keras. Liam segera mematikan TV dan bergegas menuju meja makan untuk sarapan. Di meja makan terlihat ayah Liam sedang mbaca koran sambil memakan sarapan nasi goreng, dengan toping ayam, sosis, dan juga telur.

"Sarapannya dihabiskan. Tidak usah terburu buru, ini masih jam 6:15. " Ucap Ibu Liam.

"Ayolah bu, ini hari pertama masuk SMA. Setidaknya aku harus bwerawngwkat lewbwih awwal  uwnmtuk ywmpacara. " Ucap Liam sambil memakan nasi goreng buatan ibunya.

"Di habisin dulu makanannya, nanti ibu kutuk jadi batu lo kalo gak nurut. "
"Iya deh buk emang malin kundang di kutuk jadi batu. " Ucap Liam sambil tersenyum.

Liam  memakan sarapannya dengan lahap sampai dia tidak menyadari ada krupuk di sebelahnya.

"Hari ini mau ayah antar sekolah?"

"Nggak usah yah aku teleportasi aja. "Kata Liam bercanda.

"Ha Tele apa?" Ucap ayah Liam bingung.

"Jalan kaki yah maksudnya. " Jawab Liam, yang membuat ayahnya semakin bingung.

Jarak antara rumah Liam dan SMA neon cukup dekat. Jalan kaki saja sudah cukup untuk pergi ke sekolah. Jalan menuju sekolah melewati gang dan beberapa perumahan.

Setelah selesai sarapan Liam mengambil tasnya dan berangkat sekolah tak lupa juga dia berpamitan pada orang tuanya.

Hari ini adalah hari pertama Liam masuk SMA neon, SMA bergengsi dengan standar pendidikan yang bagus, guru dengan kompetensi mengajar yang baik, fasilitas yang lengkap, di penuhi dengan siswa dan siswi berbakat, dan tentunya bukan bekas kuburan.

Dalam rangka menyambut murid baru, SMA neon mengadakan acara karnaval dengan tema dunia sihir nusantara. Acara yang sangat meriah karena dibuka untuk umum. Liam sampai membayangkan betapa senangnya dia jika bersekolah di SMA neon, saking senangnya Liam sampai tidak menyadari sudah melewati jalan yang sama beberapa kali.

"Bentar bentar kayaknya bukan lewat sini deh. "Liam memperhatikan daerah sekitar sambil mengingat ngingat jalan menuju sekolah.

Dia memasuki setiap gang yang ada di daerah itu namun hasilnya nihil. Liam benar benar bingung kemana ia harus pergi. Setiap gang yang ia masuki, Liam sekali lagi kembali ke jalan yang sama.

"Mending tadi dianterin ayah kalo tau bakal nyasar begini. " Liam menghela nafas sambil melihat lihat sekitar.

"Naaaaaa. Mending balik rumah lagi......Eeeeeeeee aku kan lagi nyasar yak. " Kenyataan yang pahit membuat Liam duduk termenung. Dia ingin bertanya pada orang yang lewat. Tapi anehnya tidak ada siapa pun di tempat itu.

Jalanan yang ia lewati dari tadi pun terlihat masih sangat sepi. Padahal lokasinya terletak di tengah kota. Tapi tidak terlihat satu pun orang melewati gang dan perumahan itu.

Klak....klak.....klak....klak...

Liam mendengar suara langkah kayu yang menyadarkannya dari lamunan. Lebih tepatnya seperti suara sepatu yang terbuat dari kayu.

Klak....klak.....klak.....klak....

Suara itu berhenti. Tepat didepan Liam yang sedang duduk menunuduk. Terlihat 2 postur bayangan di depannya. Liam memperhatikan dengan seksama kedua bayangan di depannya itu. Yang satu terlihat pendek dan yang satunya terlihat tinggi, besar, dan tidak karuan.

Liam bertanya tanya, bayangan makhluk apa yang ada di depannya ini. Mengingat jalan ini sebelumnya sepi. Itu membuatnya sedikit merinding. Bahkan Liam tidak berani melihat siapa yang ada di depannya

"Lagi nahan berak di tengah jalan, nak? " Ucap Suara parau dan serak dari orang didepannya. Terdengar seperti suara kakek kakek.

"Nggak pak. Lagi nyari hikmahnya. " Ucap Liam sedikit gemetar.

Liam mulai memberanikan diri melihat siapa yang ada didepannya. Secara perlahan dia mulai melihat dari bawah sampai ke atas postur tubuh dari ke 2 bayangan itu. Dan seketika itu juga Liam terkaget. Ia mulai mundur, mengetahui jika yang ada di depannya saat ini adalah.........

BERLANJUT
Terimakasih karena sudah membaca cerita absurd ini. Semua yang ada dalam cerita ini hanya karangan imajinasi saja. Jika ada salah kata dalam penulisan atau tanda baca, saya mohon kritiknya. Karena saya juga baru belajar menulis. 😁😁😁













Nyasar ke sekolah sihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang