BAB 21 Kelas Danarka

36 7 2
                                    

"Rambut landak?" Dio berbalik badan meninggalkan pintu keluar. Ia mengepalkan tangannya berjalan dengan cepat menghampiri Liam. Sorot matanya dipenuhi dengan amarah.

Ia kemudian meraih kerah baju Liam dan bersiap untuk memukulnya.

"Tahan Dio!" Salah satu teman Dio dengan sigap menahan lengannya agar tidak memukul Liam.

"Apa kau juga mau menghentikan ku Andre?" Dio melirik tajam ke arah temannya sendiri. Ia tidak jadi memukul Liam karena lengan kanannya di tahan Andre.

"Tenangkan dirimu Dio, Ada guru yang akan melewati kelas ini, jika kau memukulnya kay dalam masalah." Setelah mendengar langkah kaki yang begitu dekat, Dio kembali menatap Liam. Ia kemudian melepaskan kerah baju Liam. "Kau selamat hari ini, tapi tidak lain kali."

Dio berjalan keluar kelas tanpa memperhatikan temannya. Shery dan Cantika sempat gemetar ketakutan sesaat ketika Dio ingin memukul Liam. Tapi sekarang rasa takut mereka hilang ketika dio

"Besok kami akan mengadakan kelas gabungan di pelajaran pertarungan sihir." Setelah melihat Dio pergi ke luar kelas Olindra, Andre kemudian berbalik menatap Liam. "Dio kemungkinan besar akan menganggu mereka lagi, jika kau ingin ia berhenti. Kalahkan dia di pertandingan sihir besok."

Andre melangkah pergi ke luar kelas mengikuti Dio. Apa yang ia katakan membuat mereka curiga.

"Sepertinya ini Deklarasi perang." Ucap Shery.

"Kau abaikan dia saja Liam. Itu pasti semacam jebakan. Aku sudah tahu niatnya." Lena memperingatkan Liam. "Meskipun kau mengalahkannya dalam pertandingan, tidak mungkin ia langsung bersiap baik pada kelas ini." Lena kemudian melihat Cantika yang menunduk sedih.

Cantika berjalan mendekat ke arah Liam. Ia berdiri di belakang Liam bahkan masih terlihat gemetar. "Namamu Liam ya? Aku minta maaf, gara gara aku Liam jadi terlibat dengan kelas Danarka. Jika kau tidak melindungi ku yadi ini tidak mungkin terjadi." Ucap Cantika dengan suara lirih. Kepalanya masih menunduk, Ia belum bisa menatap mata Liam karena masih merasa bersalah.

"Hmmmm tidak masalah, aku sendiri yang memutuskan untuk berurusan dengan mereka. Jadi tidak perlu merasa bersalah." Ucap Liam dengan tersenyum ke arah Cantika. Ia pun perlahan mengangkat kepalanya mendengar ucapan Liam.

"Tapi. Mereka pasti akan mengganggumu ke depannya."

"Aku bisa mengatasinya, hal seperti ini sering terjadi ketika aku sekolah dulu."

Shery, Lena, dan Cantika sedikit tercengang ketika mendengarnya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Liam di sekolah lamanya.

"Memangnya apa yang terjadi dulu di sekolahmu?" Tanta Shery penasaran.

Liem menoleh ke arah Shery sejenak. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi ia lebih memilih untuk menyembunyikannya. "Bukan apa apa sih. O iya kita disini ingin minta tolong pada teman sekelas kalian yang bisa membatalkan efek ramuan." Liam memutuskan untuk menghindari pertanyaan dengan mengalihkan pembicaraan. "Apa kalian bisa membantu kami? Eeee dimana Alex?"

Liam melihat sekeliling kelas, ketika menyadari katak yang dibawa Shery menghilang.

"Dia tidak hilang kan Shery?"

Shery menunjuk ke arah belakang kelas. "Aku rasa Alex sedang mukbang lalat. Sebaiknya jangan diganggu."

Cantika masih merasa bingung dengan percakapan mereka berdua. Sedangkan Lena melihat katak yang ditunjuk Shery tadi merasa aneh.

"Apa itu Alex?" Tanya Lena. Ia mendekati Alex yang sedang mencoba menangkap lalat dengan Lidahnya.

"Kalian berdua melakukan percobaan macam apa?" Mendengar ucapan Lena, Liam dan Shery saling menatap satu sama lain. Kemudian menggelengkan kepala secara bersamaan, mengisyaratkan tidak mengetahui apa yang terjadi pada Alex.

Nyasar ke sekolah sihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang