BAB 38 Hutan Peri

20 3 0
                                    









Jam pelajaran berlangsung dengan cepat. Meskipun begitu, waktu di sekitar Liam berjalan terasa lambat seakan dirinya sedang membeku. Ia masih sedikit terkejut dengan informasi yang baru saja ia dapatkan, bahkan Lena dan Cantika terdiam sejenak.

"Apa katamu tadi Hutan Peri?" tanya Liam sekali lagi memastikan pendengarannya tidak salah.

Nina mengangguk dengan senyuman lebar di wajah. Ia kembali memperhatikan secarik kertas bertuliskan huruf kuno yang dikeluarkan Liam sebelumnya. "Kita bisa pergi ke Hutan Peri, tempat teman-temanku tinggal. Aku sering melihat tulisan seperti ini di sana."

"Apa Nina serius? Itu Hutan Peri lo! Memang manusia boleh masuk?" Lena masih merasa tidak percaya ada manusia yang bisa menjalin pertemanan dengan para peri.

"Tidak semua, tapi teman-teman Nina pasti boleh masuk."

"Ini berarti rumah Nina dekat dengan hutan Peri ya?" tanya Cantika, yang di tanggapi anggukan dari Nina.

"Ini menarik. Kalau begitu aku dan temanku boleh ke sana kan? Sebenarnya kami ada urusan mendadak di Hutan Peri, tapi tidak tahu bagaimana cara ke sana," tanya Liam terlihat antusias dengan informasi penting yang baru saja ia terima. Bagaimanapun ini adalah kebetulan menguntungkan yang tidak terjadi setiap hari.

"B-boleh saja sih, t-tapi ... kalian harus berjanji tidak boleh melakukan hal apapun yang bisa merusak hutan atau mengganggu mereka," Kata Nina dengan wajah serius kali ini berusaha memperingatkan.



"Tenang saja, aku akan mencekik temanku jika mereka mau maling mangga."



"Me- mencekik!" ucap Nina sedikit panik.

"Jangan hiraukan orang aneh ini Nina, dia hanya bercanda. Oh ya apa aku bisa ikut juga?" Kali ini giliran Lena bertanya, ia sepertinya juga penasaran dengan keberadaan Hutan Peri.

"Tentu, kita bisa pergi sepulang sekolah nanti," ucap Nina memperbolehkan. Ia kemudian menatap ke arah Cantika. "Apa Kak Cantika juga mau bergabung dengan kami?"

Cantika terdiam sejenak sebelum menjawabnya. "Maaf Nina, sebenarnya aku ingin ikut. Tapi hari ini sepulang sekolah aku ada urusan, jadi maaf ya." Cantika menyatukan telapak tangannya membuat pose meminta maaf.

"Kalau hari ini tidak bisa, kita bisa pergi besok kok. Kak Liam dan Kak Lena tidak masalah kan?" Kali ini Nina menoleh ke arah mereka berdua. Liam dan Lena hanya mengangguk setuju.

"Sekali lagi aku minta maaf, seminggu ini ada banyak hal yang harus aku lakukan di rumah. Jadi aku benar-benar tidak bisa," ucap Cantika tersenyum kecil pada Nina.

Nina mengangguk memakluminya meskipun sedikit kecewa. "Baiklah, lain kali akan aku ceritakan indahnya tempat itu." Nina kembali tersenyum.


"Aku baru tahu jika kau sesibuk itu, bukankah biasanya kau luang?" tanya Lena pada Cantika, sambil mengambil bungkus permen dan membaginya pada Liam. Mereka berdua tetap memakan permen meskipun peraturan melarang makan di perpustakaan.

"Yah, baru baru ini sih aku sibuk," Ucap Cantika tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.


"Jadi ... kita nanti ketemuan di mana habis sepulang sekolah?" Liam sudah selesai menulis dan mulai merapikan bukunya.

"Bagaimana jika di jembatan?" balas Lena.


"Ok, kalau begitu aku ke bawah dulu. Shery dan Alex pasti terkejut dengan informasi ini, sampai jumpa." Setelah merapikan buku dan alat tulis, Liam beranjak pergi sambil melambaikan tangan ke arah Lena, Cantika, dan Nina. Ia turun ke lantai bawah mencari Alex dan Shery.


Nyasar ke sekolah sihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang