𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘔𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘗𝘢𝘬 𝘙𝘦𝘻𝘢 𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪, 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘱𝘰𝘳 𝘬𝘦 𝘬𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪.
Liam kembali tenang setelah sedikit panik. Ia tidak mengambil kesimpulan lebih lanjut sebelum benar-benar yakin itu Pak Reza. Ia mengabaikannya dan mulai melanjutkan langkahnya menyusuri pasar, mencari kios bernomor 31
Liam mengamati setiap nomor di papan kayu yang terletak di atas kios para pedagang. Ia mengira bahwa nomor di setiap kios itu berurutan, ternyata setiap kios memilik nomor acak yang berbeda beda. Dan tentu saja ini membuat Liam harus lebih fokus dan teliti.
Ketika ia mengamati dengan teliti satu persatu papan nomor, perhatiannya teralihkan pada sebuah kios yang sepertinya menjual apa yang Liam inginkan. Tanpa pikir panjang, Liam segera menuju kios itu sambil berlari kecil.
"Permisi? Apa saya bisa membeli semut hitam di sini?" Tanya Liam pada seorang pedagang bertubuh pendek dengan topeng abu abu. Ia sedang membaca buku sambil menunggu pelanggan datang.
Ia menutup bukunya dan melihat ke arah Liam yang sedikit lebih tinggi darinya. "Satu semut 10 koin anak muda, tidak bisa lebih murah lagi." Kata pedagang itu sambil menaruh bukunya di atas meja.
"10 koin? Hmmm....." Liam baru mengingat di salah satu peraturan, bahwa penjual dan pembeli menggunakan koin khusus untuk membayar, bukan uang kertas.
"Kau sepertinya baru ya disini? Jika kau ingin menukar uang pergilah ke kios nomor 24 di sebrang sana. Aku beri waktu 10 menit, jika telat aku naikan bayarannya." Kata pedagang itu sambil tertawa kecil.
"Apa seperti ini cara anda menggaet pelanggan baru?"
"Waktu adalah uang nak. Kami akan melakukan apapun selama itu bisa untung besar. Itulah kenapa kami di sini." Pedagang itu melihat ke arah jam saku antik yang ia keluarkan dari kantongnya. "Jika kau tidak pergi sekarang, kau harus membayar lebih mahal lo?"
Liam segera pergi bergegas menukar uang kertasnya dengan koin. Ia berlari di antara keramaian, menuju ke arah kios yang ditunjuk pedagang tadi. Hanya butuh waktu 5 menit bagi Liam untuk kembali. Ia menaruh 10 koin berwarna silver di atas meja.
"Seorang pedagang menepati kata katanya kan?"
Pedagang itu tertawa kecil. Ia mengambil 5 koin di atas meja. "Karena kau pelanggan pertama dan tidak pergi ke tempat lain, maka aku kasih diskon."
"Apa anda benar benar yakin?" Tanya Liam sambil mengambil 5 koin sisa kembaliannya.
"Aku hanya tidak menyangka kau akan kembali ke sini dengan 10 koin. Aku kira kau pergi ke kios lainnya tadi."
"Niatnya sih begitu. Tapi apa aku punya waktu berjalan jauh mengelilingi dan mencari setiap kios yang menjual semut."
Pedagang itu tertawa lebih keras mendengar Liam. "Dasar pemalas. Dari yang aku dengar, kau sedang buru buru dan tidak bisa lama berada di sini. Apa kau mencari sesuatu?"
"Ya aku memang mencari sesuatu. Tapi maaf aku tidak bisa memberitahu anda. Aku takut tidak bisa membayar lebih atas informasi yang anda berikan." Liam harus mulai berhati-hati dengan tempat ini. Salah langkah sedikit saja ia akan diperas habis.
"Sepertinya kau sudah mulai paham dengan tempat ini ya? Padahal aku bersedia memberikan informasi dengan harga yang murah jika kau mau." Kata pedagang itu. Ia sepertinya benar-benar berusaha keras mengambil keuntungan dari pembeli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyasar ke sekolah sihir
FantasyPernah nyasar? Nyasar di jalan, kurang greget. Nyasar ke sekolah sihir ni bos. Liam tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, yang awalnya ingin menjalani kehidupan sekolah biasa, malahan dia harus bersekolah di sekolah sihir karena nyasar. Tapi apak...