BAB 33 Tujuan Shery

23 6 0
                                    








"SHERY..........  APA ITU KAU?"

Mereka berdua diam mematung, merasa bingung dan terkejut, terutama Liam. Ia tidak menyangka bertemu dengan teman sekelasnya di tempat seperti ini. Di hadapkan dengan situasi yang tidak terduga, mau tak mau Liam harus mencurigai temannya sendiri.



"M-maaf se-sepertinya kau salah orang." Katanya dengan suara terbata bata. Ia berbalik dan berlari menjauh meninggalkan Liam menuju kerumunan.  Kucing itu juga mengikutinya pergi.


"Tunggu Sher! Buku catatanmu ketinggalan." Liam mengambil buku catatan kecil yang tergeletak di tanah. Ia bergegas mengejar Shery yang sudah terlihat agak jauh. Setidaknya ia harus mendengar penjelasan dari Shery terkait banyak hal.

"Tunggu nak! Kau belum membayarku." Teriak kakek itu ketika melihat Liam berlari begitu saja. "Dasar bocah! Harusnya aku minta koinnya dulu sebelum memberi informasi."




____________







"Shery! Bisa kita bicara sebentar! Kenapa kau tiba tiba berlari?" Teriak Liam. Ia benar-benar kesusahan berlari diantara banyak orang. Jika saja Ia membawa semut hitamnya mereka berdua pasti terjebak macet.

"Sudah kubilang kau salah orang." Jawab Shery. Ia terkadang menoleh kebelakang melihat seberapa dekat jaraknya dengan Liam. Karena tidak fokus, ia  beberapa kali hampir menabrak orang.

Keramaian pasar hari ini, benar-benar memperlambat langkah kaki Shery. Ditambah ia tidak tahu harus berlari ke arah mana. Karena setiap tempat dan jalan benar benar penuh. Ia bahkan heran bagaimana Liam masih bisa mengejarnya di antara banyaknya orang yang memakai jubah hitam.

"Aku tidak ingin merampok atau menculikmu! Apa kita bisa bicara sekarang?" Teriak Liam sekali lagi, bahkan beberapa orang menoleh ke arah Liam.

Jarak keduanya mulai semakin dekat. Tidak sulit bagi Liam mencari Shery di antara keramaian. Yang ia lakukan hanya mengikuti seekor kucing dengan bulu berwarna ungu. Kucing mana pun pasti mengenali tuannya di antara banyak orang sekalipun.





Shery mendengar suara Liam tidak terlalu jauh dari tempat ia berdiri saat ini. Di saat kebingungan harus pergi kemana ia melihat sebuah lorong yang tampak sepi. Tanpa berpikir panjang ia berlari menuju lorong itu. Kini ia bisa berlari lebih leluasa karena tempat itu cukup sepi.


Hanya ada beberapa penjual dan sedikit orang di lorong itu. Di ujung jalan ia melihat 3 lorong. Shery melepas jubahnya dan melempar di salah satu lorong. Ia berlari ke arah lorong lain agar Liam tidak bisa mengejarnya.

Setelah berlari cukup jauh, Shery menoleh beberapa kali kebelakang. memastikan Liam tidak lagi mengejarnya, ia memutuskan beristirahat sejenak. Nafasnya terengah-engah karena sudah lama tidak berlari. Ia juga beberapa kali menyeka keringat di dahinya, berlari di antara kerumunan orang memang ide buruk.


Ia mengambil nafas dalam dalam. Mengisi paru parunya lebih banyak dengan oksigen sebelum memutuskan untuk lari lagi. Ketika ia ingin kembali melanjutkan berlari, suara seekor kucing terdengar dari belakang. Shery menoleh ke belakang melihat kitty sedang berlari kecil menuju ke arahnya. Tapi bukan hanya kitty, Liam juga berjalan dengan santai ke arahnya.

Liam membawa jubah milik Shery yang sebelumnya ia tinggalkan di salah satu jalan masuk lorong. Liam juga membawa buku catatan kecil Shery di salah satu tangannya.

Melihat Liam yang semakin dekat, ia membawa kitty dan bersiap melarikan diri sekali lagi. Baru saja berlari beberapa langkah, Shery berhadapan dengan seekor semut hitam yang tiba tiba muncul tepat di ujung lorong menghalangi jalannya.




Nyasar ke sekolah sihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang