~Bab 4~

5.8K 287 1
                                    

❤️Happy Reading ❤️



******

"Aksa! Keyla!" panggil seorang wanita yang baru masuk ke rumah Aksa.

"Mama, Papa," ucap Aksa yang muncul dari arah dapur, diikuti oleh Liana dan Edward.

“Loh, ada Edward,” kata Dwi, ibu kandung Aksa.

“Kenapa dengan kepalamu, Aksa?” tanya Andi.

Aksa melirik sekilas ke arah Liana, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan ayahnya. Ia kemudian mempersilakan kedua orang tuanya untuk duduk.

“Aksa, ini obatnya untuk meredakan nyeri di kepalamu. Semoga cepat membaik,” ucap Edward, dia seorang dokter. Aksa memanggil Edward untuk memeriksa keadaannya.

“Kenapa bisa begini, Aksa? Apa yang terjadi?” tanya Dwi dengan khawatir.

“Aksa mabuk semalam, jadi seperti ini,” jawab Aksa.

“Makanya, kamu jangan mabuk terus, dong. Enggak kasihan sama istrimu yang harus mengurus kamu yang mabuk-mabukan?” ucap Dwi.

“Lebih baik kamu istirahat di kamar,” tambah Dwi.

“Ah, ya, Tante. Edward izin pergi dulu,” ucap Edward sambil pamit, tidak lupa tersenyum ke arah Liana.

“Sekarang, kalian ke kamar. Ajak suamimu  ke kamar, biarkan dia istirahat dan temani dia," ucap Dwi.

“Dia bisa mengurus dirinya sendiri,” jawab Liana. Dwi sedikit terkejut dengan ucapan menantunya karena itu tidak biasa. Namun, Dwi berusaha berpikir positif, mungkin saja Keyla kesal terhadap Aksa karena mabuk semalam.

“Mama ingin cucu,” ujar Dwi bercanda. Namun, Liana hanya bisa tersenyum terpaksa.

“Itu mimpi Anda saja, Nyonya,” jawab Liana. Dwi dan Andi saling menatap, merasakan ada yang aneh dengan Keyla.

Aksa menarik tangan Liana, mengajaknya ke kamar. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang membuat orang tuanya marah.

*******

Di kamar Aksa, Liana duduk di atas kasur miliknya, sementara Aksa duduk di kursi samping tempat tidurnya sambil mengetik sesuatu di layar laptop. Liana menghela napas melihat Aksa, ingin rasanya ia memakan Aksa hidup-hidup. Seandainya ia bukan manusia dan memiliki kekuatan super, atau seandainya Liana menjadi zombie dan bisa memakan Aksa.

“Jangan mencoba jujur kepada orang tuaku, Keyla,” ucap Aksa.

“Lalu? Kalau aku jujur? Memangnya kenapa? Apa akan mengubah hidupmu?” tanya Liana dengan sinis.

Aksa beralih menatap Liana. “Ada apa denganmu? Kenapa mulai berani kepadaku?” ucap Aksa.

“Dengar Aksa, jika aku harus sabar kepadamu, apakah hidupku akan bahagia? Tidak!” jawab Liana.

“Jika kamu masih berhubungan dengan wanita itu, kamu bisa berpisah denganku. Tidak perlu membawa wanita itu ke rumah dan dirimu tidak perlu  kasar kepadaku,” tambah Liana.

“Sekarang aku tanya, apa yang membuatmu sampai harus berbuat kasar kepada seorang wanita?” tanya Liana dengan serius.

“Kamu masih bertanya? Aku tidak cinta kepadamu. Sejak kehadiranmu, orang tuaku lebih percaya kepadamu dan berani memaksaku untuk menikahimu. Lalu, kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku,” ucap Aksa.

“Kamu mencoba memaksa ibuku agar bisa menikahiku,” tambah Aksa.

Liana menggelengkan kepalanya. “Tapi tidak dengan cara yang kasar, Aksa. Kamu pria sial*n yang memperlakukan wanita dengan kasar. Semalam saja, kamu  menendangku dengan teganya.”

“Jika kamu marah, silakan. Aku terima, tapi jangan main tangan kepada wanita,” ucap Liana.

Aksa kemudian meletakkan laptopnya di atas meja dan mengambil handuk sebelum memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya. Sebelum masuk, ia berbisik terlebih dahulu kepada Keyla.

“Ingat! Harus akting selama orang tuaku di sini,” ucap Aksa.

“Kamu bisa menjamin apa kalau aku akting di depan orang tuamu?” tanya Liana.

“Uang?” jawab Aksa.

“Uang tidak akan menjamin luka hati seorang wanita,” ucap Liana.

“Tapi… kalau bisa 30 juta cash,” ucap Liana sambil tersenyum miring.


*******


Beberapa menit Aksa berada di kamar mandi, lalu ia keluar dari kamar mandi. Aksa melihat Dwi dan Liana yang sedang mengobrol di kamarnya. Ia keluar tanpa menggunakan baju, hanya bertelanjang dada dan menggunakan handuk yang dililitkan.

“Aksa, nanti jangan lupa minum jamunya ya,” ucap Dwi.

“Jamu?” tanya Aksa.

“Iya, diminum ya,” ucap Dwi tersenyum menggoda.

“Kalau gitu, mama keluar dulu. Jangan lupa minum jamunya,” ucap Dwi.

Setelah Dwi pergi, Liana menutup pintu dan mengambil dua gelas jamu yang diberikan Dwi. Ia membuang isi gelas itu ke dalam kamar mandi Aksa.

“Ibumu ingin sekali memiliki cucu. Lebih baik bicaralah kepada orang tuamu tentang keinginanmu untuk menikahi, Bella,” ucap Liana.

Tiba-tiba, ponsel milik Keyla berbunyi, menandakan ada yang menelepon. Liana mengambil ponsel dari saku celananya dan melihat nama Bara tertera di layar. Liana mengernyit bingung, bertanya-tanya siapa Bara dan mengapa namanya ada di ponsel Keyla. Liana bahkan tidak mengingat jelas alur dalam cerita.

Liana segera menjauh dari Aksa dan mengangkat telepon tersebut. Pria tersebut mengatakan bahwa Keyla harus ke butik besok pagi, ada yang harus dikatakan. Liana tidak tahu siapa Bara dan adegan ini tidak ada dalam novel.




TBC










Becoming a Wife? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang