~Bab 11~

4K 175 0
                                    


Happy reading ❤️

*******


Liana dan Feng kemudian menuju butik Keyla dan melihat keadaan butik tersebut.

"Selamat pagi, Mbak Keyla," sapa Sisil, wanita yang selalu mendampingi Keyla dan mengurus butik saat Keyla tidak ada.

Kemudian Sisil memberikan undangan kepada Liana.

"Undangan?" tanya Liana dengan rasa ingin tahu.

"Iya, ini undangan dari Tuan Xander," jawab Sisil.

Liana membuka undangan itu dan terkejut mengetahui bahwa itu adalah undangan ulang tahun yang akan diadakan malam ini.

"Siapa dia? Apa aku mengenalnya?" tanya Liana, kebingungan.

"Mbak Keyla dan Tuan Xander saling mengenal. Tuan Xander pernah datang ke butik dan menghadiahkan baju untuk istrinya, Mbak Keyla merekomendasikan baju yang cocok untuk Nyonya Xander," jelas Sisil.

"Nyonya dan Tuan Xander adalah langganan setia di butik kita," lanjutnya.

"Bagaimana Mbak Keyla bisa lupa?" ucap Sisil dengan nada heran.

“Aduh! Sil, belakangan ini aku benar-benar banyak pikiran. Kamu tahu sendiri bagaimana kondisi rumah tanggaku yang tidak baik-baik saja. Dengan semua beban pikiran yang menumpuk seperti cucian, wajar jika aku melupakan orang-orang yang pernah kukenal,” ucap Liana.

“Ah, begitu ya? Emang bisa?” ucap Sisil dengan rasa ingin tahu.
“Sisil, berhenti bertanya! Kalau kamu masih bertanya,  kamu aku pecat,” tegas Liana.

Liana kemudian mengajak Feng masuk ke ruangan Keyla.

“Apa kamu mengenal Tuan Xander?” tanya Liana.

“Bukankah seharusnya kamu yang mengenalnya? Buktinya, Sisil berkata begitu tadi,” jawab Feng.

“Feng, aku akan pergi ke acara ulang tahunnya, tapi perasaanku tidak enak,” ucap Liana dengan ragu.

“Baiklah, kalau begitu aku dan Bara akan ikut bersamamu,” jawab Feng.

“Bagaimana bisa? Kalian tidak punya undangan,” balas Liana, heran.

“Kenapa kamu seolah tidak tahu tentang The Venomous yang ahli dalam menyamar?” tanya Feng.

“Seharusnya kamu tahu itu, dan harusnya kamu yang memberiku rahasia tentang penyamaran,” tambahnya.

“Aneh, kamu bukan dirimu yang sebenarnya,” ucap Feng.

Liana menatap Feng dengan malas. Sudah jelas, bakatnya bukan dalam penyamaran atau detektif. Dia adalah mahasiswi jurusan kewirausahaan, bukan seorang penyelidik.


*******


Saat malam tiba, Liana bersiap-siap, mulai dari berdandan hingga memilih pakaian. Dia mengenakan gaun berwarna krem yang sederhana namun terlihat sangat mewah, panjang hingga selutut. Sisil pun melaksanakan tugasnya sesuai permintaan Liana, mengoleskan riasan tipis yang menambah pesona. Dengan sepatu hak tinggi berwarna putih,  tampil sangat cantik.

Setelah semua beres, Liana tiba di tempat tujuan. Pintu dibuka oleh penjaga, yang mempersilakan Liana masuk. Semua mata tertuju padanya, terpesona oleh kecantikannya. Tak banyak yang tahu bahwa Keyla adalah pemilik Key Boutique yang terkenal.

"Wah! Keyla, pemilik Key Boutique, akhirnya tiba!" seru Xander sambil mendekati Keyla.

"Selamat ulang tahun, Pak Xander," ucap Liana dengan tulus.

Semua orang yang mendengar ucapan Xander terkejut; ternyata wanita yang diketahui sebagai istri Aksa adalah pemilik butik terkenal dan sukses. Pantas saja dia diundang ke acara tersebut.

Sementara Aksa yang hadir tak percaya, Keyla ternyata adalah pemilik butik terkenal yang selalu menjadi langganan Bella. Aksa pernah ke butik itu bersama Bella untuk mencari baju. Keyla menyembunyikan identitasnya karena dia tidak suka dipublikasikan; baginya, berpura-pura menjadi orang biasa sudah cukup.

Bukankah menyenangkan berpura-pura? Dia lebih memahami siapa yang merendahkannya dan siapa saja yang hanya datang saat membutuhkan.

"Kenapa datang sendiri? Aksa sudah datang lebih awal," ucap Xander.
"Aksa? Dia bukan siapa-siapa lagi bagi saya," jawab Liana tegas.

Aksa mendekat dan memegang bahu Liana. "Dia terlambat, wanita yang berdandan memang butuh waktu, jadi saya datang lebih awal," jelasnya.
"Ah, ya benar. Tadi saya sudah syok, saya kira kalian berpisah," ucap Xander, masih terkejut.

“Nyatanya—” Liana mulai berbicara, tetapi terpotong.

“Nyatanya kami baik-baik saja,” potong Aksa dengan mantap.

“Semoga kalian langgeng. Kalau begitu, saya mau menemui istri saya dulu,” pamit Xander.

“Wah! Tuan Aksa, Anda bahkan berani berbohong,” ucap Liana.
“Aku sedang menjalin kerja sama yang menguntungkan dengan Tuan Xander, jadi tolong, tahan dulu perpisahan kita,” jawab Aksa dengan serius.

“Aku tidak peduli! Entah dirimu bangkrut atau tidak, aku ingin bebas dari pria sepertimu,” tegas Liana.
“Apa kamu tidak ingat? Orang tuaku merawatmu, mereka menjadikanmu sebagai anak mereka. Pikirkan itu,” ucap Aksa, mencoba meyakinkan Liana.

“Itu orang tuamu, bukan dirimu,” balas Liana tegas.

“Aku yang menerima keberadaanmu tanpa mengusirmu. Bagaimana jika aku mengusirmu? Apakah kamu akan sesukses ini? Kesuksesanmu juga berasal dari uang orang tuaku,” ucap Aksa penuh penekanan.

“Owalah! Jadi kali ini kamu ingin aku mengingat segalanya? Bahwa aku berutang budi padamu?” ucap Liana sambil tertawa sinis.

“Hei, Aksa, sadar! Hanya orang tuamu yang menerimaku dan merawatku. Kamu? Tidak! Saat aku datang ke rumahmu, kamu sangat cuek dan tidak menerima keberadaanku. Pikirkan itu,” ucap Liana dengan tegas.

“Lalu? Apa kamu yang mengeluarkan uang untukku? Ah, ya. Terima kasih telah menafkahiku selama pernikahan kita, meskipun uangmu bahkan tidak cukup untuk makanku satu bulan. Tapi tidak masalah, Aksa. Apa aku meminta uang banyak darimu?” Liana melanjutkan.

“Bahkan kamu tidak memberiku uang sama sekali, dan aku tidak memintanya. Justru pacarmu itu yang meminta uang banyak darimu,” tambah Liana dengan nada sinis.

“Orang tuamu, Tuan Andi, telah membuat ayah dan ibuku meninggal, dan dia merasa bersalah. Jadi, dia merawatku sebagai permintaan maaf mereka. Namun, merawatku saja tidak akan mengembalikan nyawa orang tuaku,” ucap Liana dengan tegas.

“Aku tidak meminta untuk dirawat.  Orang tuamu yang menginginkanku,” tambah Liana.



.







Tbc







.

Becoming a Wife? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang