*******
Keyla, seorang gadis SMA berusia tujuh belas tahun, harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya telah meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Sayangnya, keluarga yang hadir di pemakaman tidak berniat merawatnya, meninggalkan Keyla dalam kesendirian. Dia merasa kehilangan segalanya dan tidak memiliki siapa-siapa lagi selain kedua orang tuanya.
Dwi dan Andi datang dengan rasa iba melihat Keyla yang sendirian. Mereka memutuskan untuk merawatnya dan menjadikannya sebagai anak angkat sebagai bentuk permohonan maaf kepada orang tua Keyla. Keyla telah memaafkan Andi atas kecelakaan tersebut, berkat ajaran ibunya tentang pentingnya memaafkan. Meskipun terkadang terasa menyakitkan.
Saat itu, Aksa berusia dua puluh tahun. Seiring berjalannya waktu, Keyla mulai merasakan ketertarikan terhadap Aksa, meskipun sikap cueknya justru membuat Keyla jatuh cinta lebih dalam.
Ketika Keyla berusia sembilan belas tahun dan Aksa berusia dua puluh dua, dia akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Dwi, ibu Aksa, bahwa dia mencintai Aksa dan sangat ingin menikah dengannya.
Sentuhan lembut di dahi Liana membuatnya terbangun, dan ia terkejut melihat Aksa yang sedang menyentuhnya. Saat itu, Liana menyadari bahwa ia masih berada di kamar Aksa, dan jam menunjukkan pukul 08.00.
“Semalam, kamu meneteskan air mata, keringat bercucuran, dan badanmu tiba-tiba panas,” ucap Aksa.
Liana menatap Aksa dengan malas. “Tumben kamu perhatian, kesambet ya?” balasnya.
“Keyla, aku akan mencarikan rumah untukmu tinggal setelah kita berpisah nanti,” kata Aksa dengan serius.
“Aku akan mengurus semuanya. Kamu istirahat saja di kamarku, sepertinya kamu demam. Aku sudah memanggil Edward kemari,” ucap Aksa sebelum pergi meninggalkan kamarnya.
Setelah dua puluh menit, pintu kamar Aksa terbuka, menampakkan Edward yang baru saja masuk.
“Keyla, kenapa kamu bisa sakit?” tanya Edward dengan khawatir sambil mengecek suhu tubuh Keyla.
“Badanmu panas. Apa kamu merasakan sakit lainnya?” lanjutnya.
Liana menggelengkan kepala. “Tapi Aksa bilang kamu sempat merasakan sakit kepala dan pingsan,” kata Edward.
“Apa kepalamu sudah tidak sakit?” tanya Edward lagi.
“Edward, kamu banyak sekali bertanya,” jawab Liana.
“Harus aku bertanya untuk kesembuhanmu. Bagaimana aku bisa memberimu obat jika tidak mengetahui apa yang sakit dalam dirimu?” balas Edward.
Liana terdiam sejenak sebelum berkata, “Edward, apakah kamu tahu tentang fiksi? Buku novel fiksi?” Edward mengangguk.
“Bagaimana jika aku bukan Keyla, melainkan jiwa yang datang dari dunia nyata, dan kalian adalah tokoh-tokoh yang diciptakan oleh seorang pengarang,” lanjut Liana.
Edward menatap Liana sambil mengelus lembut pipinya dan tersenyum. “Kamu suka cerita novel? Nanti aku akan belikan banyak buku novel untukmu,” ucap Edward.
Liana merasa bingung dengan apa yang sedang dialaminya; entah ini nyata atau hanya mimpi, tetapi semuanya terasa sangat nyata.
Edward memberikan beberapa obat untuk Liana dan tidak lupa mengompres dahi Liana. Setelah itu, ia meminta Liana untuk istirahat dan tidak terlalu banyak berpikir. Edward kemudian keluar kamar dan menemui Aksa di ruang tamu.
“Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?” tanya Aksa.
“Dia sepertinya tidak baik,” jawab Edward sambil duduk di samping Aksa.
“Apa akhir-akhir ini dia suka membaca novel?” tanya Edward.
“Aku tidak tahu. Lagipula kami tidak dekat, jadi aku tidak tahu apa yang dia suka,” ucap Aksa.
Edward menghela napas. “Dia mengatakan, bagaimana jika dia bukan Keyla, melainkan jiwa orang lain, dan kita adalah tokoh fiksi yang diciptakan.”
“Apa dia sudah gila?” ucap Aksa.
Edward melihat jam di tangannya dan menyadari bahwa ada pasien lain yang harus ditangani. Dia pun pamit untuk pergi ke rumah sakit dan berjanji akan kembali setelah urusannya selesai.
*******
Liana menatap tajam, tidak mungkin dia hanya diam saja. Dia bertekad untuk mencari tahu siapa musuh Keyla yang sebenarnya dan mengungkap kisah-kisah tersembunyi di baliknya.
Liana segera mengirim pesan kepada Bara agar segera menjemputnya. Setelah itu, dia keluar dari kamar Aksa dan menuju kamarnya untuk mengganti bajunya, tanpa memperdulikan kondisi tubuhnya.
Liana berjalan menuju pintu depan, sementara Aksa berdiri dari duduknya dan memanggil nama Keyla. Namun, Liana tidak menghiraukannya.
Saat tiba di tempat The Venomous Liana meminta kepada Bara, Feng, dan Manda agar tetap waspada. Liana akan berpura-pura seolah-olah bodoh dengan rencana busuk musuh Keyla.
“Tentunya kita adalah The Venomous, semua akan berjalan dengan baik. Tenang saja,” yakin Feng.
“Bagus bro,” ucap Liana menepuk pundak Feng.
“Mungkin saja ada hal yang Keyla tidak ketahui atau kebenaran yang harus diketahui,” gumam Liana.
Liana bangga dan tertawa, "Katakan selamat kepadaku karena sebentar lagi Keyla yang cantik ini resmi menjadi janda muda," ucapnya.
Bara, Feng, dan Manda saling berpandangan, bertanya-tanya apakah Keyla bahagia dengan dirinya yang akan berpisah dengan Aksa. Padahal dulu, seperti dirinya yang tidak mau berpisah dengan Aksa.
"Kamu bahagia?" tanya FengLiana menjawab, "oh tentu, kenapa tidak bahagia? Aku akan bebas dari pria itu."
"Kalian tidak perlu bertanya-tanya," ucap Liana.
"Keyla yang dulu sudah tidak ada lagi. Sekarang mari berteman dengan Keyla yang baru.”
TBC
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming a Wife? [END]
RomanceBagaimana jadinya kalau keinginan mempunyai suami tampan dan kaya terwujud, melalui transmigrasi jiwa. Namun, tidak sesuai ekspektasi. ✨ Novelet Telah terbit versi E-book di Eternity Publishing dengan Bab 19 [End]✨ Ig Penerbit : Eternity Publishing...