meeting

580 82 1
                                    

yeji weekend ini sudah rapi padahal jam baru menunjukkan pukul tujuh. jeno bahkan belum bangun di sebelah tubuhnya. masih tertidur tanpa memakai baju dengan telungkup. masih tertidur dengan nyenyak yang ditandai dengan dengkuran samar yang bisa ia dengar. 

alasannya? tidak ada sih. Dia tadi terbangun saja dan kelaparan sehingga membuatnya mau tidak mau bangun lebih awal.

"mau kemana?" jeno berujar, bergumam samar saat merasa ranjang disebelahnya kosong. matanya masih terpejam begitu erat.

"mau nyari makan, mau ikut kaga lo?" yeji bertanya sambil menyisir rambutnya. jeno perlahan membuka matanya. ia kemudian disambut dengan yeji yang tengah menyisir rambutnya. "ikut, gue laper" ujarnya kemudian memaksakan diri untuk terbangun dari tidurnya. dia terduduk di kasur sambil menguap membiarkan rambutnya yang berantakan.

"ya udah sana lo mandi dulu. sekarian ke rumah bang taeyong aja ngga sih?" jeno hanya berdehem, ia menyibakkan selimut yang menyelimuti tubuhnya kemudian pergi menuju kamar mandi.

yeji hanya mengangkat bahu, membiarkan pacarnya bertindak sesuka hati, dia lebih memilih untuk membenarkan letak rambutnya yang belum disisir dengan sempurna.

"sarapan apa lo?" jeno bertanya ketika mereka berdua masuk ke dalam mobil milik jeno. mobil miliknya berwarna hitam yang terparkir dengan mengkilat di parkiran.

"nyari bakmi ada gasih yang buka jam segini?" yeji bertanya sambil melihat jam di ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul delapan. jeno mengangkat bahu. "ngga tau, paling ada mie ayam doang yang buka" jeno menjawab alakadarnya.

"ya udahlah, gue males makan nasi soalnya. pengen beli mie aja bawaannya" yeji berujar singkat. jeno menganggukan kepala, ia memutar kemudi menuju penjual mie ayam yang ramai dibeli ketika sarapan. tidak jauh dari tempat mereka berada sih cuma memang antriannya cukup panjang, terlihat dari orang-orang yang tengah duduk di kursi panjang sambil sesekali mengobrol.

"buset, rame amat" yeji berujar sambil melihat ke arah antrian yang mengular. jeno mengangkat bahu. "katanya  sih enak  buat sarapan" ujar jeno sambil mencari parkir.

"tapi gue bakal kenyang duluan kalau ngantri sepanjang ini, japi" yeji berujar kepada jeno.

"terus mau nyari yang mana?" yeji melihat-lihat sekitar, matanya melihat ke arah penjual mie yang tidak jauh dari penjual mi yang mengular. mereka tidak terlalu ramai tapi memang ada beberapa orang yang makan disana.

"disana ajalah, daripada gue kelaperan gara-gara ngantri sebanyak itu" ujar yeji. jeno kemudian memarkirkan mobilnya di tempat yang tidak jauh dari tempat mereka berkumpul.

keduanya turun dari mobil dan memilih untuk berjalan kaki. jeno berjalan dengan santai memakai kacamata, celana pendek, dan kaos berwarna navy sementara yeji memakai celana pendek dengan kaos kebesaran yang jeno yakini dia ambil  dari lemari milik jeno.

"dua pak, dimakan disini" ujar jeno sambil memesan sementara yeji berjalan unntuk mencari tempat duduk.

begitu jeno menyelesaikan pesanan, ia kemudian menoleh ke arah yeji yang duduk di salah satu bangku panjang dan didekatnya ada beberapa pria tengah mengobrol.

dia melihat yeji nampak memutar  bola matanya malas, tidak ada kursi yang tersisa selain di kursi itu.

jeno kemudian melangkah dengan memasukkan kedua tangannya di saku. menghampiri yeji dan menggeser posisi tempat duduk yeji sehingga dia yang sekarang berada di samping gerombolan pria entah siapa.

"ngapain?" jeno bertanya setengah berbisik, ia menatap miring ke arah yeji membelakangi gerombolan pria yang ada di sebelahnya.

"cat calling, biasa. kaya nggak pernah liat cewe cantik aja" yeji berujar sinis. jeno hanya mengankat bahu,  permasalahan ini memang sudah tidak sekali dua kali dialami kekasihnya tapi yeji sendiri yang memintanya untuk tidak ikut campur selama tidak membahayakan nyawa yeji dan juga karena yeji bis amengurusnya sendirian.

Loving Living Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang