"gimana ji? acc?" yeji yang baru saja keluar dari ruangan dosen menemui dosen pembimbing nya menganggukan kepala dengan senyum lebar. "acc dong" ujarnya sambil menunjukkan tanda tangan dosen pembimbingnya.
lia langsung memeluk temannya. "akhirnya, rejeki si kembar nih" ujarnya sambil mengelus perut yeji. yeji hanya menganggukan kepala. akhirnya, akhirnya ia bisa menyelesaikan pendidikan nya walau dengan susah payah apalagi si kembar sebentar lagi lahir di dunia.
"gue traktir deh di tempat makan biasa. yuk, lo tadi berangkat sama jeno kan?" lia langsung membereskan barang-barangnya kemudian mengajak yeji untuk makan. ia tahu benar seberapa pusing sahabatnya dengan tugas akhir apalagi dia sudah memiliki seorang anak yang sedang aktif-aktifnya.
"dah nangkring aja lo disini" ryujin yang sedang asik memakan kentang goreng mengangkat alisnya. lia menepuk kaki ryujin yang duduk bersila tidak sopan. "heh, lo cewe. yang bener kek kalau duduk" tegurnya. ryujin memutar kepalanya namun tetap untuk menurunkan kakinya. "yeji yang udah jadi emak emak aja diem kok lo yang belum jadi emak emak protes" komentarnya pedas.
lia memutar bola matanya malas.
"dia kan mau jadi ibu ya li?" ledek yeji sambil membawa pesanannya. tadinya mau dibawakan oleh lia tapi dia menolak karena katanya 'gue cuma hamil anjir bukan lagi pingsan'
"ya doain aja ya kawan kawan semoga gue bisa nyusul yeji"
"kapan sih tanggal nikahnya?"
lia meminum jusnya. "habis wisuda, ya sekitar satu bulanan lagi deh. dateng lo pada ya. awas aja kalau ngga dateng. gue minta kalian buat jadi bridesmaid soalnya" ia menatap mata teman temannya tajam. ryujin menatap temannya malas, ini bukan kali pertama lia mengingatkan dirinya jadi dia sudah bosan tentu saja.
yeji meringis. "duh, gue usahain ya li. Hpl si kembar juga udah mulai deket nih"
"loh kapan? bukannya sekarang lo baru delapan bulan gak sih?"
"gue bilang delapan bulan tuh bulan lalu, lia. sekarang udah masuk ke sembilan bulan. ini aja gue ngga tau bisa ngepasim wisuda atau engga. doain aja si kembar udah lahir dan gue bisa kemana mana karena lo tau sendiri, pasca melahirkan tuh ngga enak banget. untung gue punya mertua yang support seratus persen" yeji berujar sambil menggelengkan kepala, untung saja dia punya mertua yang mendukung dirinya. mertuanya bahkan sekarang dengan senang hati dititipi eric. bahkan eric sekarang tidak dikenal sebagai cucu, melainkan anak mereka saking seringnya dibawa opanya kerja.
"tapi lo baik baik aja kan sekarang, lo ngga diganggu lagi?" ryujin bertanya pelan.
yeji menggeleng. "ngga keliatan lagi sih orangnya untungnya. dia ngga pernah mau deket gue kalau misalnya ada jeno"
"tapi lo udah bilang ke jeno ngga sih?" yeji menggeleng pelan. "dia lagi ujian. kasian juga gue ngeliat dia. pulang malem terus. mana tega gue bilang ini ke dia" yeji berujar sambil tersenyum tipis.
belakangan ini, yeji menyadari ada beberapa orang yang mengikuti dirinya ketika sendirian. ia tidak bisa melihat ini dengan jelas tapi ia tahu ada minimal tiga orang yang mengikuti dirinya yang belum sempat ia beritahukan kepada jeno karena pria itu sedang ujian. mungkin nanti dia akan memberitahukan ketika ujian jeno sudah berakhir. Hal itu pula yang membuatnya sekarang diantar suaminya dan pulang dengan mark atau hyunjin.
"gue telepon sebentar, mertua gue telepon nih pasti ada yang penting" yeji menunjukkan ponsel miliknya yang berdering. ia meninggalkan dompetnya kemudian keluar dari restoran, melipir mencari tempat sepi agar bisa mendengar suara mertuanya dengan jelas karena di dalam sangat ramai.
"halo mi, eric kenapa?" ia langsung mendengar suara eric yang menangis meraung-raung dan suara sirine. ia langsung panik.
"yeji, ini eric ketabrak motor di depan kantor. dia tadi kabur dari minimarket dan mau nyebrang jalan. untungnya ngga ada kondisi vital yang parah tapi ada beberapa luka yang harus dirawat di rumah sakit. ini mami bawa pake ambulans, yeji langsung ke rumah sakit jeno ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Living
FanfictionHidup Javier dan Natasha berubah setelah mereka berusaha untuk menjauh dari 'pekerjaan' mereka tepat pada waktunya. Namun, apakah hidup normal bagi mereka bisa didapatkan?