menjadi orang tua yang hidup sendiri dengan seorang bayi yang baru saja lahir tentu saja tidaklah mudah, apalagi bagi mereka berdua yang usianya masih tergolong muda.
seperti saat ini, jeno baru saja kembali bekerja dengan rasa lelah. ia kembali ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam, ini karena dia membawa mobil dan terkena macet.
ia tidak melihat yeji disini padahal biasanya istrinya tengah menunggunya di ruang tengah sambil menggendong eric tqpi kali ini ia tidak ada. yang adalah suara tangisan pelan yang terdengar dari kamar eric. "yeji?" jeno meletakkan lauk yang dia bawa di meja makan kemudian menaikkan lengan kemejanya hingga lengan.
pemandangan pertama yang dia lihat adalah eric yang terlelap di box bayinya. bayi itu tidur dengan posisi telentang dan kedua tangan terangkat di samping kepala. jeno menoleh mencari sumber isakan dan menemukan yeji tengah duduk dan menangis di sudut kamar eric, menangis dengan menutup mulutnya. "lo kenapa? ada apa? kok nangis?" jeno berlutut. menyamakan tinggi badannya.
"gue cape, jeno hiks hiks" yeji menundukkan kepalanya. jeno yang memang sudab diberi tahu sebelumnya oleh mami kalau kondisi ini bisa saja terjadi tidak berbicara, ia hanya menarik yeji ke pelukannya. "gue disini. yuk keluar, biar eric tidur" yeji menggelengkan kepala. "nanti kalau eric bangun gimana?"
"biarin aja, nanti dia juga nangis kok kalau bangun. pintunya dibuka biar kedengeran kalau eric nangis" jeno membujuk, tangannya mengusap rambut panjang yeji yang kusut.
"gue mau gendong, boleh?" yeji bergumam takut takut, ia ingin dimanja tapi sadar kalau suaminya baru pulang bekerja. jeno tersenyum tipis, ia bangkit sebelum meraih tubuh yeji yang masih cukup berisi ke dalam gendongannya.
jeno membawa tubuh yeji ke ruang tengah, mendudukan tubuh sang istri di pangkuannya sementara yeji bersandar di tubuh jeno sambil memeluk tubuh sang suami. "hari ini kenapa? eric rewel?" jeno bertanya sambil mengikat rambut yeji yang berantakan.
yeji menurunkan bibirnya. "maaf"
"kok maaf?" jeno malah kebingungan mendengar jawaban yeji yang berbeda dari pertanyaannya.
"eric badannya anget, dia nangis terus seharian. asinya keluarnya sedikit, jeno padahal dada gue sakit. gue cape" yeji kembali menangis sambil mengadu. jeno hanya mengusap punggung istrinya.
"kok ga bilang sama gue?" yeji menggeleng. "lo kan bilang kalau hari ini sibuk"
jeno hanya tersenyum tipis. "lain kali bilang ya. gue bakal bantuin lo biar lo ngga kecapean. udah makan belum?" yeji menggelengkan kepalanya.
"dari pagi belum makan?" yeji mengangguk pelan. jeno berdecak. "ya udah makan dulu, gue udah bawa makan nih. awas dulu. mau makan disana apa disini?"
"disana aja" yeji bergumam pelan, ia kemudian turun dari pangkuan suaminha tidak mau merepotkan jeno. jeno mengangguk pelan, menggandeng tangan yeji ke dalam genggamannya.
"gue tadi beli bakso, ada lontongnya juga sih karena gue tau lo pasti skip makan malem" jeno berjalan sambil mengambil mangkuk. ia hanya mengambil satu mangkuk dan menuang satu porsi disana sebelum mengiris lontong kecil kecil hanya untuk sekali suap. "sini gue suapin" yeji membuka mulutnya dan mengunyah pelan.
"mami ngga kesini?" yeji menggeleng. "ngga gue suruh dateng. om lo katanya lagi main ke rumah, gue ga enak" yeji bergumam pelan. jeno hanya menganggukan kepala. "demamnya dari kapan eric?"
"dari... siang" yeji mengalihkan pandangan dari jeno, takut suaminya marah. tapi jeno tetaplah jeno. dia hanya diam sambil mengambil bakso kecil dan menyuapkannya ke yeji.
"kalau asinya ngga keluar nanti dikasih susu formula aja. daripada lo paksain diri. eric juga udah cocok kan sama susu yang kemarin?" yeji mengangguk pelan. "boleh?"
"ya boleh aja. lagipula gue beli susu tuh buat diminum sama eric bukan sama gue"
"tapi eric kan harusnya asi"
"ya kalau ngga keluar gimana? mau dipaksain dalam kondisi eric yang lagi kaya gini? udah, habis ini lo bersih bersih, mandi, perawatan atau ngapain aja, biar gue jagain eric sambil makan" jeno berujar ketika porsi bakso milik yeji sudah habis. "ngga usah buru-buru. ngejaga eric mah gampang, dia takut sama gue kok bisa gue sambi ngegame" jeno menenangkan.
"sana, mandi pake air anget. gue liat kayanya lo beli lilin aromaterapi baru. sana, biar lo rawat rambut lo dulu. besok, gue libur. lo yang pergi sana perawatan ajak temen-temen lo biar gue gantian ngurua eric di rumah" jeno berujar. yeji mendongak. "beneran?"
"iye, bener. mumpung gue gajian nih. udah sana sana ngadem dulu jangan mikirin apapun lagi" jeno mendorong pelan istrinya yang kebingungan kembali ke kamar mandi sementara dia kembali untuk makan malam sendiri.
yeji benar menghabiskan waktunya di kamar mandi selama hampir satu jam. ia melakukab perawatan yang jarang dia lakukan setelah eric lahir karena selalu dibayangi waswas eric akan menangis kalau dia mandi terlalu lama. tapi untuk kali ini dia percaya dengan suaminya, suaminya walau ia belum terlalu mahir dalam menjaga bayi setidaknya dia berusaha.
ketika dia keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama tidur serta rambut yang digulung oleh handuk. ia melihat jeno dan eric sudah ada di ranjang mereka. jeno tengah memegangi botol susu milik eric. suaminya sudah mandi, sepertinya ia mandi di kamar mandi depan. ia memejamkan matanya dengan tangan menegangi botol milik eric yang malah membuka matanya lebar lebar. yeji menggelengkan kepala, jeno pasti lelah.
"halo eric, minum susu ya sama papa?" yeji berbicara pelan kepada eric. rasa lelahnya menghilang. mungkin benar kata jeno, dia butuh waktu sendiri dan dia harus percaya kepada suaminya untuk mengurus eric.
yeji menarik botol yang sudah habis dari mulut eric sementara jeno membuka mulutnya. "ah gue ketiduran" gumamnya pelan.
yeji menggelengkan kepala. "tidur lagi aja. ini eric juga bentar lagi tidur, soalnya udah kenyang ya dek?" yeji bergumam sambil meletakkan eric ke dalam gendongannya dan menepuk punggung eric pelan agar bayinya bersendawa.
"kok baju eric ganti? lo yang ganti?" jeno berdehem. "itu alesan gue mandi. gue kena pipis eric tau jadi yaudah sekalian gue pakein baju yang tipis buat dia biar ga kepanasan" jeno menjawab dengan bergumam tanpa membuka matanya. ia berbaring telungkup dengan kepala menghadap yeji. matanya perlahan terbuka dan bertatapan dengan eric yang tengah digendong sambil bergerak gerak karena energinya baru diisi.
"apa liat liat? mau pipisin papa lagi" jeno bertanya sinis ke arah eric yang bergerak gerak di dalam gendongan yeji. yeji tertawa pelan melihat interaksi keduanya. "pinter ya eric, dia tau kalau dia ngga pipis di baju papa pasti papanya ngga mandi" puji yeji sambil mencium pipi eric. aroma susu keluar dari mulut kecil bayi laki lakinya.
yeji meletakkan eric di kasur, tepat diantara jeno dan dirinya. eric mulai menggeliat, ia mengangkat kaki dan tangannya bersamaan. "sana tidur jen, biar gue sama eric malam ini yang main ya" yeji yang berbaring miring sambil mengelus pipi eric berujar pelan.
jeno berdehem. "kiss please?" ia membuka matanya sebelum mendekat ke arah yeji. belum sempat ia mencium istrinya, ia harus dipaksa mundur karena tangan eric mengenai bibirnya.
yeji terbahak melihat suaminya yang kesal. "eric, sini kamu" ujar jeno sebelum menghujani eric dengan ciuman.
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Living
FanficHidup Javier dan Natasha berubah setelah mereka berusaha untuk menjauh dari 'pekerjaan' mereka tepat pada waktunya. Namun, apakah hidup normal bagi mereka bisa didapatkan?