lulus

383 79 2
                                    

"makasih ya pak udah bantu yeji lengkapin semuanya" yeji berterima kasih kepada salah satu staff yang membantunya mengumpulkan dokumen dokumen yang digunakannya untuk lepas dari kampus ini.

"iya sama-sama. itu nggak apa apa dedek nya tidur disitu?" yeji menoleh ke arah eric yang masih terlelap di kursi tunggu. tadi ia datang kesini jam tujuh pagi dengan eric yang masih rapi berharap ia bisa dilayani lebih awal, namun ternyata seperti biasa sangat antri dan membuat dia harus selesai ketika jam menunjukkan pukul 09.30 karena ada yang belum ditandatangani. eric akhirnya tertidur karena kelelahan menunggu mamanya.

"ngga papa, pak. adem soalnya" ia menunjuk ac yang mengarah ke eric. bayi itu sama seperti papanya. "kalau gitu yeji pamit dulu ya pak"

yeji melangkah mendekati eric yang masih tertidur dengan diselimuti outer miliknya. batita itu mulai gelisah karena memang sudah jam nya untuk bangun.

"abang, bangun yuk. katanya mau cari mam sama mama" yeji mengusap usap pelan rambut anaknya mencoba agar tidak mengejutkan eric yang perlahan membuka matanya.

yeji tersenyum kemudian memakai blazer nya kembali. "udah bangun? mau minum?" eric menggelengkan kepala. ia masih berbaring telentang sambil berkedip lemas. rasa mengantuknya masih terlampau tinggi sehingga dia hanya pasrah ketika sang ibu mengangkatnya ke dalam gendongan.

kepalanya terkulai lemas di bahu sang mama sementara yeji hanya mengusap usap punggung eric. "nanti kita ke tempat adek-adek ya, kita tanya adek adek udah boleh pulang atau belum" si kembar yang beratnya baru dua kilo itu masih belum diperbolehkan keluar dari rumah sakit. jadi yeji lah yang setiap hari pergi kesana menjenguk dua buah hatinya.

"yeji? dah lama gue ngga liat lo" yeji menoleh dan melihat ryujin melangkah dengan antusias. rambut ryujin yang cukup panjang diikat menjadi satu bun sementara pemiliknya sekarang memakai kaos dan kemeja flanel yang dibiarkan tidak dikancing menunjukkan kaos sebagai dalaman.

"loh ini anak lo? kok udah gede banget buset. inimah anak jeno anjir. plek ketiplek bapaknya" yeji hanya tersenyum tipis. eric masih belum mood berinteraksi karena sepertinya anaknya masih lesu. karena memang yeji jarang mengajak anaknya untuk keluar bertemu teman temannya, tentu saja ryujin kaget kalau anak dari temannya sudah sebesar ini.

"dan kenapa perut lo kempes sekarang?" ryujin menatap perut yeji yang sudah kembali rata. terakhir kali dia mengetahui kabar yeji yang diculik itu, yeji masih memegangi perut besarnya. "panjang ceritanya. mending cari makan dulu deh, anak gue udah kelaperan"

walaupun masih banyak pertanyaan yang ada di pikiran ryujin, ia hanya menyimpannya terlebih dahulu karena sadar ada bayi yang kelaparan disini.

"bawa mobil ga lo?" ryujin menggeleng. "naik ojol gue tadi kesini"

"ya udah bareng aja. lo pasti tau makanan yang enak dimana kalau bisa ada menu yang khusus buat anak anak" yeji melangkah mendekati mobil berwarna pink nya. ia mendudukan eric di carseat miliknya  sebelum duduk di bangku kemudi.

"kasihin ini ke eric dong, tolong" yeji memberikan botol susu eric kepada ryujin sementara dia menyetir keluar dari kawasan kampus. ryujin mengulurkan tangan memberikan botol berwarna biru ditangannya kepada eric yang diterima dengan baik oleh anak dari temannya.

"masuk mall aja deh, gue tsu ada resto yang nyediain makan buat anak-anak disana" yeji menganggukan kepala kemudian menyetir ke arah mall yang dimaksud.

"mamama, yon" eric yang energinya sudah terkumpul dengan penuh berbincang sambil menunjuk balon dari salah satu toko ponsel yang mereka lewati.

"iya, balonnya warna apa itu abang?"

Loving Living Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang