"gue mau ke kamar mandi" jeno mengetuk-ngetuk pintu sel miliknya. jika kalian membayangkan sel ini tembus pandang seperti halnya yang ada di film, kalian salah. sel trmpatnya merupakan sebuah ruangan yang ditempati bagi narapidana, khusus jeno, tempat ini merupakan tempat yang tertutup. hanya ada satu pintu masuk dengan pandangan yang bisa dilihat hanya sekilas.
ada satu orang penjaga yang ditugaskan secara khusus untuknya, penjaga itu berada di depan sel nya persis.
"emang kenapa kamar mandi dalem?" jeno mrngangkat bahu, memutar bola matanya kemudian memperlihatkan ruangannya yang terkesan sangat rapi. "airnya ngga keluar dari dua hari lalu. kemarin juga gue pipis di kamar mandi sana" jeno menjawab apa adanya. air kamar mandi yang ada di dalam selnya memang tidak menyala belakangan.
"anterin gue kalau lo ngga percaya deh. yul buruan gue udah kebelet. lo ngga mau tanggung jawab kan kalau gue pipis disini?" jeno berujar. polisi di depannya nampak berpikir sebentar sebelum mengeluarkan kunci sel dari sakunya.
jeno mengangkat kedua tangannya, membiarkan tangannya di borgol sementara ia sedikit berlari menuju kamar mandi disusul oleh polisi di belakangnya. "lepasin dong, gue ngga bisa cebok. lo tunggu sini aja kalau lo ngga percaya" jeno memberikan penawaran. lagi lagi pria didepannya menganggukan kepala sambil membuka borgol di tangan jeno.
dibalik maskernya, jeno tersenyum lebar.
ia kemudian melangkah menuju bilik paling ujung. ia memang tidak berbohong ketika dia kebelet dan ingin segera membuang hajat.
"LO BISA KESINI SEBENTAR GA? ADA ULAR DISINI" jeno berujar setengah berteriak. ini jam dua malam, hampir setengah tiga. tahanan lain sudah tidur. hanya ada dia dan penjaga ini di lorong.
mendengar ada seseorang berteriak, mau tdak mau penjaga yang merupakan polisi muda itu segera menghampiri bilik kamar mandi dimana jeno berada.
Ketika penjaga itu masak, jeno dengan langkah yang begitu cepat segera melingkarkan lengannya tepat di leher dan memberikan tekanan secara penuh sebelum pria didepannya ini sempat membela dirinya. karena jeno tentu tahu dimana letak letak vital dari organ manusia, berterima kasihlah kepada jurusan kuliah serta pekerjaannya yang berjalan beriringan.
Jeno mengendurkan cekalannya ketika tubuh di tangannya lemas karena kekurangan udara. ia memakai teknik tertentu sehingga sipir ini tidak mampu memberontak.
jeno kemudian dengan tergesa gesa mengganti pakaian sel miliknya dengan pakaian khas sipir yang berjaga. memastikan tak ada yang tertinggal mulai dari sepatu hingga topi yang digunakan, lengkap dengan kunci serta sidik jari yang sudah jeno ambil takut takut nanti ia membutuhkannya dalam upaya melarikan diri.
jeno melepas masker miliknya, merapikan sedikit penampilannya agar tidak terlalu mencolok sebelum mengunci kamar mandi dan berjalan keluar. tentu tidak ada yang mengenal dirinya sebagai 'tahanan mematikan' begitu ia melepas maskernya. semua yang ada pada dirinya terlihat seperti baik-baik saja.
ia melangkah dengan tenang ke dalam sel nya kembali. tak lupa ia mengunci sel dari dalam memastikan tidak ada sipir lain yang mengetahui keberadaan dirinya. Tangannya terampil mengambil sesuatu dari laci. sebuah bentuk kepala yang ia buat dari gumpalan gumpalan koran yang diberikan kepadanya tiap hari dengan ijuk dari sapu yang berhasil ia acak acak setiap malam.
Ia menyelimuti 'kepala' dirinya hingga habya terlihat bagian rambut yang tidak akan ada orang tau karena jarak yang tercipta cukup jauh dari pintu. lagipula mereka hanya diberikan pintu sedikit untuk melihat dirinya.
ia masuk ke kamar mandi sel dan menguncinya dari dalam. sekilas tidak ada yang menarik dari kamar mandi di tempat ini. sama seperti kamar mandi pada umumnya jika kalian tidak melihat sebuah lubang menganga yang cukup besar yang jeno buat dibalik ember.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Living
FanfictionHidup Javier dan Natasha berubah setelah mereka berusaha untuk menjauh dari 'pekerjaan' mereka tepat pada waktunya. Namun, apakah hidup normal bagi mereka bisa didapatkan?