jeno menyimpan pekerjaan terakhirnya setelah melirik jam dinding di kamar. jam sudah menunjukkan pukul enam dan dia harus tidur. beruntung ia tidak memiliki kelas pada hari ini.
jeno tengah meneguk tegukan terakhir kopi miliknya ketika melihat kekasihnya, yeji, terbirit birit menuju kamar mandi sambil menyibakkan selimut yang menggulung tubuhnya.
tidak lama karena jeno tengah mengedip-ngedipkan matanya melihat suasana apa yang tengah terjadi, ia mendengar suara muntah dari kamar mandi.
langkahnya yang hendak menuju kasur terpaksa ia belokan ke arah kamar mandi dan benar saja ia bisa melihat yeji tengah memegang tengkuknya sambil memuntahkan isi perutnya di kloset.
jeno menguap, kepalanya benar-benar karena rasa mengantuk yang menerjang. ia belum tidur semalaman karena pekerjaan yang diminta oleh taeyong harus dikerjakan dalam waktu yang ccepat, lagipula dia merasa lebih produktif di malam hari dibandingkan di siang hari.
"daripada lo disitu kaya patung lampu merah, mending lo tolongin gu--huek" jeno yang sedari tadi hanya menyaksikan kekasihnya muntah memutar mata. ia kemudian menguap sekali sambil melangkah mendekat.
karena yeji terduduk di lantai di samping kloset, jeno harus membungkukan badannya agar dia bisa memegang tengkuk kekasihnya. mengambil rambut panjang yang memang selalu diurai ketika tidur sambil memijat tengkuknya. "udah belum? gue ngantuk nih" protesnya karena yeji tidak kunjung berhenti namun tangannya masih terus memijat.
yeji mengangguk pelan ketika tubuhnya sudah terasa lemas dan rasa mualnya sudah mulai menghilang. "udah" ujarnya sambil menyandarkan kepalanya ke kaki jeno. "lemes banget gue" adunya kesal.
jeno memutar bola matanya. ia melepaskan pegangannya di rambut yeji berganti menjadi di antara kedua lengan yeji, mengangkatnya dengan mudah seolah tubuh yeji seringan kapas.
yeji yang tiba-tiba diangkat tentu saja terkejut dan spontan berpegangan pada lengan jeno. "bisa ga ga usah ngagetin anjing" yeji memukul bahu jeno kesal karena kaget diangkat tiba-tiba.
jeno tidak merespon selain menguap karena ia benar-benar mengantuk untuk saat ini. ia meletakkan tubuh yeji di area wastafel. mendudukan yeji disana sementara tangannya mengambil tisu dan langsung mengelapkannya di bibir yeji yang bengong.
"lo kenap--waaaa" yeji yang baru saja hendak bertanya apa ada yang salah dengan jeno langsung terkejut ketika tubuhnya kembali di angkat dengan cepat. ia digendong di bagian depan tubuh jeno layaknya seeekor koala yang memeluk tubuh induknya. yeji memeluk leher pria yang menggendongnya, mencium aroma tubuh yang menurutnya menenangkan. tidak ada aroma parfum seperti parfum yang belakangan ini ia pakai tapi aroma tubuh jeno yang secara alami ini membuatnya tenang dan ajaibnya perutnya juga sudah tidak mual lagi.
jeno sedikit melempar yeji di ranjang sebelum kemudian ia membanting tubuhnya di kasur. "gue mau tidur. terserah lo mau ngapain yang penting jangan ngotak-atik meja gue" ujarnya sambil menarik selimut kemudian menutup tubuh nya dengan selimut dan berbaring dengan telungkup. tidak butuh waktu lama, yeji bisa mendengar dengkuran halus dari jeno pertanda pria itu sudah tidur dengan nyenyak.
yeji melirik jam dinding, masih jam setengah tujuh kurang. masih ada waktu karena rapat hari ini ada jam sembilan pagi.
karena tidak ada makanan yang menurutnya layak untuk dikonsumsi selain buah-buahan -ini terjadi karena mereka kebanyakan mengisi kulkas dengan makanan instan dan minuman minuman seperti soda, ia memutuskan untuk membeli makanan nanti saja di jalan daripada dia harus kelaparan.
dengan melangkah turun dari ranjang secara hati-hati agar tidak membangunkan jeno yang tengah terlelap, ia kemudian mengambil handuk dan memilih untuk mandi karena di jalan pasti macet.
ia mengambil kemeja yang kebesaran di tubuhnya yang tidak lain tidak bukan milik jeno yang berwarna biru muda, celana longgar berwarna merah maroon dengan sepatu boots tanpa hak miliknya.
ia melihat jeno masih saja mendengkur di ranjangnya sehingga dia akan langsung pergi daripada dia harus bertengkar lagi karena membangunkan jeno padahal mereka baru akur.
yeji membeli dua porsi nasi uduk dengan beberapa gorengan yang ia beli di jalan untuk dimakan di kampus.
yeji menoleh ketika mendengar pintu mobilnya diketuk. rupanya hyunjin yang mengetuk pintu mobilnya. "ada apaan?" ia bertanya kepada hyunjin. hyunjin mengangkat kotak makanan di tangannya. "ada makanan nih dari bunda, buka pintunya"
hyunjin langsung memutar dan duduk di kursi penumpang yang berada di samping yeji. ia membuka kotak makan berisi makanan yang sehat, lengkap ada buah dan sayur. ayam goreng tepung, brokoli, dan beberapa potong sayur yang ada di kotak. nampak menggiurkan jika saja ia tidak teringat apa yang terjadi pada dirinya dulu.
yeji secara spontan memeluk perutnya dengan protektif sebelum menggelengkan kepala. "ngga deh, buat lo aja. gue udah beli tadi di jalan" yeji menunjuk kantung plastik berisi makanan yang ia beli tadi di jalan. hyunjin mengerutkan keningnya. "enakan ini ngga sih?"
yeji memeluk perutnya sambil menggelengkan kepala yang tentu saja tindakanya dilihat oleh hyunjin. curiga? tentu saja. tapi dia hanya diam saja. mungkin saja adiknya hanya sedang sakit perut ya kan?
"buat lo aja, gue makan yang ini" yeji mulai membuka sarapannya, memakannya dengan lahap karena ada satu orang lagi yang berbagi makanan dengan dirinya. bayi kecilnya.
hyunjin juga memakan bekal dari orang tuanya sambil sesekali melihat yeji yang makan dengan lahap. tidak biasanya yeji memakan sebanyak ini, bahkan ia menghabiskan dua porsi nasi uduk yang jumlahnya tidak sedikit!
aneh.
"udah kenyang lo? banyak amat itu makan" hyunjin menyindir adiknya. yeji mengangkat bahu, meneguk air minum nya hingga tandas. "laper" ia menjawab singkat dan apa adanya. ia memasukkan botol minum yang isinya sudah habis ke kantung kresek untuk dibuangnya nanti. "udah mulai rapatnya, keluar sono" ujar yeji sambil melirik jam tangan di pergelangan kirinya.
hyunjin meletakkan bekal yang dibuat ibunya di mobil yeji siapa tau yeji hendak memakannya nanti kemudian mengekor adiknya untuk rapat.
mereka mencari tempat duduk karena kebetulan kursi di dalam masih kosong. yah, tidak usah diharapkan. ia membuka ponselnya, tidak ada pesan dari jeno karena pria itu biasanya akan bangun jam 3 sore kalau dia tidur pagi entah itu simulasi mati atau pingsan. mark mengirimkan pesan bahwa dia tengah mampir ke minimarket sebentar untuk membeli sarapan. membaca itu, yeji langsung mengirimkan pesan kepada mark bahwa dia menitipkan minuman yang asam karena rasanya perutnya kembali tidak enak padahal dia sudah memakai baju milik jeno dan untungnya mark mengiyakan.
"lo kenapa megangin perut mulu dah" hyunjin tidak bisa menahan rasa penasarannya sehingga ia memutuskan untuk bertanya. yeji yang tengah bermain ponsel menoleh. "tau dah, mual. kebanyakan makan kali" ia beralibi.
"makannya makan tuh dikit aja, lo biasanya setengah porsi aja kaga habis ini malah ngabisin dua porsi" hyunjin mengomel. yeji mengangkat bahu, tidak memikirkan lebih panjang dari omelan kembarannya.
"sorry gue telat" mereka yang ada di dalam ruangan menoleh ketika mark, dengan tangan memegang kantung plastik berlogo salah satu minimarket
"santai mark" mark tersenyum tipis, ia kemudian melangkah ke arah yeji meletakkan pesanannya kepada kekasih adiknya itu. yeji tersenyum lebar. "thanks mark, tagihannya nanti ke jeno aja ya"
mark menganggukan kepala sambil tersenyum. "santai" ujarnya sambil meninggalkan yeji, ia tentu tahu minuman itu untuk apa karena hei, keponakannya sudah lima akan bertambah lagi satu menjadi enam jadi dia kurang lebih tahu.
yeji meminum minuman yang dibawa oleh mark sambil mendengar mereka mengevaluasi kegiatan terakhir dan membahas kegiatan yang akan datang sebagai pertimbangan.
"yeji kalau bisa jangan dikasih perkap deh" mark mengusulkan. beberapa diantara mereka menoleh ke arahnya. "dia lagi kurang sehat, jadi mungkin nanti dioper kerjaannya ke konsumsi aja"
mendengar itu, yang aneh malah hyunjin. adiknya hari ini kenapa. yeji terlihat aneh sekarang di matanya.
yeji kenapa?
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Living
FanfictionHidup Javier dan Natasha berubah setelah mereka berusaha untuk menjauh dari 'pekerjaan' mereka tepat pada waktunya. Namun, apakah hidup normal bagi mereka bisa didapatkan?