06. Bubur Ayam, Nara Dan Kalendra

94 22 0
                                    

Guysss

Di part sebelumnya aku ada typo dibagian "mengingat waktu kini menunjukkan pukul delapan siang" yang harusnya 'siang' itu ditulis 'pagi'😭

Tapi gakpapa lah yaa🙏

Oke, silahkan lanjutkan membacaaa

Happy Reading!!!

___


Sesuai dengan janji Nara pada Kalendra tempo hari, di malam Sabtu ini mereka benar-benar bertandang ke sebuah toko yang menjual begitu banyak pernak-pernik nan indah. Mengingat adik Kalendra itu seorang perempuan, jadi Nara memilihkan dua benda yang pasti akan sangat disukai olehnya nanti. Yakni sebuah bola kaca salju lengkap dengan rumah juga pohon pinus di dalamnya, ditambah satunya lagi sebuah kotak musik bewarna pink dengan penari ballerina yang juga ada di dalamnya.

Kalendra saja bilang bahwa pilihan Nara sangat bagus dan aesthetic. Begitu katanya.

Langit malam begitu cerah saat mereka keluar dari toko. Lalu-lalang pengendara jalan raya menyambut telinga dengan kebisingan yang tidak pernah pudar. Disaat Kalendra naik ke atas motornya, dia pun bertanya. "Mau makan dulu gak, Na?"

"Boleh."

"Oke. Mau cafe mana?"

Tanpa berpikir panjang Nara menjawab. "Aku mau makan di pinggir jalan aja. Kita ke Jajanan Malam Menteng mau gak? Pedangang kaki lima disana enak-enak banget jualannya."

"Ayo kalau gitu."

Tidak butuh waktu lama, motor sport Kalendra turut bergabung bersama pengendara kota. Membelah jalan raya dengan kecepatan sedang. Santai, sembari menikmati terpaan angin malam. Lima menit perjalanan saja sudah cukup. Banyak sekali pengunjung yang terlihat seperti saat-saat tiap Nara datang kemari. Aroma dari berbagai macam makanan, bersatu padu meruak ke hidung. Wangi hingga langsung menggelitik perut untuk segera mencicip.

"Lo sering kesini?"

Kalendra berjalan disamping Nara. Menilik wajah gadis itu dari atas. Sebab memang tubuhnya agak tinggi dari gadis itu. Rambutnya yang tergerai dengan poni tipis menjutai, semakin menambah kesan betapa manisnya seorang Naraya.

"Lumayan. Kalau kamu? Sering kesini nggak? Atau jangan-jangan belum pernah. Kamu kan anak sultan, mana mungkin makannya di tempat kayak gini, haha..."

Gadis itu tertawa. Masih sama, Kalendra senantiasa menatapnya dalam diam. Ketika matanya berpaling dari manik miliknya, detik itu juga Kalendra mengutas senyum. Bisingnya suara disisi kanan dan kiri seolah tidak mampu lagi Kalendra tangkap bunyinya. Gendang telinganya seakan tuli saat dirinya terhanyut dalam senyuman manis yang hampir dua tahun ini disukainya.

Lantas saat kaki mereka berhenti di gerobak Abang tukang sate, Kalendra langsung tersenyum remeh kepada Nara. Menolak keras presepsi yang gadis itu nilai tentang dirinya.

"Siapa bilang? Gue sering kesini kok beliin Mama gue nasi goreng sama roti bakar."

Nara manggut-manggut.

"Satu lagi, gue bukan anak sultan, Na. Gue cuma manusia biasa yang hidupnya masih numpang orangtua. Jangan bilang gue kayak gitu lagi. Ngerti 'kan lo?"

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang