07. Baikan

73 18 2
                                    

Halo para pembaca ceritakuuu

Apa kabar?

Maaf baru sempat update lagi soalnya mood nulis baru balik hehe

Semoga puas dengan part ini yaa

Eh iya, jangan lupa vote juga

Terimakasih 🙏🏻

Selamat membaca!

___

Sejak beberapa hari ke belakang, sikap Shaka kepada Nara mendadak berubah. Sapaan ringan, juga senyuman yang biasa dia patri setiap pagi sudah tak lagi lagi ada seperti biasanya. Bagai anak perawan yang datang bulan, Shaka terlihat seperti merajuk pada Nara. Dia terkesan menghindar dengan sengaja. Entah karena apa.

Sama seperti kini. Saat ia baru saja membuka pagar kayu rumahnya, Shaka lagi-lagi sudah duduk anteng diatas motornya. Mereka sempat beradu tatap sedetik sebab laki-laki itu terlebih dulu mengalihkan pandang. Lalu saat tangan Nara terangkat ingin melambai sebagai bentuk menyapa, Shaka sudah keburu melesat.

"Dia kenapa sih?" Nara bingung sendiri. "Pokoknya aku harus tanya sama dia balik sekolah nanti. Rasanya gak enak didiemin terus kayak gini. Aku kayak punya salah sama dia."

Pagi itu, Nara berangkat sekolah dengan hela napas panjang.

___

Harusnya Shaka berangkat bersama dengan Jekiwira dan Jevan. Sudah janjian semalam bahwa tidak ada yang saling tinggal. Tapi tau-taunya dua kampret itu malah berkhianat. Katanya Shaka kelamaan berak (iya tadi dia memang sempat bab, tapi tidak sampai 10 menit) jadinya mereka meninggalkan dirinya seorang diri. Akhirnya, Shaka membelah padatnya jalan raya pagi ini tanpa teman bicara.

Menyedihkan.

Netra Shaka menerawang langit yang kosong. Tidak ada burung-burung gereja yang biasanya beterbangan disana-sini. Mungkin karena mereka tahu. Bahwasanya awan putih yang tadinya terang kini berangsur-angsur bergerak menjauh. Awan kelabu yang gelap merambat menggantikan posisinya. Oleh sebab itu sekumpulan burung itu enggan mengepakkan sayapnya disana.

Cuaca saat ini sangat menggambarkan bagaimana keadaan hati Shaka yang dilanda gundah gulana. Rasa bersalah pun turut mendominasi. Tentang ia yang mengacuhkan Nara sejak beberapa hari terakhir. Jujur ini bukan kemauan Shaka. Tapi logikanya. Logikanya yang menyuruh diri untuk tidak lagi mau tau perihal gadis itu.

Kenapa logika ini yang jadi pengatur?

"Minta maaf gak, ya?" Shaka bimbang dan ragu. "Masa cuma gara-gara malam itu dia jalan sama si Kalender gue langsung marah? Emang lo siapanya Shakaaa?..."kan, ia jadi gemas sendiri.

Mungkin kalau Nara dekat dengan laki-laki lain, Shaka tidak masalah dan dia masih bisa berteman dengan gadis itu. Tapi sayangnya ini Kalendra. Hubungan Shaka dengan laki-laki itu tidak lagi baik sejak empat tahun lalu--tepat sewaktu mereka masih duduk di bangku SMP. Shaka hanya tidak ingin mengulang kejadian yang sama untuk kali kedua.

Bisa-bisa mereka kembali adu jotos.

Tidak. Jangan.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang