Halo, gengs, ngehehe. Akhirnya aku kembali moentjoel. Selamat membaca, jangan lupa vomment 😘🔥
-oOo-
GUMAM berisik memenuhi toko Sanuraga sore itu. Segenggam permen dan manisan diserahkan oleh sekelompok anak kecil yang berkerumun di depan kasir. Dengan wajah bersemangat, tergelak keras-keras selagi aroma keringat yang terbakar terik merebak dalam udara sekitar.
Tsabita berdiri di balik konter yang agak lembab, kewalahan menghitung total harga permen-permen kecil yang diberikan secara serabutan dan tidak tertib. Sementara Shaka yang baru pulang sekolah, masih menyempatkan diri membantu di toko dan kini berjongkok di salah satu rak makanan, sedang menata berbagai jenis cokelat batang. Sesekali Shaka melirik Damar yang berdiri di sampingnya.
Setelah lama memilih-milih stoples permen rasa-rasa, Damar―bocah sembilan tahun itu―akhirnya mengambil stoples kecil permen kunyah lalu langsung memutar tutupnya (Shaka agak terkejut karena si bandel itu belum bayar permennya di kasir), lalu mengambil photocard yang dibungkus plastik bening di dalamnya. Damar membuka plastik tersebut, sehingga tampaklah foto seorang pria; berambut biru, dengan poni di bawah alis. Matanya tajam dan memiliki rahang yang lembut untuk ukuran pria. Di bawah foto itu terpampang nama Jayden.
"Hadeh, orang ini lagi .... masa hampir semua permen yang kubeli isinya Jayden semua." Mulut Damar menyebik kecewa, Bocah gembul itu bergumam sendiri sambil menggaruk ketiak telanjangnya dengan tidak tahu malu.
Shaka yang ada di dekatnya diam-diam ikut memperhatikan foto itu dan mengernyitkan dahi. "Ini Jayden penyanyi itu bukan, sih? Yang dulu pernah jadi artis cilik?"
Damar langsung berpaling menatap Shaka. "Oh, iya. Emang dulu Jayden artis cilik?"
"Iya, kalau enggak salah jebolan dari ajang pencarian bakat. Mas jarang denger lagunya, tapi tahu orangnya," kata Shaka, mengedikkan bahu, kemudian kembali menata batang-batang cokelat selagi berpikir sesuatu. "Ternyata kamu suka ngumpulin foto-foto artis di stoples permen, ya, Mar? Mas pikir cuma anak cewek yang suka begituan."
"Ini bukan photocard biasa, Mas. Di belakangnya ada barcode yang nyambung ke karya-karyanya si artis. Ada kode undian juga yang kalau menang bisa dapet saldo atau Iphone," kata Damar. "Lagian Mas Shaka norak amat. Zaman sekarang siapa pun bisa ngoleksi ginian. Lumayan bisa cuan juga kalau dijual ke anak cewek."
Shaka menaikkan alisnya. "Masih kecil otaknya udah mikirin bisnis."
"Yee, kenapa, sih? Enggak ganggu kebun orang juga." Lalu Damar menyodorinya photocard Jayden. "Mau kukasih ini juga biar Mas gaul dikit? Ambil aja, deh. Toh aku udah punya fotonya Jayden yang posenya kayak gini."
"Dih, enggaklah. Mau taruh di mana harga diri Mas kalau ngoleksi foto cowok?" Shaka melengos sebal. Tiba-tiba pemuda itu kepikiran sesuatu yang lain, "Eh, ngomong-ngomong soal Jayden, kayaknya dulu dia pernah collab nyanyi sama Ihatra Kama, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐄𝐃 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐎𝐒𝐄 𝐃𝐀𝐘𝐒
Romance⭐ Follow sebelum membaca ⭐ Setelah terlibat kasus besar yang menghancurkan kariernya sebagai aktor dan penyanyi, Ihatra Kama melarikan diri ke sebuah pulau kecil di wilayah selatan Indonesia untuk memulai hidup baru. Setidaknya, begitulah yang semu...