29. Festival Panahan

75 13 7
                                    

Hehe, semuanya, aku kembaliiii~

Mulai hari ini dan seterusnya, DTD akan update rutin yaa. Moga bisa seminggu 3-4 kali!

 Moga bisa seminggu 3-4 kali!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"TADI Pak Ersan minta maaf ke lo lewat gue."

Pernyataan Jayden malam itu membuat Ihatra yang sedang tidur memeluk guling langsung membuka mata. Dia menoleh pada Jayden sambil memasang tampang bingung.

"Ngapain Pak Ersan minta maaf?"

"Pak Ersan pikir dia salah bicara gegara lo tiba-tiba pergi setelah ngomongin soal skandal." Tanpa aba-aba, Jayden menarik guling Ihatra sehingga membuat sahabatnya terkejut, seakan-akan baru dinodai saja. Belum sempat melayangkan protes, Jayden sudah menyahut lagi, "Yat, gue perlu ngomong serius soal ini. Lo sebenernya bisa gue tinggal sendirian enggak, sih?"

"Kok pertanyaan lo aneh, sih? Lo pikir sebelum lo dateng, gue tinggal di rumah ini sama ondel-ondel? Gue kan udah tinggal sendiri sejak awal." Ihatra merebut lagi guling di tangan Jayden lalu mendekapnya erat. Ekspresinya bercampur antara kebingungan dan jengkel. "Dan Pak Ersan harusnya enggak usah minta maaf. Yang tadi itu emang guenya aja lagi sensi, soalnya tiba-tiba diingetin lagi sama peristiwa masa lalu."

"Nah, itu dia masalahnya. Lo itu kelihatan enggak stabil, tahu enggak? Emosi lo gampang kesulut gara-gara hal kecil." Jayden menuding Ihatra dengan jari telunjuknya. Rautnya berlumur prihatin. "Pak Ersan aja kesinggung gara-gara lo jawab ketus kayak gitu. Padahal kan dia enggak tahu apa-apa soal masalah lo. Dan lagi, waktu di sasana tinju, lo kelihatan benci sama si Egar, sampai-sampai gue yakin kalian berdua bakalan berantem."

Ihatra membuka mulut, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari sana. Sebagai gantinya dia mengusap wajah dan mencoba meredam frustrasinya. "Ya udah sih gue minta maaf."

"Bukan maaf yang gue pengin, Yat. Gue tuh khawatir sama lo. Gue takut watak lo malah menimbulkan konflik baru sama penduduk sini."

"Lo sebenernya ada maksud apa bilang gini ke gue?" Ihatra menatap Jayden dengan curiga. "Lo pikir gue enggak bisa jaga diri dengan kondisi begini?"

"Exactly," kata Jayden. "Gue takut tempat ini enggak cocok sama lo."

"Gue bakal berusaha. Tenang aja, belum ada dua bulan gue tinggal di sini."

Jayden mendesau napas. Selama beberapa lama, mereka sama-sama diam. Kemudian Jayden berceletuk lemah, "Bulan depan gue udah harus balik ke Jakarta."

Kalimat itu membuat Ihatra tercenung sebentar.

"Beneran, Jay?"

"Gue pikir gue bisa nemenin lo lebih lama lagi, tapi kayaknya enggak mungkin. Gue juga harus ... cari duit buat keluarga."

"Jay, gue kira ada apa." Ihatra tahu-tahu menepuk pundak Jayden dengan cara bersahabat. Getir dalam suaranya teredam oleh sikapnya yang dipaksakan ceria. "Lo emang harus balik, Jay. Enggak usah khawatirin gue di sini. Yang ada malah gue enggak enak sama lo karena ninggalin kerjaan terus."

𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐄𝐃 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐎𝐒𝐄 𝐃𝐀𝐘𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang