Ayo hitung udah berapa lama aku menelantarkan work ini awkwkwk. Maaf yaa gais, soalnya belakangan ini tugasku numpuk lagi, dan book sebelah juga perlu segera ditamatin >.<
Btw, silakan vote atau komen duyuh sebelum baca cerita inieehh
-oOo-
LATIHAN di sasana tinju Asura berlangsung selama satu setengah jam. Setelah Shaka dan anak-anak pamit pulang, Egar yang masih kelebihan energi menghampiri Ihatra dan Jayden yang sedang duduk-duduk menunggu giliran di dekat tangga, lalu melancarkan titahnya bagai jenderal perang yang bernafsu menyiksa prajurit; "Lari enam kali putaran mengelilingi rute yang udah saya buat. Mas Jaya juga lari. Tadi Mas kan cuma keliling satu kali terus minta istirahat."
"Buset! Enam putaran? Anak-anak yang tadi cuma tiga kali!" Jayden menyahut protes.
"Ini saya udah ngasih keringanan, loh. Umur anak-anak itu kan sepertiga dari umur kalian. Kalau mau adil, harusnya kalian berdua lari sembilan kali putaran."
Ihatra menelan ludah gugup. Emang gila nih orang. "Mas, maaf nih, saya terus terang enggak bisa kalau―"
"Oh, iya, buat Mas Iyat beda," Egar memotong kalimat Ihatra tanpa rasa bersalah. Sambil menggosok-gosok dagu, mengusulkan dengan enteng, "Buat Mas Iyat lari tiga kali aja, bisa kan? Itu porsi larinya anak-anak, loh. Kalau enggak kuat lari nanti bisa jalan pelan-pelan, tapi usahakan ngikutin latihan saya dengan serius."
Tanpa menghiraukan ekspresi Jayden yang meliriknya iri, akhirnya Ihatra memutuskan untuk menyetujui usul itu. Mereka pun keluar dari gedung sasana dan berlari mengelilingi rute yang sudah disebar di pepohonan dan dipasak di tepian lintasan. Beruntungnya jarak tiap putaran tidak terlalu jauh, kendati medannya agak sulit karena jalannya naik dan agak berbatu. Ihatra selesai lebih dulu dan kembali ke gedung, lalu duduk di undakan ring sambil mengipas-ngipasi leher dengan tangan. Kakinya agak nyeri, tetapi dia lumayan puas karena berhasil menyelesaikan tantangan.
Lima belas menit kemudian, Jayden menyusul, lalu langsung merebah di lantai yang sejuk. Saat Ihatra menawarinya sebotol air minum, Jayden langsung menyambarnya dan, seperti seorang musafir kehausan, dia tenggak rakus isinya hingga tersisa seperempat botol.
"Gorila kampret!" rutuk Jayden dengan suara berbisik dan kehabisan napas. "Kalau aja dia tahu kita siapa, enggak bakal dia berani nyuruh-nyuruh kayak gini!"
Ihatra terkekeh. "Ssst, diem. Orangnya ke sini."
Benar saja, rupanya Egar (lagi-lagi dengan senyum khasnya yang angkuh dan―menurut Jayden―agak tolol) menghampiri mereka berdua. Pria itu menasihati bahwa latihan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan latihan yang dijalaninya dahulu saat masih berstatus murid Wiwangsa Nugraha―seorang mantan juara silver belt di kejuaraan WBC Asian yang sampai kini namanya masih harum di kancah nasional. "Dulu saya nih disuruh lari sepuluh putaran sambil nyeret ban truk, push up seribu kali setiap hari, belum lagi harus diet ketat buat ngebentuk otot. Pokoknya modelan kalian ini kalau jalanin gaya latihan saya enggak bakal sanggup. Apalagi saya dulu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐄𝐃 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐎𝐒𝐄 𝐃𝐀𝐘𝐒
Romance⭐ Follow sebelum membaca ⭐ Setelah terlibat kasus besar yang menghancurkan kariernya sebagai aktor dan penyanyi, Ihatra Kama melarikan diri ke sebuah pulau kecil di wilayah selatan Indonesia untuk memulai hidup baru. Setidaknya, begitulah yang semu...