39. Menutup Luka dengan Rapat

85 13 10
                                    

Halo, kangen nggak sama cerita ini? 👀

Halo, kangen nggak sama cerita ini? 👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

LONCENG gantung di atas pintu toko berdenting. Jayden masuk dan langsung menghampiri Tsabita yang sedang berjaga sendirian di meja kasir.

"Halo, Mas." Tsabita menyapa hangat. Tumben sekali pria ini datang jam setengah tujuh pagi ke Toko Sanuraga, sendirian pula. Ke mana Mas Iyat?

Sebelum Tsabita menyuarakan kebingungan itu, Jayden lebih dulu membalasnya, "Kalau kamu nanyain di mana Iyat, sayang banget, hari ini saya datang sendiri."

Tsabita ber-oh pelan. Agak malu karena ekspresinya barusan pasti seperti orang yang mengharap-harap kedatangan Ihatra. Dia mencoba terlihat normal. "Kok tumben datang sendiri? Mas Iyat kenapa memang?"

"Masih tidur tuh anak. Kayak badak dibius―susah dibangunin." Tsabita tertawa mendengarnya, dan Jayden melanjutkan, "Bit, kamu keberatan nggak kalau saya minta waktu sebentar buat ngomongin sesuatu?"

"Oh, boleh." Tsabita menatap pintu toko di belakang Jayden yang masih tertutup. "Saya masih ada banyak waktu sebelum pantai dibuka jam tujuh nanti. Duduk sini, Mas."

Jayden masuk ke balik meja kasir dan duduk di kursi yang biasanya ditempati Shaka. Sementara itu, Tsabita secara inisitiaf mengambilkan minuman botol dari lemari pendingin dan memberikannya pada Jayden. Pria itu menolak sopan, tetapi Tsabita tetap menyuguhkan. Mereka mengobrol basa-basi sebentar tentang kabar Shaka dan Bu Nilam yang sudah sekitar tiga minggu ini tidak terdengar. Setelah itu, barulah Jayden memberitahu tujuan utamanya. "Sebenarnya, saya ke sini mau ngomong soal Iyat."

"Kenapa sama Mas Iyat?"

"Nanti jam sepuluh saya mau kembali ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Kemungkinan saya bakalan ninggalin Iyat dalam waktu lama―mungkin empat atau lima bulan. Paling lama setengah tahun sebelum saya bisa selesaiin semua jadwal dan balik lagi ke sini. Jadi karena itulah ... saya sebetulnya agak khawatir sama Iyat."

Selagi Tsabita diam mendengarkan, Jayden melanjutkan. "Saya ingin minta tolong kamu untuk membujuk Iyat pelan-pelan, agar dia mau menyelesaikan urusannya yang belum selesai."

Tsabita termenung sebentar menatap Jayden, kemudian bertanya ragu, "Urusan apa, Mas?"

"Saya ceritain pelan-pelan, tolong dengerin, ya," kata Jayden, sambil membasahi bibirnya yang kering. "Begini, sebenarnya Iyat datang ke Pinggala karena dia kabur dari seluruh masalahnya yang belum diselesaikan. Yang saya maksud masalah, adalah citra publik dan reputasinya yang sedang anjlok parah. Walaupun kasus kecelakaan itu sudah berlalu satu setengah tahun lalu, tapi sampai detik ini, di platform berita nasional dan kabar-kabar selebritas, nama Ihatra masih sering diperbincangkan. Bahkan semakin lama rumornya semakin mengganas dan mengular ke mana-mana, dan belakangan ini menyeret nama besar keluarga Iyat juga. Beberapa anggota keluarganya terpaksa menerima dampak sosial dari masyarakat, padahal mereka sama sekali enggak terlibat apa pun dengan anak itu. Sorry karena memberitahu hal ini; sejak dulu hubungan Iyat dan keluarganya memang enggak harmonis. Apalagi setelah kedua orang tua Iyat meninggal, dia semakin menjauh dari keluarganya dan ogah ikut campur dengan segala urusan. Dan inilah yang menurut saya menjadi titik buta anak itu untuk memahami sebesar apa masalah yang dia timbulkan. Kalau Iyat enggak segera menghentikan rumor mengenai dirinya, dan menyelamatkan nama keluarganya, sesuatu yang betul-betul mengerikan mungkin akan terjadi."

𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐄𝐃 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐎𝐒𝐄 𝐃𝐀𝐘𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang