Kalian baca chapter ini pas jam berapa di tempat kalian?
-oOo-
SORE yang menyengat. Suara gesekan sayap jangkrik di antara deras sungai yang mengalir. Langit di atas terbentang bersih dan terang.
Ihatra berdiri di hilir sungai sempit bersama deru angin yang menyapu kulit. Sejuk dan begitu rindang. Kapan terakhir kali dia berlibur? Lima tahun lalu? Kalau tidak salah di Nusa Penida, bersama sekelompok teman dan kru syuting dari acara televisi. Namun, rasanya tidak setenang dan sedamai saat dia mendarat di tempat ini. Mungkin karena sekarang Ihatra menemukan kesunyian yang mirip seperti berada di alam bebas seorang diri. Tidak ada kamera untuk keperluan perjalanan, tidak ada tanda-tanda pengenalan dari orang di sekitar, tidak ada aturan-aturan khusus agar dia berperilaku sesuai citra di depan layar. Semuanya benar-benar bebas.
Ihatra menunduk menatap ikan-ikan yang berenang mengikuti arus. Air menyiprati kakinya, membasahi hampir setengah bagian betisnya, membuatnya merasa nyaman di antara bisik semak dan ranting yang menggaruk lembut.
Keresak dedaunan yang diinjak tiba-tiba terdengar. Shaka datang dari belakangnya, menyelinap di antara pepohonan, "Mas Iyat?"
Namun, Ihatra tampaknya terlalu sibuk memperhatikan ikan-ikan sampai tak menyadari panggilan Shaka. Dia malah duduk di bebatuan besar dan memasukkan tangan dan kaki ke dalam aliran sungai, diayun-ayunkan seperti hendak menangkap ikan.
"Eh, enggak kena!" pekiknya sambil terkekeh ketika seekor ikan luput dari genggaman.
Shaka akhirnya turun ke sisi hilir dan ikut berjongkok di samping Ihatra. Saat itulah pria itu menyadari presensinya.
"Shak, ngangetin aja kamu!"
Shaka melihat ekspresi Ihatra yang sumringah dan tanpa sadar ikut terpana. Di matanya, terlepas dari nama panggungnya yang melekat, Ihatra terlihat seperti anak kecil yang girang karena diajak bermain di hilir sungai. Padahal hanya tempat kecil, letaknya di alam liar yang banyak serangga dan nyamuk, bukan wahana liburan istimewa yang biasa dikunjungi artis terkenal dan super kaya, tapi kenapa bisa sesenang ini?
"Di sini sejuk ya, Mas?" tanya Shaka memecahkan sunyi.
"Banget. Padahal pas perjalanan tadi cuacanya panas. Sampai di sini jadi sejuk."
"Saya biasanya main di sini kalau lagi capek." Shaka mengambil batu kecil lalu melempar ke sungai. Ihatra melihat batu itu jatuh dan cipratannya terlontar ke udara. "Karena suara arusnya deras, enggak bakal ada yang denger. Jadi, kadang kala saya nyanyi di sini atau teriak-teriak enggak jelas, hahaha."
"Kamu suka nyanyi, Shak?"
"Lumayan suka. Saya juga suka denger lagunya Mas Iyat."
Ihatra tersipu senang mendengar jawaban itu. "Mau jadi penyanyi juga, enggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐄𝐃 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐎𝐒𝐄 𝐃𝐀𝐘𝐒
Romance⭐ Follow sebelum membaca ⭐ Setelah terlibat kasus besar yang menghancurkan kariernya sebagai aktor dan penyanyi, Ihatra Kama melarikan diri ke sebuah pulau kecil di wilayah selatan Indonesia untuk memulai hidup baru. Setidaknya, begitulah yang semu...