"Sore Buna-nya Jisung.." sapa Tito yang ikut pulang bersama Jeno dari kampus.
Jaemin yang tengah memberi Jisung makan di teras itu menoleh dan berdehem.
"Hm" balasnya acuh.
Tito reflek menoleh ke arah Jeno yang seolah wajahnya berbicara 'tuh kan'
Iya, karna sedikit banyaknya Jeno sudah cerita tentang permasalahan mereka dan juga tentu saja bagaimana sikap Jaemin kepadanya.
Pantas saja Jeno sangat ingin mencari bukti untuk ia tunjukkan pada Jaemin.
Ternyata memang se dingin itu sikap Jaemin, kasihan Jeno.
"Kenapa ketawa?" Tanya Jaemin pada Tito.
Tito yang memang tanpa sadar tertawa karna mengasihani Jeno itu seketika mengehentikan tawanya.
"E-enggak" jawab Tito sembari menggeleng ribut.
Jeno mendekat ke arah Jaemin.
"Aku udah punya bukti" ujar Jeno.
"Mana?" Tanya Jaemin sembari mengelap mulut Jisung dengan tisu basah.
"Ada, Tito biarin jagain Jisung dulu, kamu ikut aku, nanti kamu gak fokus lagi dengernya" ujar Jeno.
Jaemin menoleh ke arah Jeno.
"Gak ada rekayasa kan?" Pastikan Jaemin.
"Gak ada, itu murni aku sendiri yang bertanya dan aku sendiri yang merekam, tapi itu semua rencana Jeno kok, aku cuma menjalankan tugas buat bantuin dia" sahut Tito.
Jaemin mengangguk.
"Ya udah, jagain Jisung, awas ya kalau sampai nangis" peringat Jaemin pada Tito.
Setelah itu Jaemin berlalu masuk ke dalam rumah dengan Jeno yang mengekor di belakangnya.
Kini Tito berjongkok di hadapan Jisung yang berada di kereta bayinya itu.
Tito awalnya heran, kenapa Jisung yang udah bisa jalan kok masih di masukkan dalam kereta bayi?
Tapi ternyata kaya Jeno, Jisung kalau di kereta bayi itu anteng gak lari-larian ke sana dan ke sini, jadi kalau mau ngasih makan atau susu itu enak.
Habis itu kalau mau di keluarin bebas aja.
Itu hanya kebiasaan Jisung sedari ia belum pandai berjalan.
Apalagi setelah Jeno belikan yang baru, yang tegap dan sesuai untuk tinggi badan Jisung sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALOVE
FanfictionMenceritakan tentang dua orang yang selalu bersaing dari zaman bersekolah. Hingga salah satunya menghilang karena kesalahan yang mereka perbuat. Di tahun-tahun, berikutnya mereka di pertemukan lagi oleh takdir. Namun pertemuan mereka bukan sebagai...