sechs

287 27 7
                                    

Iqbal dan Figo sedang menunggu Jehan dan junior yang dikatakan oleh Jehan sebelumnya di depan ruang kesiswaan. Mereka berdua menunggu dengan Figo juga yang sedang menyiapkan mentalnya, takut jika diberi sanksi yang berat. Karena, selama hampir tiga tahun ia sekolah tidak pernah mendapat panggilan dari kesiswaan, Figo juga termasuk murid berprestasi dalam bidang non-akademik. Setidaknya kesiswaan dapat mengurangi sanksi yang akan diberikannya.

Namun yang Figo hadapkan ini selain guru kesiswaan beliau juga merupakan ayah dari junior yang ia pukul kemarin, itulah yang membuatnya kepikiran terus sejak semalam.

Iqbal dan Figo disana sama-sama diam, Figo dengan pikirannya dan Iqbal pun tak tau harus membahas apa. Karena pikirannya itu, dada Figo terasa sedikit sesak, ia menghela nafas agak kasar untuk mengusir rasa sesak tersebut.

Iqbal yang melihatnya sedikit prihatin, ia mencoba untuk menenangkan kawannya yang sedang kalut, "Jangan terlalu dipikirkan, semuanya akan baik-baik saja kok"

Figo mengangguk menanggapi, "Gua barusan kepikiran, Adel gak kecewa kan ya?"

Setelah mengatakan itu Figo mendapatkan pukulan pada kepalanya dari Iqbal, bisa-bisanya temenannya ini justru berpikir hal konyol seperti itu? Figo mengaduh karena dipukul, ia mengusap-usap kepalanya dan protes kepada Iqbal

"Ya pikiran lu-ehem ko aneh sekali! Sa bantu benarkan siapa tau otak ko ada yang geser"

"Eh lu tadi bilang apa Bal? 'Lu'?"

"I-iya, kenapa? Aneh ya sa bicara pakai 'lu'?" tanya Iqbal agak terbata

"Iya dikit, EH ENGGA! Maksud gua, gak aneh kok, cuma ya lu kan gak pernah pake lu-gua, gitu, hehe" kata Figo sambil menggaruk tengkuknya canggung, takut menyinggung temannya tersebut

"Ee santai saja, sa belakangan ini suka sekali tiba-tiba berbicara pakai lu-gua, tapi ke Tonci saja, kata dia aneh"

"Ya sebenernya se nyaman lu aja si, aneh soalnya kan lu biasanya pake bahasa Papua, jadi ya yang lain ga biasa"

Iqbal mengangguk, setelahnya mereka berdua kembali terdiam. Iqbal mengedarkan pandangannya, kemudian ia melihat Jehan yang sedang berjalan bersama seorang siswa disampingnya.

"Itu Jehan dengan anak yang dia maksud sudah datang!" ucap Iqbal seraya menunjuk ke arah Jehan, Figo pun mengikuti arah tunjukkan Iqbal, dan benar saja itu mereka.

Iqbal dan Figo lantas melambaikan tangan agar Jehan dapat melihatnya. Mereka melihat kedua orang tersebut mempercepat langkahnya menuju mereka berdua, dan tak lama kemudian keduanya sudah berada dihadapan Iqbal dan Figo

"Udah lama kalian nunggu?" tanya Jehan

"Lumayan, darimana aja lu?"

"Nunggu dia, gurunya udah bel tapi masih aja ngoceh" Jehan menunjuk ke Miro, Miro pun membungkuk minta maaf

"Maaf ya abang-abang, pak Ismed lama banget tadi ngejelasin materinya"

"Oalah pak Ismed! Pantes aja, gak papa santai aja. Btw kenalin gua Figo" Figo mengulurkan tangannya dan dibalas oleh Miro

"Aku Miroslav, panggil Miro aja"

Kali ini gantian Iqbal yang menjabat tangan Miro, "Sa Iqbal"

"Aku tau bang Iqbal! Kaptennya squad inti kan? Aku Miro" ucap Miro dengan antusias, melihat itu semuanya terkekeh melihat kelakuan Miro

Saat asyik berkenalan, mereka mendengar langkah kaki dari belakang. Mereka menoleh dan ternyata itu guru kesiswaan, keempat murid itu membungkukan badan sedikit sebagai sapaan

"Selamat pagi bapak" ucap Iqbal mengawali

Guru tersebut hanya mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke Figo yang berada di samping Iqbal

One Of Us (Timnas U-17)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang