sechszehn

411 38 18
                                    


Malam hari para siswa sudah berada di kamar asrama masing-masing, seperti Arkhan dan Welber. Tapi untuk malam ini suasana kamar mereka berbeda, tampak lebih hening dari biasanya.

Welber merasa, sejak sepulang sekolah Arkhan terlihat diam dan tidak banyak bicara dengannya. Welber tidak tahu ada apa dengan teman satu kamarnya itu, ia hendak bertanya namun sepertinya Arkhan sedang dalam mood yang buruk. Ia tak mau menambahnya.

Arkhan sedang berada di kamar mandi, setelahnya keluar dan mengambil ponselnya yang berada di meja belajarnya. Hendak keluar dari kamar namun suara Welber menghentikannya,

"Kaka, mau kemana?" tanya anak itu

"Ke kamar temen gua, ntar pulang waktu udah bel" Arkhan menjawabnya dan tanpa berkata apa-apa lagi ia pergi dari kamar.

Meninggalkan Welber sendiri yang tidak tau harus melakukan apa. Bocah Brazil itu sedang memikirkan apa salahnya hingga membuat Arkhan mendiamkannya. Namun otaknya buntu, ia tidak menemukan kesalahannya. Mungkinkah...? Tidak, tidak mungkin. Jika Arkhan mengetahui hal itu, anak itu pasti memilih untuk mengadukannya kepada Iqbal ataupun pelatih daripada mendiamkannya seperti ini.

°°°

Zaky dan Nabil baru saja pulang ke asrama setelah mendapatkan banyak pertanyaan dari kepolisian. Mereka berdua sangat lelah, sebelumnya mereka juga melalui perdebatan yang benar-benar menguras tenaga dan emosi. Tetapi akhirnya puas dengan keputusan kepolisian, guru itu akan ditahan selama beberapa tahun. Kepala sekolah juga setuju dengan keputusan tersebut.

Nabil sudah sampai di depan pintu kamarnya,

"Ya udah gua masuk dulu, mau mandi terus tidur." ucapnya berjalan untuk masuk ke kamarnya

Zaky menghentikannya, ia ingin mengatakan sesuatu namun terlihat ragu. Nabil memberikan tatapan bingung kepada anak itu

"Bil anter ke kamar gua dong, sepi banget gua takut" ia meminta dengan penuh harap

Nabil memandangnya tak percaya lalu memutar bola matanya. Astaga, apakah temannya ini lupa bahwa dia sudah 18 tahun?! Tetapi bagaimanapun akhirnya Nabil mau mengantarnya ke kamar.

Suasana di sekitar mereka sepi, mungkin para penghuni lain sudah tertidur atau sibuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Kamar Zaky dan Dabin cukup jauh karena hampir di pojok lorong dan berada di sebelah kamar kosong. Nabil sedikit memaklumi ketakutan Zaky, meskipun dirinya ingin sekali mengejek temannya itu.

Keduanya berhenti ketika sudah sampai, Zaky mengucapkan terimakasih kepada Nabil karena sudah mengantarnya lalu masuk ke dalam kamarnya. Nabil membalikkan badannya untuk kembali ke kamarnya dan berencana untuk istirahat karena ia sangat lelah.

Ketika berbalik, jantungnya terasa copot ketika melihat seorang atau mungkin sesosok remaja laki-laki dengan mukanya hancur dan penuh darah.

"Sialan!" Nabil memegangi dadanya merasakan jantungnya berdetak kencang. Sementara sosok itu hanya menyengir karena melihat reaksi Nabil. Seringai itu terlihat menyeramkan.

"Bisa gak kalo muncul di wujud normal terus gak tiba-tiba? Lu bikin gua jantungan tau gak?" Nabil mengomel, setelahnya sosok itu merubah wujudnya dengan wujud yang tidak menyeramkan.

"Maaf" ucap sosok itu

Kali ini keterkejutan Nabil bertambah, sosok itu..

"Lo–"

Belum sempat melanjutkan perkataannya, pintu kamar terbuka. Itu Dabin yang sedang membawa plastik hitam ditangannya, Dabin terlihat bingung melihat Nabil berada di depan kamarnya.

One Of Us (Timnas U-17)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang