Prolog

779 30 1
                                    


Di ruangan yang dingin dan gelap, terdapat seorang wanita yang menangis tersedu-sedu. Ia duduk di kasur sambil memeluk sehelai baju, terus-menerus menangis dengan suara yang pilu. Siapapun yang mendengarnya akan turut merasakan kesedihannya.

Ditinggal oleh anaknya sendiri, anak yang dikandungnya selama sembilan bulan dan juga dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Wanita tersebut terus menangis dan bergumam mengucapkan kata penuh ketidakikhlasan.

"Mama gak rela nak, mama bakal ngelakuin hal apapun biar kamu hidup lagi" ucap wanita tersebut

Wanita tersebut berdiri dari duduknya, mengambil sebuah kapur yang entah sejak kapan berada di atas meja. Ia mulai menggambar sebuah lingkaran, lalu menggambar Hexagram di dalamnya. Selesai menggambar, ia membaca suatu mantra. Dengan itu, gambar yang ia buat tadi menyala. Setelahnya muncul sesosok makhluk dengan kepala kambing, benar, ia sesosok iblis.

Dengan suara yang berat iblis itu berkata "Apa yang kau inginkan dariku manusia yang penuh keputus asaan?"

Wanita itu mematung sejenak, namun ia langsung tersadar dan mengatakan apa yang ia mau "Aku mau anakku kembali"

"Apa yang aku dapatkan jika membantumu?"

"Aku akan menjadi pengikutmu" Wanita itu mengucapkannya tanpa ragu, seolah-olah ia sudah siap untuk menanggung apa yang diucapkannya

"Kau pikir itu cukup?"

Wanita tersebut terdiam, memikirkan sesuatu. Setelahnya ia menarik nafas dalam dan dengan yakin ia mengatakan "Ambil jiwa suamiku"

"Wah wah, kau memang manusia yang sedang putus asa. Kau tidak akan menyesal?"

"Tidak, suamiku memang tidak berguna."

Dengan begitu, sang iblis pun memenuhi permintaan dari si manusia. Mengembalikan anaknya kembali. Namun, apakah benar-benar kembali?

°°°

Di tempat lain, tepatnya di atap sebuah gedung seseorang sedang berdiri dengan pandangan yang kosong. Orang itu memakai seragam sekolah, namun seragamnya lusuh. Mukanya penuh lebam dengan rambutnya yang basah sedikit lengket.

Tatapannya yang semula kosong berubah menjadi tatapan penuh dendam, tangannya mengepal kuat hingga telapak tangannya berdarah. Keputusannya sudah bulat, orang itu sangat muak. Tanpa ragu ia menaiki pagar yang ada di atap tersebut lalu melompat ke bawah. Hingga akhirnya tubuhnya terhantam dengan jalan.

Sebelum kesadarannya terenggut habis, ia mendengar orang-orang mulai mendatanginya. Dan setelahnya ia benar-benar tak sadarkan diri, orang tersebut meninggal saat itu juga.

One Of Us (Timnas U-17)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang