Latihan sore ini berjalan dengan baik, Habil sudah berbaikan dengan Dabin dan juga Figo. Bahkan, mereka sudah saling bercanda seolah-olah perdebatan mereka di rooftop tadi tidaklah terjadi.
Mereka hanya latihan ringan hari ini, seperti melatih passing dan juga control mereka. Coach Bima tak mendampingi sore itu karena sedang pergi dengan beberapa petinggi sekolah. Jadilah mereka sedikit lebih santai dalam menjalani latihan dengan pengawasan dari Iqbal.
Ketika jam menunjukkan pukul setengah lima sore, mereka memilih untuk menyudahi latihan karena hari mulai gelap. Mereka berjalan menuju gedung asrama secara bersama-sama. Dengan diiringi obrolan membuat suasana menjadi hangat.
Mereka berjalan beriringan menyusuri lorong sekolah, dengan Amar dan Welber yang paling depan sementara Ikram dan Iqbal di belakang. Saat melewati lorong menuju lobby, sebuah lukisan tiba-tiba saja jatuh. Hampir menimpa Jehan yang berada di tengah-tengah mereka, untung saja dengan sigap Nabil menariknya.
Yang di belakang berhenti, begitupula yang di depan berbalik melihat apa yang terjadi. Bingkai dari lukisan tersebut pecah berserakan. Semuanya mematung, mencerna kejadian tersebut.
"Ada yang kena gak?" tanya Dabin khawatir, semuanya menggeleng tanda mereka baik-baik saja.
"Ya sudah kalian lewat saja, tapi hati-hati. Nanti sa laporkan ini ke karyawan sekolah agar dibersihkan" ucap Iqbal mengarahkan
"Tapi kita tidak akan kena marah kan?" tanya Amar, jujur saja ia takut.
"Gak lah, ada CCTV kok. Noh" saut Ikram sambil menunjuk ke arah CCTV yang ada di lorong tersebut. Amar bernapas lega, setidaknya ada bukti bahwa bukan mereka yang merusak lukisan itu.
"Udah ayo balik, gua udah capek banget" keluh Figo yang hari ini melalui banyak hal yang menguras tenaga.
Yang berada di barisan belakang pun berjalan melewati pecahan itu dengan hati-hati. Hari ini sangat melelahkan bagi mereka, hal-hal tak terduga terjadi di hari yang sama. Mereka ingin tenang, sungguh.
°°°
Malam harinya, Amar dan Habil seperti biasa bermain di kamar asrama milik Welber dan juga Arkhan. Bukan bermain dalam konteks menyenangkan, mereka mengerjakan tugas bersama-sama. Sesekali Arkhan dan Amar kebingungan dalam menjelaskan jawaban yang benar kepada Habil dan Welber. Contohnya,
"Hah kok bisa negatif 7nya jadi positif?" tanya Habil
"Bilangan negatif kalo dipindah ruas jadi positif" jawab Arkhan dengan sabar
"Terus ini f(x)nya dapet darimana?" Habil masih terus bertanya
"Yakan di soalnya rumus (g o f)(x) sama dengan 4x+1, nah (g o f)(x) sama kaya g(f(x)). Kan g(x) nya diketahui x-7, jadilah f(x)-7 sama dengan 4x+1, terus -7nya pindah ruas jadi f(x) sama dengan 4x+1+7 jadi hasilnya f(x) sama dengan 4x+8. Gitu, mudeng?" jelas Arkhan menjelaskan panjang lebar, berusaha sejelas mungkin agar temannya ini paham apa yang ia jelaskan
"Lah terus ini kenapa tiba-tiba f(x)-7??"
Arkhan mengusak rambutnya kasar, dirinya mulai prustasi. Ia menghela napas berusaha sabar,
"Hihh, kan x nya g(x) jadi f(x)!" ucapnya dengan nada sedikit ditinggikan
"Masa sih?" ucap Habil masih kurang percaya
"Kalo ga percaya tanya bang Ikram aja!" Kesabaran Arkhan sudah hampir habis, jujur saja ia sangat lelah menghadapi temannya yang satu ini. Sementara Habil hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of Us (Timnas U-17)
Mystery / ThrillerSenior High School Garuda atau singkatnya SHS Garuda merupakan sekolah swasta yang terpandang di kotanya. SHS Garuda tidak menerima murid perempuan, khusus laki-laki. Karena kebanyakan dari mereka bukan asli kota tersebut atau bahkan luar negeri, ma...