fünfzehn

305 30 16
                                    

"Jadi Nabil keluar malem-malem sama Zaky tuh ke kamar lu berdua buat ngumpulin bukti?"

Jehan bertanya setelah Figo dan Ikram menyelesaikan penjelasannya. Semua anggota inti berkumpul di kantin selagi jam kosong. Dihadapan mereka juga terdapat piring dan mangkuk kotor bekas mereka makan.

Figo menyedot minumannya dan mengangguk mendengar pertanyaan Jehan.

"Iya. Awalnya gua, Zaky sama Ikram nolak karena tau sendiri di asrama ada CCTV kan. Tapi Nabil bilang dia bisa nyabotase CCTV, ya udah tuh kita lakuin. Emang sih beberapa rekaman di jam itu ke hapus, tapi ada satu mungkin rekaman yang lupa dihapus sama Nabil jadi kesiswaan tau. Untungnya sih, Zaky bisa nego jadi kita aman." ucap Figo menjelaskan

"Kalo tau Nabil bisa ngehack gitu gua mau tau password facebook gua dulu, mau apusin foto jamet" Habil berceletuk, sontak mereka menatapnya dengan ekspresi julid.

"Gua juga bisa Bil ngehack sosmed mah, ntar kalo lu mau gua balikin akun lu. Bayar tapi" Ikram menyauti

"Ya elah sama temen sendiri perhitungan banget lu"

"Terus gimana kalian bisa masuk ke sekolah waktu minggu? Kan dikunci tuh gerbang" Dabin menyela

Jarak sekolah dengan asrama sangat dekat karena kedua gedung bersebelahan. Namun tetap saja murid tidak bisa masuk ke dalam dengan bebas, setiap sabtu dan minggu gerbang selalu dikunci.

"Yah lu pas SMP ga pernah bolos manjat tembok atau pager ya? Kita manjat gerbang, untungnya kagak lancip tuh gerbang. Kecuali Ikram sih, dia dibantu dulu. Tinggi doang manjat pager kagak bisa" ujar Figo mengejek Ikram

Semuanya tergelak sementara Ikram memutar matanya kesal.

"Berisik! Ga bisa manjat karena gua ga pernah bolos ya!" ucap Ikram tak terima

"Iya deh yang rajin mah" Arkhan menyauti sambil mengaduk gelas yang hanya tersisa es batu saja.

"Btw capt, daritadi diem doang, ada masalah kah?" lanjut Arkhan bertanya kepada Iqbal yang sedari tadi hanya diam

Iqbal yang namanya dipanggil pun menoleh lalu menggelengkan kepalanya, "Eh? Tidak, hanya sa kepikiran coach bilang kita harus nyelesaikan semuanya dalam minggu ini, atau kita tidak ikut turnamennya. Sayang kalau tidak ikut, ini turnamen terakhir sebelum kita lulus"

Ya, masalah itu lagi.

"Ck itu terus, gua jadi mikir kalo itu tuh cuma akal-akalan coach doang" ujar Jehan menanggapi

"Halah bilangnya ga percaya tapi curiga sama orang" Habil membalas perkataan Jehan

Jehan mengernyitkan dahinya, darimana anak ini tau? Ia hanya pernah memberitahu hal ini kepada Nabil. Kenapa semua orang dengan mudahnya mengetahui hal tentangnya?

"Fiks setannya Welber, dia sifatnya plek ketiplek sama setan. Demen banget tiba-tiba mukul, nyubit, ngagetin sama nabok" ucap Arkhan

"Kamu bicara apa? Coba bicara satu kali lagi"

Welber yang mendengar namanya disebut refleks mencubit lengan Arkhan dengan kuat membuat Arkhan mengaduh.

"Aduh duh enggak Welber, becanda doang! Lepasin dong"

Welber melepaskannya namun sebelumnya ia menampar paha Arkhan dengan keras membuat si pemilik kembali mengaduh. Ketika Arkhan hendak membalas, Amar yang sedari tadi fokus pada ponselnya berbicara

"Guys! Coba lihat ini" ucap Amar menyerahkan ponselnya kepada Dabin.

Dabin menerima ponsel tersebut, ia membacakan berita yang tertera di ponsel.

One Of Us (Timnas U-17)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang