vierzehn

255 35 7
                                    

Hari yang tak diharapkan tiba, hari Senin. Seperti biasa para siswa SHS Garuda berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara bendera. Mereka dengan tertib berbaris dan upacara dapat berjalan dengan hikmat.

Setelah upacara selesai seluruh siswa kembali menuju kelasnya masing-masing, Dabin dengan Figo contohnya. Mereka berjalan menuju kelas mereka yang berada di lantai atas. Ketika berjalan di sebuah lorong, seseorang yang mereka kenali menghampiri dan menanyakan sesuatu kepada mereka

"Eh kalian Dabin sama Figo, kan?" tanya orang itu

Dabin dan Figo mengangguk, ia adalah Asnawi Mangkualam, kakak sepupu Zaky yang sekaligus merupakan alumni SHS Garuda juga.

"Boleh minta tolong anterin ke kelasnya gak?" pinta yang lebih tua.

"Oh, boleh kok. Ayo bang" balas Figo

Dabin memandang Figo seolah bertanya 'kenapa kakak sepupu Zaky datang kesini?' dan Figo hanya mengangkat bahunya tak tahu.

Dan mereka kembali berjalan menuju kelas Zaky yang melewati kelas Dabin dan Figo. Sesampainya di depan kelas, Dabin masuk terlebih dahulu untuk memanggil temannya. Ia melihat Zaky yang sedang berbicara dengan Iqbal pun langsung menghampirinya.

"Zak, ada bang Asnawi tuh" ucap Dabin tanpa basa-basi

"Oh udah dateng? Iqbal, nanti kalo ada guru tolong izinin ya" Iqbal memberi jempol, Zaky berdiri dari tempat duduknya dan hendak menemui sepupunya tersebut.

Sebelum benar-benar pergi, Dabin menahan tangan Zaky. "Mau ngapain?" tanyanya

Zaky melepas pegangan tangan Dabin, "Nanti gua jelasin." setelahnya Zaky pergi keluar kelas dan menemui Asnawi.

Mereka berdua terlihat berpamitan dengan Figo dan pergi dari sana. Dabin pun mengalihkan pandangannya kepada Iqbal,

"Lo tau sesuatu?" tanyanya, Iqbal menggeleng

"Sa tida tau apa-apa"

Dabin membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, namun Figo sudah memanggilnya terlebih dahulu

"Dabin ayok balik itu pak Nova udah masuk!" panggil Figo dari luar kelas

Dirinya pun pergi dari kelas tersebut setelah berpamitan dengan Iqbal. Dabin dan Figo masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasa. Ia mencoba untuk mendengarkan penjelasan dari gurunya.

Namun, pikirannya tetap tertuju pada Zaky. Apa yang dilakukan anak itu? Kenapa dia tidak mengatakan apapun kepadanya? Banyak hal yang disembunyikan oleh roomatenya itu. Seberapa kuat Dabin untuk mengabaikan pikiran-pikiran tersebut, justru semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalanya. Hingga tanpa sadar dirinya mengumpat dengan keras,

"Sialan!"

Semua orang di kelas menatapnya, termasuk pak Nova yang sedang mengajar. Figo menyenggol kaki Dabin dengan kakinya, menyadarkan Dabin apa yang dilakukannya.

"Kenapa Dabin? Kamu tidak suka dengan pelajaran saya?" kata pak Nova

Dabin dengan spontan menggeleng mendengarnya. "Hah? Engga kok pak, ini gara-gara Figo yang gangguin saya daritadi"

Figo yang namanya disebut pun memelototi Dabin. Hei! Dirinya tidak berbuat apa-apa kenapa disebut begitu saja? Memang teman kurang ajar.

"Engga pak, Dabin fitnah! Saya daritadi diem aja kok" Figo membela dirinya

Pak Nova hanya menggelengkan kepalanya heran dengan muridnya ini. Beliau pun kembali menerangkan materi yang tadi sempat terpotong.

"Baik, sampai mana tadi? Oh, ciri-ciri novel sejarah salah satunya memakai konjungsi temporal, apa itu konjungsi temporal? Konju–"

Belum sempat beliau menyelesaikan penjelasannya, terdengar suara ketukan pintu. Seorang guru masuk ke dalam kelas menghampiri pak Nova, guru itu membisikkan sesuatu yang sukses membuat pak Nova terkejut. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka, namun setelahnya pak Nova membereskan barang-barangnya dan menyelesaikan pelajaran lebih cepat.

One Of Us (Timnas U-17)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang