2

13.4K 855 28
                                    

Nevin duduk termenung dihadapan laptopnya, selain menyandang status sebagai istri Adriel ia juga seorang desainer dan memiliki butik. Ia merintis ini sejak lulus kuliah, awal mula mendapatkan modal dari sang ayah.

Mengingat itu ia jadi teringat ayahnya, alpha hebat yang tak kenal lelah dan tak pernah sekalipun merendahkan omega. Dikeluarga besar, kelahiran omega di anggap kekurangan karena terkenal dengan kastanya yang lebih rendah dibanding alpha maupun beta. Tapi ayahnya tak pernah mengatakan hal itu, justru ia adalah kebanggaan ayahnya. Memirkan hal ini, Nevin jadi merindukan ayahnya, keluarganya menetap di China sebenarnya negara ini bukanlah negara kelahirannya, ia ke sini karena sekolah dan hal itu pula yang mempertemukannya dengan Adriel, berakhir ia menetap di sini jauh dari keluarga.

"Apa kau tak akan mengabaikan tehmu?"

Nevin terhenyak, ia mendongak melihat Gery yang sudah duduk dihadapannya. Ya, saat ini ia tengah duduk santai di restorant favoritenya. Jika bosan Nevin akan datang untuk sekedar nongkrong di sini terlebih ada Gery yang menemaninya.

"Akhir-akhir ini kulihat kau berwajah masam, apa terjadi masalah lagi di keluargamu?" Gery berucap merasa khawatir.

"Kau tahu sendiri Ger, mereka selalu mendesak dan sampai sekarang aku belum bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Aku memang payah," imbuh Nevin.

Gery prihatin akan rumah tangga sahabatnya, Nevin itu omega manis dan juga hebat dan ujiannya melalui ini. Di dunia ini pasti saja ada kekurangan dan kelebihan bukan? Nevin memiliki segalanya, lahir dari keluarga berada, pintar lalu mendapatkan alpha yang tak kalah hebat, dan ujiannya adalah keturunan dan keluarga Adriel.

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, bukankah kau ikut program kehamilan. Semua akan baik-baik saja, hanya menunggu waktu saja," tutur Gery.

Nevin mengangguk. "Kuharap Adriel tak pernah bosan menunggu," ucapnya.

Gery mengusap tangan Nevin, berusaha memberikan ketenangan. Gery sudah menganggap Nevin sebagai saudara, omega ini selalu ada untuknya, pekerjaan ini bahkan Nevin yang memberikan, walaupun lahir dari keluarga kaya Nevin bukanlah sosok yang suka merendahkan, ia penyelemat hidupnya saat dibully di masa sekolah.

"Kenapa?" Nevin mengerutkan kening melihat Gery yang terdiam.

"Tidak, hanya saja aku berdoa yang terbaik untukmu. Kau sahabatku, aku masih tak percaya bisa menjadi sahabatmu Nev, kau keluarga terpandang tidak sepertiku," tutur Gery yang mendapat kekehan ringan.

"Omong kosong, ayolah. Kita sama." Nevin berucap kesal, muak karena Gery selalu membandingkan dirinya sendiri dengan yang lain.

Ditengah obrolannya, ponsel Nevin berdering panggilan dari Adriel yang sudah menunggunya diparkiran. Ia beranjak dari duduknya.

"Aku pulang dulu." Nevin memeluk Gery sebelum pergi.

Gery melambaikan tangan saat Nevin sudah masuk ke dalam mobil Adriel. Ia tersenyum tipis, menurutnya keduanya pasangan yang sempurna, Adriel dan Nevin. Alpha dan omega yang benar-benar beruntung saling memiliki.

_________

Di sinilah Nevin, tengah membuatkan makan malam untuk sang alpha. Ia tak masak sendiri melainkan ditemani Adriel yang jadi pengacau.

"Berhenti memelukku, ya Tuhan Riel!" Nevin benar-benar kesal dibuatnya, sedangkan Adriel hanya tertawa tanpa dosa merecoki sang omega.

"Kugoreng penismu, jangan menjilat leherku terus!" pekik Nevin.

Adriel tertawa senang melihat wajah kesal Nevin, ia beranjak duduk menunggu di meja makan.

"Jangan terlalu lama sayang!" teriaknya bak dihutan rimba.

Nevin mendengus, jika tidak direcoki sedari tadi pasti sudah selesai. Ia kembali berkutat dengan alat-alat masak, hanya membutuhkan setengah jam untuk menyelesaikan semuanya.

Nevin menghidangkan masakannya dimeja makan, disambut senang oleh Adriel yang tak sabaran.

"Harum sekali, aku tak sabar." Adriel menerima piring dari Nevin.

"Selamat makan." Nevin berucap manis. Keduanya mulai menyantap makanan, menyecap setiap cita rasa yang selalu menjadi favorite Adriel.

"Oh ya, besok aku ada rapat bersama timku untuk merancang gaun pernikahan seorang pengusaha," cetus Nevin membuka obrolan. Ia selalu menceritakan hari-harinya dan Adriel selalu menjadi pendengar baik.

"Benarkah? Kau hebat," sahut Adriel.

"Oh ya, apa hari minggu kita akan kencan?" tanya Nevin. Kencan adalah hal yang selalu keduanya lakukan dihari libur.

"Tentu saja." Adriel mengecup pucuk kepala sang omega, saat Nevin akan membalas kecupan itu ia merasa perutnya bergejolak, reflek tangannya menutup mulut merasa mual karena menghirup aroma Adriel.

"Ada apa?" Adriel menyusul Nevin yang langsung berlari ke wastafel, dipijatnya tengkuk sang empu agar semakin lega mengeluarkan muntahannya.

"Ah, maaf ... aku merasa lemas sekali," keluh Nevin, pening menderanya padahal siang tadi ia baik-baik saja.

"Biar kugendong." Adriel mengangkat emeganya membawa si manis ke kamar untuk istirahat.

"Sudah kukatakan jangan terlalu lelah, kau pasti akan demam," ucap Adriel menyelimuti Nevin yang terlihat pasrah akan omelannya.

"Maaf ya makanmu terganggu," ucap Nevin parau.

"Apa yang kau katakan, aku tak peduli dengan makan. Lebih baik kita ke dokter besok, untuk saat ini tidurlah. Biar aku yang bereskan bekas makan," tutur Adriel.

Nevin hanya mengangguk, membiarkan Adriel beranjak. Entah kenapa pening dan mual tiba-tiba menyerangnya, tak biasanya ia seperti ini. Tadi itu saat mencium feromon Adriel, rasanya mual padahal selama ini ia sangat menyukai bau sang alpha.

"Kuharap aku baik-baik saja," monolognya.

_____

Tipis-tipis dulu, masih permulaan. Banyakin komen ...
Nikmatin aja dulu😆

married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang