"Paman kenapa aku di bawa ke sini?" tanya bocah itu. Martin hanya terkekeh, ia mengusap kepala si kecil.
"Dengar, diam lah di sini selama aku menuntaskan segalanya," sahut si empu.
Martin beranjak pergi setelahnya, meninggalkan bocah yang baru saja ia bawa dari sekolahannya. Berbohong jika dirinya adalah kerabat jauh si bocah. Ya, Martin membawa Fazil secara diam-diam dari sekolah, membawanya ke hotel.
"Wahh ... apa kau datang bersama kakek?!"
Fazil mendongak melihat anak laki-laki dengan mainan lego ditangannya.
"Kakek bilang aku akan ada teman, apa kau benar temanku?" ucap Garfie lagi, ia menelisik laki-laki didepannya, dia lebih pendek darinya.
Fazil hanya diam saat anak dihadapannya terus bicara, ia justru tengah ketakutan merasa tertipu akan ucapan pria tadi. Fazil hanya duduk di sisi ranjang, ia diam tak menyahut segala ucapan Garfie.
"Baiklah, jika kau mau diam saja. Namaku Garfield Gelwin, aku ke sini akan menjemput daddy," tutur Garfie. "Ayo katakan siapa namamu? Kenapa diam saja?" sambungnya.
Fazil beringsut takut akan sikap Garfie yang gencar mengajaknya berkenalan, dia memang sedikit pendiam dan juga di sekolah ia tak begitu banyak memiliki teman.
"Tenang saja aku tak akan nakal, kakekku orang baik. Kau ingin sesuatu katakan saja padaku, aku akan meminta pada Cleo," tutur Garfie, seakan mengerti jika Fazil tak begitu suka dengan sikap agresifnya.
Garfie tak lagi bicara, ia duduk di karpet mengeluarkan legonya, mulai memainkan kesukaannya itu. Ia juga tak begitu senang dengan anak pendiam macam Fazil hanya saja Martin menyuruhnya untuk bersikap ramah, menyebalkan sedari tadi berceloteh sensiri sedangkan dia hanya diam, apa bocah itu bisu? Garfie mendengus memikirkan hal itu.
Sedangkan di sekolah, Gery tengah kelimpungan karena Fazil yang sudah tak ada di sekolah. Pria itu sampai menghubungi mertuanya agar ikut membantu mencari Fazil, Gery menggigiti jari tangannya. Bagaimana bisa asetnya bisa hilang? Satpam mengatakan seorang pria tua datang membawa Fazil dan mengaku sebagai kerabat Halton.
"Bisa-bisanya Fazil hilang, sebenarnya kenapa kau terlambat menjemputnya?!" Lora naik pitam, ia mengkhawatirkan Fazil. Cucu satu-satunya.
"Maaf bu, tadi aku singgah dulu ke mini market. Aku hanya terlambat sepuluh menit tapi Fazil sudah ada yang menjemput, kupikir itu ayah ternyata ayah sama sekali tak datang ke sini," jelas Gery. Ia takut saat Lora marah seperti ini.
Lora mendengus, ia segera menemui kepala sekolah membiarkan Gery yang tengah panik sendiri di lapangan.
Gery berjongkok memeluk kedua lututnya, teringat akan kotak hitam yang datang pagi tadi.
'Mari mulai permainannya, semoga kita bisa segera bertemu omega'
Secarik kertas dengan kalimat yang membuatnya ketakutan dan jangan lupa seragam sekolah yang koyak dan juga mainan anak yang rusak, Gery tahu itu bukan milik Fazil hanya saja itu seperti peringatan dan sekarang Fazil menghilang. Gery merogoh ponselnya saat benda itu bergetar.
"Hallo?"
"Hallo manis, jangan khawatir eum .. anakmu bersamaku. Kau tak perlu takut, aku tak akan menyakitinya kecuali jika kau berontak,"
"Brengsek!"
"Dimana anakku bajingan?!"
"Sialan, dimana anakku?!"
Gery mengumpat saat tak ada sahutan dari sang pemanggil karena sudah dimatikan, ia menjambak rambutnya prustasi. Siapa yang berani menerornya begini.
Ditempat lain, seorang pria terkekeh menatap ponselnya. Senang karena omega itu pasti sangat kelimpungan sekarang, anak? Andai saja ayahnya tak melarang untuk menyakiti anak itu, Martin sudah pastikan ia tak akan segan walau sekedar membuat sedikit goresan pada kulitnya.
Martin mengirimkan rekaman cctv pada Gery, rekaman Nevin yang menyelamatkan si empu. Dengan kalimat 'bagaimana jika Adriel melihatnya?'
Ia terkekeh geli bagaimana Gery membalasnya dengan segala ancaman, demi apapun itu sangat lucu. Gery hanya hama kecil, ayolah ia ingin melawan Gelwin, tidak bukan menyombongkan diri hanya saja ia sendiri kaya dari lahir sedangkan Gery? Ia menjadi bergelimang harta karena Halton, bisa-bisanya omega itu mengancam akan menuntut dan membayar orang untuk mencarinya. Bukankah kalimat ancaman Gery seolah mengajaknya berperang dengan uang? Sial, Martin tak bisa berhenti tertawa.
"Lelucon memuakkan, ia lupa diri jika dia anak menyedihkan," gumam Martin.
_______
Di sinilah Martin berada sekarang, di kamar inap Adriel. Melihat kondisi Adriel yang tak jauh berbeda dengan Nevin. Martin menghela napas, jika ada penghargaan alpha bodoh di dunia sepertinya Halton pemenangnya, bagaimana bisa mereka dikendalikan seorang omega? Memalukan.
"Haruskah kukirim kau ke Chicago?" ucap Martin lirih, ia takut Nevin tak bisa lagi bertahan. Persetan jika alpha ini saja yang mati sangat disayangkan keduanya terikat, Adriel cukup ahli dalam membuat permainan, ia berhasil membelenggu Nevin dengan rantai kehidupan panas. Seakan sudah tahu bagaimana ke depannya hubungan keduanya, ia mengikat Nevin untuk dirinya sendiri.
"Halton tolol." Martin berdecih, ia menyuruh pekerjanya membawa Adriel menggunakan kursi roda.
Pria tua itu sudah menyimpan bom di bawah ranjang yang akan meledak lima belas menit lagi. Ia melirik cctv, itu bukan hal sulit ia sudah membayar pengawas cctv untuk merusak cctv kamar ini.
Suara peringatan bom sudah terdengar, Martin segera keluar.
"Adriel sudah mati." ucapnya terkekeh lalu pergi setengah berlari.
Saat sampai di luar, barulah suara ledakan terdengar. Martin memejamkan matanya, mendengar jeritan orang-orang. Martin berharap tak ada yang terluka atas tindakannya, karena ia sudah menyuruh para pekerjanya membawa pasien di dekat kamar Adriel keluar dengan cara menyamar sebagai perawat.
Suasana menjadi ricuh, jeritan terkejut dan takut menjadi satu. Banyak yang saling memeluk, Martin sebagai pelaku hanya tersenyum tipis, sebentar lagi mungkin akan ada berita. Terjadi ledakan di rumah sakit dan satu pasien menjadi korban.
Damn.
Halton akan semakin gila kehilangan dua keturunannya sekaligus, ia sudah tak tahan melihat bagaimana mereka saat tahu.
"Roy, kakak melakukan ini sebagai gantimu. Kakak akan membalas kematianmu, kakak juga akan membalas rasa sakit Nevin, mereka kejam Roy. Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
married [END]
RomanceCover by @ak_v_0 Sc ; pinterest Pernikahan yang didayung selama enam tahun, hubungan yang dibangun penuh cinta hancur saat ada badai besar menerjang. dia yang dulu mencintaiku dengan tulus, kini berubah seiring berjalannya waktu terlebih perkataan d...