26

9.3K 698 31
                                    

"Shh ... kakiku sakit Riel ... " Nevin meringis, ia memegangi tumitnya.

"Naiklah biar ku gendong." Adriel berjongkok dihadapan sang omega.

"Kau ini apa-apaan Nev, itu hanya luka kecil!" Gery memekik tak terima.

Ya, mereka tengah di taman setelah tadi mampir sebentar ke kedai es krim. Nevin baru saja terjatuh dan lihat bagaimana Nevin pura-pura kesakitan, Gery tak terima itu. Bukankah seharusnya ia yang melakukan itu? Kenapa ia kalah start saat ini.

"Aku tak apa, yang dikatakan Gery benar." Nevin tersenyum tipis. Ia sudah banyak belajar dari Gery bagaimana menarik empati suaminya ini.

"Sudahlah naik saja, aku tak mau sampai terjadi sesuatu," sahut Adriel.

Nevin bersorak dalam hati, ia melirik Gery lalu menjulurkan lidahnya mengejek si empu yang sudah memerah karena marah. Nevin naik ke punggung Adriel, ia benar-benar senang berhasil memutar keadaan.

"Maaf ya Ger, jika kakiku tak sakit aku tak akan digendong," ucap Nevin.

Gery hanya mendengus, kenapa Nevin begitu cepat berubah? Membuatnya muak saja, ia tak menyukai Nevin yang seperti ini, jika begini ia akan kalah. Gery tak mau sampai Adriel mencampakkannya mau bagaimanapun Nevin dan Adriel sudah menikah tujuh tahun bahkan menjalin kasih dari masa kuliah, bukankah itu sudah cukup lama? Tangannya terkepal memikirkan semuanya, ia harus kembali merencanakan sesuatu. Gery mengekori keduanya dari belakang, ia benar-benar seperti orang ketiga di antara keduanya, menyebalkan.

Sampai sekarang Adriel perhatian padanya hanya karena bayinya, Gery tak bisa membayangkan jika Nevin hamil apa ia akan ditinggalkan? Jantung Gery berdebar, ia melirik Nevin yang nyaman digendongan Adriel, ia akan membuat apa yang ia pikirkan tak akan pernah terjadi. Haruskah ia menyingkirkan Nevin?

Apa yang Gery rencanakan hari ini semua gagal, bukan Nevin yang kepanasan tapi dirinya yang kebakaran dengan segala hal yang dilakukan Adriel pada Nevin.

Itu sudah hampir petang dan mereka singgah dulu direstorants, bukannya makan saat makanan datang, Adriel malah memijat kaki Nevin.

"Kau harus makan Riel," cetus Gery.

"Gery benar kau harus makan, sini biar kusuapi saja bagaimana?" Nevin menarik makanan Adriel, ia mulai menyuapi Adriel yang tentu saja pria itu terima walau masih memijat kaki Nevin.

"Bukankah itu sungguh berlebihan Nev, kau tak membiarkan Adriel istirahat, dia pasti kelelahan sedari tadi menggendongmu, lalu saat mau makan dia harus memijatmu," tutur Gery kesal.

"Bukan aku yang meminta tapi Adriel, kau keberatan Riel?" Nevin beralih pada Adriel yang digelengi si empu.

"Kau kan menyuapiku, itu bukan masalah," sahutnya.

"Kau dengar? Ini bukan masalah, Adriel tak keberatan jadi kau lebih baik makan saja dengan tenang," tutur Nevin, tersenyum penuh kemenangan.

Gery mengepalkan kedua tangannya. Baiklah ia akan mengalah untuk hari ini , tapi lihat saja nanti akan ia buat Nevin mengerti seperti apa ia sebenarnya. Keduanya saling melempar tatapan tajam, seolah tahu dalam diri masing-masing jika keduanya tengah bersaing.

Sebenarnya Nevin terlalu malas menyebutnya bersaing, bersaing dengan Gery? Ayolah ini bukan dirinya yang suka bersaing, lagipula Gery tak sebanding dengannya bukan? Tapi mau  bagaimana lagi jika ia tak seperti ini, ia akan menerima banyak kerugian. Bonding sialan ini membuatnya sudah seperti omega rendahan yang memperebutkan satu alpha, tak terbayang seangkuh apa Adriel merasa diperebutkan, menyebalkan.

________

Seharian mereka menghabiskan waktu bersama, rasanya melelahkan namun menyenangkan. Saat ini Adriel tengah duduk diruang tengah ditemani dengan Gery yang menyandar pada dadanya.

"Ada yang harus aku bicarakan."

Atensi Adriel teralihkan saat Nevin datang dengan selembar kertas HVS di tangannya lalu duduk disampingnya membuat Gery duduk dengan benar tak bersandar lagi padanya.

"Dari awal pernikahan kalian, aku tak mengambil keputusan bijak ini, jadi mulai sekarang ada jadwal tidur bermalam Adriel, selama ini Gery banyak memonopoli Adriel sendirian," tutur Nevin.

"Maksudmu apa?" Kening Gery mengerut tak mengerti.

"Senin, selasa, rabu Adriel akan tidur bersamamu dan kamis, jum'at, sabtu, minggu ia akan tidur bersamaku," jelas Nevin.

"Kau mendapat jadwal empat hari dan aku tiga? Wah kau curang Nev, seharusnya aku mendapat hari lebih karena aku yang harus mendapat perhatian lebih, aku sedang hamil," ucap Gery.

Adriel hanya diam, ia menyimak adu tanggapan dua omega disampingnya. Demi neptuna ia baru tahu jika memiliki dua omega memang seberat ini, bahkan mendengar suara tinggi Gery barusan membuat telinganya berdenging.

"Seharusnya kau terima, aku istri tua dan aku akan melakukan program kehamilan. Ayolah Ger, aku sudah berbaik hati mau berbagi, seharusnya aku menendangmu dari rumahku, dulu aku tak perlu membuat jadwal seperti ini!" Nevin berteriak di akhir kalimat, muak dengan Gery yang semakin hari semakin menjengkelkan.

"Adriel aku mau kebijakanmu, kau tak mau anak dariku?" Suara Nevin mendayu, ia mengusap lengan si alpha lembut.

Adriel menghela napas. "Tentu saja itu yang kita nantikan bukan?" ucapnya.

"Ger, yang dikatakan Nevin benar. Lagipula itu hanya beda satu hari dan soal perhatian, ini hanya masalah tidur setiap hari juga kita akan bertemu, tak perlu khawatir eum," sambung Adriel, ia mengusap kepala si empu.

Nevin tersenyum miris, bahkan Adriel menenangkan Gery? Seharian ini memang Adriel selalu dipihaknya tapi Adriel juga selalu menenangkan Gery, seharusnya tak ada pembagian ini, Nevin takut sekali jika suatu saat ia yang kalah, tapi bukankah ia memang sudah kalah sejak Gery memasuki rumah tangganya?

Adriel seakan lupa diri, ia terus membujuk Gery agar setuju atas pembagian ini melupakan Nevin yang merengut tak suka.

"Baiklah, aku mengalah. Tapi jika baby membutuhkan Adriel, bisakah kita menukar hari?" ucap Gery.

Nevin mendengus, ia melipat kedua tangannya menatap Gery sengit.

"Tidak, jangan jadikan bayi itu alasan. Tahan saja sampai jadwalmu datang, aku istri pertama jadi aku yang mengatur jadwal dan urusan rumah," tutur Nevin mutlak tak mau dibantah.

Pada akhirnya kesepakatan itu disetujui semuanya, Nevin bukan rela berbagi tapi ia harus bermain halus kan? Untuk terus memegang mawar berduri lebih lama, ia harus membuang duri-durinya terlebih dahulu walau awalnya harus tertusuk atau tergores oleh durinya.

married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang