4

10K 683 36
                                    

Usia kehamilan Nevin sudah 14 minggu, ia mudah kelelahan karena kandungannya lemah juga. Adriel menyuruhnya untuk berhenti dulu bekerja dan tentu Nevin nurut akan hal itu, ia juga tak mau terjadi apa-apa padanya dan juga sang janin.

Hari-hari Nevin di isi dengan masak atau sekedar membuat kue, Adriel juga merekrut beberapa pelayan untuk membantunya sebenarnya Nevin keberatan tapi apa boleh buat, Adriel sangat posesif sekarang.

Nevin tersenyum saat ia mendapat pesan dari Gery yang mengajaknya keluar ia langsung bergegas pergi, tak lupa meminta izin Adriel. Suaminya itu melarang tapi Nevin dengan segala alasan membujuk sang alpha, akhirnya Adriel memberinya izin walau sepertinya sang dominan terpaksa.

Nevin sudah lama tak membawa mobil sendiri karena perintah alphanya juga, ia pergi bersama supir kemana-mana semasa hamil ini. Nevin dan Gery akan mengunjungi pameran buku, sudah lama sekali keduanya tak menghabiskan waktu bersama tak mungkin Nevin menolak ajakan Gery yang sudah susah payah mengambil cuti direstorants hanya sekedar ingin menghabiskan hari bersamanya.

Di sinilah Nevin berada dikeramaian bersama Gery, sahabatnya itu tengah asik memilih buku yang akan ia beli. Nevin hanya diam melihat betapa senangnya Gery dengan buku-buku, sebenarnya Nevin bukanlah orang yang suka membaca ia lebih suka menggambar, menurutnya membaca selalu membuatnya pusing terlebih novel yang banyak halamannya, ia kebalikan dari Gery. Dulu sejak sekolah Gery itu kutu buku dan tak ayal mendapat bullyan hanya Nevin yang selalu menemaninya, awalnya Nevin menemani Gery karena kasian tapi lama kelamaan ia menyayangi Gery selayaknya saudara, pernah saat liburan sekolah menengah Nevin membawa Gery ke China, itu menyenangkan banyak orang mengatakan mereka seperti perangko yang tak bisa lepas satu sama lain.

"Kau harus membaca buku ini, ini karya terbaik milik Fransko. Kau ambil satu dan aku satu, kita harus membacanya bersama." Gery memberikan buku yang menurut Nevin sangat tebal dengan begitu antusias, tak mau menyinggung Gery Nevin menerimanya tak kalah antusias.

"Benarkah, aku akan suka membaca jika kau yang memberikannya." Nevin tertawa lepas.

Keduanya mengambil beberapa foto dengan buku itu, setelahnya Gery kembali memilih novel yang akan ia beli lagi. Sedangkan Nevin masih dengan kamera ponselnya, memotret Gery secara diam-diam.

"Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain, kau itu sahabatku. Jika ada yang menindasmu dipekerjaan, akan kulibas mereka dengan kepalan tanganku."

Nevin membatin sambil menatap foto Gery yang tersenyum cerah menatap buku, ia bahagia oleh karena itu sahabatnya juga harus bahagia. Rasanya ingin sekali menjodohkan Gery dengan teman alphanya, sayang sekali Gery sosok yang pemalu dan pendiam, padahal bukan masalah besar omega menyatakan perasaan duluan.

"Ayo kita bayar ini," ucap Gery, ia sudah mengambil tiga buku dan empat dengan yang diberikan pada Nevin.

"Kau yakin hanya akan membeli tiga buku?" sahut Nevin.

"Ayolah aku harus menabung, jadi lain kali saja membeli buku yang lainnya," ucap Gery.

"Ambil saja yang kau mau, gunakan kesempatan ini. Kesempatan tak akan datang dua kali, sana ... biar aku yang bayar." Nevin menepuk bahu Gery, sontak Gery mengangguk senang.

"Tapi bayar dengan buatkan aku teh ya!" sambung Nevin yang di acungi jempol oleh Gery.

Biarlah ini bentuk hadiah untuk Gery, membayar buku bukanlah masalah besar, ia juga membawa kartu Adriel bersamanya.

Alhasil Gery membeli sepuluh buku, tentu saja Nevin membayar dengan senang hati. Setelah selesai keduanya pergi untuk membeli es krim kebiasaan masa lalu jika sepulang sekolah, hari ini ia merasa melakukan banyak hal bersama Gery seakan ini hari terakhir kebersamaannya dan Gery.

"Aku ingin buang air kecil," cetus Gery.

"Tahan saja dulu, toilet umum ada di sebrang. Lagipula es krim kita belum habis," sahut Nevin merengut.

"Kau mau mempermalukanku? Bagaimana jika aku kencing dicelana karena tak tahan?" sungut Gery, Nevin hanya terkekeh membiarkan sahabatnya itu pergi.

Nevin asik menjilati es krimnya, pandangannya lurus melihat Gery yang tengah menyebrangi jalan. Keningnya mengerut saat Gery tak fokus ke sebelah kanan, di sana mobil dengan kecepatan tinggi akan melintas tanpa pikir panjang  Nevin berlari, mendorong tubuh kecil Gery tapi sayang ia kalah cepat dari mobil, sampai dirinyalah yang terpental.

Dunia terasa berputar, es krim digenggamannya lebih dulu jatuh mengenai aspal. Tubuhnya seakan melayang, sampai pada saatnya ia merasa tubuhnya hancur menghantam aspal. Telinganya berdenging tapi ia masih mendengar teriakan sekitar.

"Nevin!"

"Nevin!"

Itu suara Gery ia hapal akan suara itu, syukurlah sahabatnya baik-baik saja. Nevin ingin bangkit tapi pening menderanya, bau anyir mulai tercium semakin membuat kepalanya terasa berputar. Matahari terasa terik, alhasil Nevin menutup matanya sampai gelap datang. Ia hilang kesadaran.

Gery menepuk-nepuk pipi Nevin, keadaan sahabatnya mengenaskan kepalanya berdarah banyak darah disekitar Nevin, dengan tangan bergetar ia menghubungi Adriel. Untung saja Adriel dengan cepat akan datang.

Gery juga menghubungi ambulan, ia merasa sakit melihat bagaimana Nevin terluka karenanya.

Diperjalanan ke rumah sakit, Gery tak henti-henti menangis sambil menggenggam tangan Nevin yang sama berdarahnya. Entah dari mana saja darah itu mengalir, Gery tak tahu.

"Kumohon jangan membuatku merasa bersalah dan khawatir," bisik Gery.

________

Kondisi Nevin kritis, Adriel sedari tadi diam tapi Gery tahu alpha itu sangat khawatir kentara akan wajahnya sampai pucat mengkhawatirkan sang omega. Gery masih saja menangis.

"Berhentilah menangis, Nevin omega kuat. Ia akan baik-baik saja," ucap Adriel.

Gery tak menceritakan apapun pada Adriel mengenai Nevin terluka karenanya, ia takut. Ia tahu bagaimana sosok Adriel yang begitu menyayangi Nevin, ia tak mau sampai alpha itu marah padanya. Jika Adriel tahu Nevin terluka karena menyelamatkannya, kemungkinan besar Adriel akan marah dan membencinya.

Suara pintu dibuka oleh dokter mengalihkan atensi keduanya, Adriel menghampiri dokter.

"Bagaimana dok?" tanyanya.

Helaan napas terdengar berat. "Pertama saya meminta maaf pada Tuan Halton saya tak bisa mempertahakan janin Tuan Nevin karena benturan keras yang terjadi atas kecelakaan."

Jantung Adriel mencelos, malaikat yang dinanti selama enam tahun lenyap karena kecelakaan ini, sesak menyeruak dari dadanya.

"Tapi syukurlah Tuan Nevin sudah melewati masa kritisnya, tapi untuk saat ini Tuan Nevin belum sadarkan diri efek obat bius, Anda bisa membesuknya Tuan. Sekali lagi maaf, saya pamit." Dokter melangkah pergi, sedangkan Adriel masih mematung mendengar penjelasan dokter.

Calon anaknya? Malaikatnya tak selamat? Bahu Adriel merosot, ia membuka pintu ruangan, di sana Nevin terbaring lemah ia masih memejamkan matanya dengan perban dikepala dan infus yang menancap apik di punggung tangannya. Andai Nevin mengerti, andai ia mendengar perintahnya agar tak pergi, sudah Adriel katakan jangan keluar rumah tapi kenapa omega ini begitu keras kepala dan sulit di atur, mungkin jika Nevin mendengar larangannya, ia tak akan kehilangan janinnya.

Di ambang pintu Gery hanya bisa menatap Nevin sendu, rasa bersalah semakin besar hinggap dihatinya. Melihat Adriel yang hancur dan juga Nevin yang belum juga sadar, bagaimana jika Nevin sadar dan tahu ia kehilangan bayinya? Ia pasti akan terluka.

"Maaf Nev, maafkan aku."

____

Tetetet tettet

Santai dulu gak si ...

married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang