"Sudah lama kita tak bertemu," ucap Nevin. Ia tak sengaja berpapasan dengan Gery di toko dekorasi.
"Ya, kau benar," sahut Gery gugup.
"Setelah kejadian waktu itu kini terhitung empat bulan dan kita baru bertemu, kau kemana saja?" tutur Nevin.
Gery menelan salivanya, ada sengatan akan rasa takut saat Nevin menatapnya penuh selidik.
"Ah ya, aku menunggumu saat kau sakit waktu itu. Tapi aku tak bisa meminta banyak cuti, kau tahu itu dan syukurlah kita bertemu sekarang. Ngomong-ngomong terima kasih atas apa yang telah kamu lalukan Nev," ucap Gery.
Nevin tersenyum tipis, ia langsung berhambur memeluk sahabarnya ini.
"Kupikir aku kehilangan segalanya, Ger ... aku kehilangan bayiku, bahkan Adriel seolah mengabaikanku. Kau menghilang dan tak membalas pesan-pesanku, kumohon ... jangan ikut mengabaikanku," ucap Nevin lirih dibarengi isakan, setidaknya ia masih memiliki sahabat tempat berbagi cerita.
"Aku turut sedih, maafkan aku Nev. Semuanya karenaku, aku sungguh minta maaf." Gery melepas pelukan Nevin, dengan jelas ia melihat derai air mata Nevin.
"Setidaknya kau baik-baik saja, aku sudah lebih dari syukur," sahut Nevin. Ia tak bisa membayangkan jika Gery ikut memusuhinya, akankah ia sendirian?
"Ayo kita bicara di cafe terdekat." Nevin membawa Gery ke cafe dekat toko, ada banyak hal yang ingin ia bicarakan pada sahabatnya ini.
Di sinilah keduanya tengah berhadapan di salah satu meja cafe, seperti biasa Nevin memesan teh dan Gery coklat panas.
"Ger ... apa menurutmu sikap Adriel wajar? Ia mengabaikanku, bahkan ia sering terlambat pulang, bahkan pernah tiga hari berturut-turut ia tak pulang," tutur Nevin.
Ucapan Nevin mengingatkannya pada malam itu, malam yang ingin Gery lupakan dalam hidupnya. Bagaimana bisa ia mengkhianati Nevin? Bahkan temannya ini banyak berjasa dalam hidupnya.
"Aku takut Adriel meninggalkanku," sambung Nevin sendu, ia menatap nanar tehnya.
"Adriel bukan alpha seperti itu," sahut Gery setelah diam sedari tadi.
"Aku sangat mencintainya, kau tahu itu kan? Jika itu sampai terjadi, kurasa aku benar-benar-"
"Kenapa kau berpikir seperti itu?" sela Gery.
"Aku tak mau berpikir buruk tapi waktu itu aku mencium feromon omega, apa Adriel mengkhianatiku?" ucap Nevin.
Gery mengepalkan tangannya, tak akan ia biarkan sampai Nevin tahu akan kebusukannya yang menggoda Adriel.
"Enam tahun kami sudah mendayungi perahu rumah tangga ini, tak pernah sekalipun Adriel marah atau bahkan mengabaikanku. Bukankah wajar jika aku sedikit berpikir buruk?" tutur Nevin, ia merasa prustasi dengan pikirannya.
Drrtt ... drrtt ... drrrtt
Gery merogoh ponselnya, itu telepon dari bosnya, Ia menolaknya. Gery kembali tenggelam mendengarkan celotehan Nevi, ia pikir Adriel sudah tak mengabaikan Nevin karena ia dan Adriel tak ada hubungan apapun dan soal malam itu keduanya sepakat melupakan hal itu, Adriel mencampakkannya lebih tepatnya. Gery sudah sejauh ini, ia tak masalah jika harus menjalin kasih dengan Adriel dibelakang Nevin, menurutnya tanggung basah ia juga sudah bercinta beberapa kali dengan Adriel tapi sayang Adriel tak mau dan ia malah mencampakkan dirinya. Tapi Gery merenung juga, ia tak mau menyakiti Nevin yang notabene orang paling berjasa dihidupnya.
Ponselnya kembali bergetar, ia malas sekali menanggapi boss cerewetnya. Itu pasti karena ia sering membolos.
"Maaf sepertinya aku tak bisa berlama-lama, aku harus pergi dulu," sela Gery ditengah celotehan Nevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
married [END]
RomanceCover by @ak_v_0 Sc ; pinterest Pernikahan yang didayung selama enam tahun, hubungan yang dibangun penuh cinta hancur saat ada badai besar menerjang. dia yang dulu mencintaiku dengan tulus, kini berubah seiring berjalannya waktu terlebih perkataan d...