Bulan purnama terlihat indah, tapi tak bisa membuat kerinduannya berkurang. Diliriknya sebuket bunga ditangannya sendu.
"Kakek buyut ... apa papa tengah melihatku saat ini?" Bocah itu bertanya pada si empu yang sudah tak sanggup lagi berdiri, ia terkekeh mengusak kepala anak itu gemas.
"Apa Garfie sangat merindukan papa?" tanya si empu yang sudah tak lagi muda, bahkan fisiknya ikut menyusut ditelan usia. Ia duduk di kursi roda bersama si bocah yang berdiri disampingnya karena ingin melihat bulan dibalkon.
"Sangat," sahut Garfie. Ia selalu merindukan papanya, kakek buyutnya selalu menyuruhnya untuk melihat bulan jika merindukan papanya.
Bukankah hal wajar merindukan orang yang melahirkan kita? Garfie bocah tujuh tahun itu tak pernah tidur dalam dekapan hangat sang papa dari ia lahir, ia sudah kehilangan semuanya dari kecil, papanya seakan enggan menatapnya.
Garfield Gelwin, lahir ketika bulan purnama tengah bersinar. Tangis bayi itu dibarengi dengan tangis anggota keluarga karena pernyataan dokter yang begitu menyesakkan, kebahagiaan atas lahirnya Garfie dibungkus dengan kabar buruk yang menyedihkan.
Garfie akan menyiapkan sebuket bunga disetiap hari, segitu rindunya Garfie pada sosok yang selalu ia sebut papa. Ia merindukan sosok yang bahkan tak pernah mendekapnya di saat ia sudah hadir di dunia ini.
"Papa, aku merindukanmu. Hari ini, tepat hari ulang tahunku. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku selalu merayakannya bersama kakek buyut dan keluarga lain, tapi aku tak senang karena hari lahirku banyak orang yang juga merasakan kehilanganmu."
_______
Prang
Suara pecahan barang begitu nyaring, tatapan setajam pedang itu tak pernah berubah dari tujuh tahun lalu.
"Apa lagi sekarang? Kau mau mengadu pada ibu?" Adriel berucap sengit.
"Kenapa kau tak bisa mencintaiku Riel?!" Gery berteriak memekakkan telinga.
Cuh
Adriel meludah, ia tersiksa selama tujuh tahun ini. Fisiknya tak lagi kuat, setiap hari ia selalu merasakan nyeri di dadanya bahkan akan ada lebam tak menentu di perut dan punggungnya.
"Aku selalu di sini menunggumu dan kau tak pernah berhenti mengharapkan dia kembali," ucap Gery, ia mulai terisak.
Adriel terkekeh. "Dia pergi karenamu, kau rubah licik yang memperdaya alpha, berhenti mengadu pada ibuku! Kau hancur karena dirimu sendiri. Selain kau menghancurkanku dan Nevin kau juga akan hancur," ucapnya.
Gery luruh pada dinginnya lantai membiarkan Adriel yang melangkah pergi. Gery meringkuk dengan tangis memilukan, setelah kepergian Nevin tak pernah sekalipun Adriel bersikap lembut padanya. Usahanya menjauhkan Adriel dan Nevin itu terasa sia-sia.
Di anak tangga seorang bocah menatap datar orang yang melahirkannya, ia rasa sudah biasa mendengar pertengkaran kedua orang tuanya di setiap malam atau bahkan siang hari dan berujung papanya yang akan menangis.
Tak pernah sekali saja ia melihat keduanya bersikap manis seperti orang tua teman-temannya di sekolah, yang ia dengar dan lihat hanya adu mulut dan perkataan atau bahkan perbuatan kasar.
Fazil Halton, lahir di saat siang hari dimana sang ayah tengah bekerja. Ia lahir tanpa di hadiri Adriel, ayahnya seakan enggan untuk melihatnya.
Fazil sudah berusia delapan tahun, ia sama sekali tak mengerti dengan orang tuanya. Jika waktunya libur Fazil hanya akan bermain dengan papanya dan jika tidak maka akan ditemani ayahnya, keduanya tak pernah menemaninya bersamaan seakan ada tembok besar yang tak bisa keduanya tembus.
Fazil melangkah pergi menaiki tangga menulikan pendengarannya atas tangis sang papa.
Dilain tempat ayahnya, Adriel tengah duduk ditaman belakang rumah, meringis nyeri memegang dadanya.
"Nev ... mari bertemu," ucap Adriel lirih. Ia benar-benar kehilangan. Tak ada kebahagiaan, rasanya ia seperti boneka yang disetir oleh majikannya.
Semua karena anak, persetan dengan keturunan ia hanya ingin cintanya kembali. Hubungan Adriel dan kedua orang tuanya buruk, sampai sekarang tak pernah sekalipun Adriel menginjakkan kakinya kembali di rumah kediaman orang tuanya. Bahkan Adriel nyaris membenci Lora yang selalu mengurusi rumah tangganya, penyetir handal yang melakukan segala cara dan ancaman.
Alpha kuat? Hanyalah omong kosong, nyatanya alpha bisa di setir oleh omega egois dan gila. Adriel benci Gery yang selalu mengadu dan Lora yang selalu menjadi tameng si empu. Keduanya bersekongkol. Adriel terkekeh, saat ponselnya bergetar.
Ia mengangkatnya, itu dari Lora sudah ia duga wanita itu akan menghubunginya.
"Dia sudah mengadu?" ucapnya dengan kekehan sinis.
"Adriel bersikaplah baik pada Gery,"
Adriel berdecak sebal.
"Katakan hal itu pada dirimu, apa kau memperlakukan semua omega sama? Apa karena Gery memberikan keturunan dan Nevin tidak?"
"Riel ... ibu sudah benar, perpisahanmu dan Nevin memang harus dilakukan. Berhenti mencintainya dan fokuslah pada Gery,"
"Kami sudah berpisah sekian lama, apa kau belum puas? Mungkin sebentar lagi kau akan mendapat kabar kematian putramu ini,"
"Adriel!"
"Berhenti berteriak! Kau memang sudah membunuhku, kau memisahkan alpha dengan omeganya! Kau kejam! Rayakanlah kehancuran putramu ini, asal kau tahu setiap hari aku akan muntah darah dan hidungku tak jarang mimisan, bukankah ajal putramu akan segera datang bu."
"Riel ... dengar-"
Adriel mematikan panggilannya sepihak, terlalu malas mendengar ocehan ibunya.
"Omega kejam itu kau bu, kau dan Gery sama saja. Sama-sama gila." Adriel terkekeh miris, ia mengusap hidungnya yang kembali mimisan.
Kematian.
Pada akhirnya ketika pasangan yang sudah terikat berpisah, keduanya sama-sama akan tersiksa dan berujung mati. Adriel lebih baik mati daripada harus tersiksa dengan raga yang semakin hancur, ia tak bisa mendekap omeganya dan juga ia benar-benar payah bagi omeganya. Rumah tangga yang dicampuri oleh orang tua tak pernah berjalan baik. Kadang kala kehancuran anak itu karena orang tuanya sendiri.
Orang tua pembunuh kejam yang tak pernah sadar jika dirinya pembunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
married [END]
RomanceCover by @ak_v_0 Sc ; pinterest Pernikahan yang didayung selama enam tahun, hubungan yang dibangun penuh cinta hancur saat ada badai besar menerjang. dia yang dulu mencintaiku dengan tulus, kini berubah seiring berjalannya waktu terlebih perkataan d...